Bahasa Kentut

Jujur saja Naruto nggak tahu apa yang membuatnya kesal dengan eksistensi cowok berambut putih di hadapannya itu. Nggak ada yang salah sebetulnya, cuma Naruto merasa gaya bicara cowok ini cukup lebay setelah dia mendengarnya.

Where is Hinata?? OMG what is this? Why is this place sangat kumuh??”

Ekspresi wajah Naruto langsung berubah menjadi angry bird karena merasa sekre kesayangannya dihina. “Lo siapa anjir?? Dateng-dateng ngomong begitu. Dikira cakep lu??”

“Loh? Thanks, emang so many people bilang I handsome.”

“Dih????”

Nggak salah juga cowok itu bilang begitu karena memang nyatanya dia ganteng, cuma mana sudi Naruto mengakuinya.

So, where’s Hinata? I nggak lihat dia dimana-mana. I juga nggak lihat Neji here.”

“Jawab dulu anjir, lo siape?? Sok kenal amat.”

Cowok itu memandang Naruto dari atas ke bawah, kemudian berdecak mengejek. “I nggak ada urusan sama you, jadi why should I answer your question yang nggak bermutu itu??”

Saat itu juga rasa kekesalan Naruto meningkat drastis. Memangnya siapa sih cowok itu sampai meremehkan dia dan mengejek sekrenya? Apalagi cara berbicaranya itu loh, kalau kata Naruto dan netizen twitter sih cowok itu pakai bahasa kentut.

“Eh jangan sembarangan lo!! Gue wakahim di sini!!” Karena sudah kesal, Naruto yang biasanya nggak mau bragging tentang kedudukannya di himpunan, terpaksa harus melakukannya.

Namun yang membuat Naruto semakin kesal adalah bagaimana si cowok yang jadi lawan bicara—atau adu mekaniknya itu bertanya dengan nada polosnya, “What is a wakahim!?”

“LO—“

“Menurut I, you’re just a normie. Which I won’t waste my time with. Nggak worth the time.”

Muka Naruto sudah memerah, ditambah dengan suara cekikikan dari teman-temannya di dalam sekre. Sumpah Naruto sebel banget, bukannya membantu, mereka malah sibuk ngetawain.

Naruro nggak bakal percaya kalau orang aneh ini kenal dengan Hinata dan Neji, apalagi kalau sampai mengaku dekat. Rasanya Hinata dan Neji yang tingkat kewarasannya nggak perlu diragukan lagi berteman dengan cowok ini. Ew.

Hello dude?! Why are you malah bengong? Tolong find Hinata and Neji dong, I mau meet up sama mereka.”

“GUE BUKAN BABU LO YA ANJ—“

“Toneri!”

Belum sempat Naruto selesai mengumpat, sudah terdengar suara Neji yang sepertinya menyebutkan nama cowok yang daritadi membuat Naruto kesal dari jauh.

“Neji! My boy, finally you datang juga. I kangen banget sama you!”

Cowok itu langsung merangkul pundak Neji ketika sudah ada di dalam jangkauan. Tanpa Naruto sangka-sangka, Neji justru sumringah mendapat rangkulan si Toneri-Toneri itu. Membuatnya terheran karena kok bisa begitu ya?

“Kok bisa ada di sini??” sahut Neji.

Of course I can. I mau ketemu you and Hinata. I miss you guys. Especially you Neji, kenapa nggak ikut liburan ke England di rumah I kemarin??”

Sorry dude, got busy on holiday. Lebay juga ya lo, kemaren kan udah nemenin Hinata liburan dua minggu full di sana! Haha.”

Kalimat Neji langsung membuat Naruto yang masih diam saja di situ seketika jadi bertanya-tanya. Naruto juga jadi semakin berasumsi apa sebenarnya hubungan si Toneri lebay ini dengan duo Hayuningrat ini.

Apalagi setelah mendengar kalau ternyata Hinata liburan di eropa ditemani orang aneh ini.

Neji beralih dari Toneri ke Naruto, dia berinisiatif untuk mengenalkan keduanya karena tadi dengar-dengar, mereka sempat cekcok. “Naruto, sori lo bingung ya? Kenalin ini Toneri.”

Toneri menyahut lagi, “Ooooh jadi si normie ini namanya Naruto?”

“Ton, please.”

Cih. Naruto manyun-manyun karena nggak sudi buat kenalan dengan cowok itu.

Nggak lama kemudian, Hinata datang dengan berlari kecil untuk menghampiri Toneri dan Neji. Di situ, Naruto disuguhi pemandangan Hinata dan Toneri yang sedang cipika-cipiki.

“Toneri! Kamu nggak bilang mau kesini??” kata Hinata setelahnya.

Summer break is not over yet, my dear. I kan sudah janji sama you buat nyusul ke Konoha.” Toneri cengar-cengir.

“Yaampun harusnya kamu bilang aku dulu.”

Hinata menghadiahi senyuman lebar untuk cowok itu, intonasi dari cara berbicara Hinata kentara akan rasa senangnya. Membuat perut Naruto seketika mules. Apalagi sepertinya Hinata belum sadar kalau Naruto masih ada di sana, tepatnya di daun pintu sekretariat.

“Okay sebagai gantinya, can you show me around? I bosen banget stay di hotel alone.”

Hinata melirik jam tangannya, masih ada tersisa beberapa jam sebelum rapat HIMAHI yang diagendakan hari ini dimulai.

“Boleh-boleh. Sebentar ya aku bilang temen-temenku dulu.”

Ketika mau masuk ke sekre, Hinata berhenti tiba-tiba karena ada Naruto di ambang pintu menghalanginya. “Eh—Naruto??”

“Baru sadar ya Hin ada gue disini?” tanya Naruto dengan intonasi suaranya yang terkesan dingin.

“Maaf Naruto aku nggak lihat…”

Hmm. Segede ini sampe nggak keliatan?? Perasaan gue juga nggak invisible dah. Itu adalah kalimat yang Naruto tahan-tahan supaya tersimpan saja dan nggak diucapkan.

“Hinata, I saranin you jangan dekat-dekat sama dia. He is a normie.” celetuk Toneri.

“Toneri jangan bilang gitu ah. Maaf ya Naruto.” Hinata merasa canggung apalagi Neji sudah masuk duluan ke sekre sebelumnya, jadi harus dia sendiri yang menengahi dua cowok itu. “Temen-temen, aku nemenin Toneri jalan-jalan dulu yaa. Nanti balik lagi ke sekre kok sebelum rapat.” katanya seraya minta izin ke teman-temannya di dalam sekre.

“Yaah, nggak ikut kita makan bareng dong Hinataa?” tanya Sakura yang sedari tadi menonton interaksi mereka dari dalam sekre.

“Eum. Kayaknya skip dulu deh, next time yaa.”

“Hinata maaf nggak bisa ikut, masih ngurusin revisi rundown.” kata Neji dari pojok sekre sambil menunjuk laptopnya.

“Iya nggak apa-apa kak, aku berdua aja sama Toneri.”

Hal itu mengundang pertanyaan beberapa penghuni sekre, seperti Ino. “Si Toneri ini siapa nya kamu Hin??”

“Temen aku hehehe. Duluan ya temen-temen.”

Tanpa ada yang sadar, kekehan dan lambaian tangan Hinata ketika meninggalkan sekretariat membuat wajah Naruto jadi asem.