Birthday Bliss
Sewaktu Naruto diberi tahu kalau Ayah dan Bunda nya bakal berkunjung ke kontrakan hari ini, jujur saja Naruto semakin dibuat nggak tenang. Biasanya kunjungan kedua orang tuanya ke kontrakan bakal dia nanti-nantikan, tapi kali ini ada yang Naruto rasakan akan berbeda dan dia harus menyiapkan diri buat menghadapi nya.
Karena di kepala Naruto, mungkin saja orang tuanya berkunjung ke kontrakan tempat dia tinggal dengan maksud dan tujuan untuk memberitahunya kalau Bunda Kushina sekarang sedang hamil, dan itu artinya Naruto akan segera punya adik.
Memang nih nyatanya narasi kalau dia bakal punya adek sudah melekat di otak Naruto selama berhari-hari sampai membuatnya overthinking dan bikin dia lupa sama hari juga tanggal.
“Naruto kamu nggak apa-apa?” Hinata bertanya karena merasa khawatir dengan kondisi Naruto karena dari tadi cowok itu bukan seperti Naruto yang Hinata kenal. Untung saja Hinata menemani Naruto ke bakery buat ambil kue, kalau nggak ya cowok itu bakal bengong terus sepanjang misi penjemputan kue.
“Gapapa kok Hin hehe.”
“Kalau ada masalah, cerita yaa.”
“Iyaaa makasih hehe.”
Waktu Naruto dan Hinata selesai menjemput kue red velvet pesanan Bunda Kushina yang juga beliau suruh untuk dibawakan ke kontrakan, cowok itu jadi super mager dan rasanya super berat buat pulang ke kontrakannya sendiri. Semata-mata karena belum siap menemui dan mendengarkan apa yang akan si Bunda katakan nanti.
Tapi mau mengulur waktu sampai selama apapun, Naruto akhirnya sampai juga di kontrakan. Dia terheran karena ada beberapa motor dan mobil yang Naruto kenali milik Shikamaru terparkir di sana—berjejer dengan mobil orang tuanya.
“Rame bener dah kaya lagi ada syukuran.” gumam cowok itu. Ketika dia membuka pagar, Naruto jadi sadar dan jadi tersenyum miris. “Lah iya kali ya emang ada syukuran? Syukuran kalo gue bakal punya adek lagi.”
Naruto semakin melangkah maju dengan Hinata yang mengikutinya dari belakang—dan kini jarak menuju pintu kontrakan sudah dekat, cowok itu bisa mendengar gelak tawa dari dalam sana.
“Assalamualaikum.” ucap Naruto memberi salam. Dan seketika semua orang yang sudah cowok itu perkirakan adalah orang tua dan teman-teman pengurus HIMAHI menoleh ke arahnya.
Naruto jadi pusat atensi pada saat itu juga. Sepasang netra birunya menjelajah ke seluruh penjuru ruangan dan nggak lama, pandangannya jatuh kepada tumpeng nasi kuning dan dekorasi bertuliskan “Happy Birthday Adek” lengkap beserta balon nya.
Tapi pikiran Naruto masih melayang entah kemana, masih sulit mencerna bahwa hari ini ternyata juga hari ulang tahun nya yang sempat dilupakan oleh diri sendiri.
Kushina menghampiri Naruto dan memberikan sedikit omelan untuk putranya. “Adeeeeek! Lama banget kamu datengnya, udah bunda tungguin juga! Ini temen-temen kamu juga pada nunggu kelamaan kan jadinya! Eh, halo Hinata!”
“Halo tante.” Hinata balik menyapa sambil tersenyum.
“Rada macet tadi bun.” Naruto menggaruk tengkuknya yang nggak terasa gatal, kemudian mengulurkan tangannya untuk menyerahkan sebuah bingkisan. “Nih Bun, red velvet pesenan bunda!”
Kushina menerima bingkisan tersebut dan menyalurkannya ke Sakura agar kue tersebut segera disiapkan untuk perayaan ulang tahun Naruto yang mana cowok itu masih kelihatan lemas.
Sehingga Minato yang menyadari hal itu jadi bertanya, “Adek kenapa lemes? Lagi sakit??”
“Hehe nggak kok Yah, gapapa.”
“Yaudah sini gabung sama teman-teman kamu. Biar langsung dimulai aja acaranya.”
“Ih tapi serius deh Yah. Adek gatau mau ada acara beginian!” protesnya yang hanya dibalas oleh Minato dengan seulas senyum.
Kemudian bergabunglah Naruto dengan teman-temannya. Mereka nggak melewatkan sesi-sesi meledek si wakil ketua himpunan yang sedang berulang tahun itu. Mau selemas apapun, Naruto masih punya cukup banyak energi untuk membalas ledekan mereka sehingga suasana jadi hidup dan dipenuhi gelak tawa.
Acara dibuka oleh Minato—sebagai Ayah Naruto, yang berterimakasih karena teman-teman dekat putranya sudah hadir di acara syukuran hari lahir Naruto. Dengan Minato sebagai pemimpin doa, Naruto dibanjiri ucapan selamat dan doa-doa baik untuknya dari teman-teman.
Naruto pun cengar-cengir dan pada akhirnya, dia bisa tersenyum lebar juga hari ini, melupakan sejenak overthinking nya.
“Makasih banyak guys! Aduh gue jadi malu masa hehe.” katanya.
Teman-temannya berdecak, karena nyatanya biasanya cowok itu sendiri yang urat malunya putus.
Kiba menimpali, “HALAAAAH biasanya juga lo yang malu-maluin!”
“Duh ADEK gimana sih, udah gede masih suka malu-maluin.” kalau yang barusan dari Ino, sejak cewek itu tahu kalau Naruto dipanggil adek oleh orang tuanya. Ino jadi nggak berhenti-berhenti memangil Naruto dengan panggilan yang sama.
“JANGAN SEBAR AIB GUE GITU DONG GUYYYYS ADA AYAH SAMA BUNDA GUE NIH!!”
“HAHAHAHAH.”
Kushina lantas menggiring Naruto ke depan kue ulang tahun untuk sesi tiup lilin. Tapi cowok itu heran, karena Naruto kira kue red velvet yang ada di depannya ini akan Bunda nya makan sendiri alih-alih jadi kue ulang tahunnya.
“Bun, kok red velvet nya di sini? Kirain mau Bunda makan.” tanya Naruto sebelum sesi tiup lilin dimulai.
“Lho ya ndak! Ini buat ulang tahun kamu, masa ndak sadar?? Bukannya adek suka red velvet??” Kushina malah balik bertanya dengan heboh.
Dan lewat interaksi tersebut membuat semua teman-teman HIMAHI langsung tahu Naruto mewarisi sifat hebohnya dari siapa.
“Ih nggak tuh bun?? Kalo kue mah adek lebih suka blackforest!”
“LHO TIAP HARI KAMU BILANG SUKA RED VELVET RED VELVET TERUS KOK!!”
Naruto jadi semakin mengernyitkan alisnya. “NGGAK AH BUN MANA ADAAA!”
“JANGAN BOHONG YA KAMU DEK!!”
Lho… kok malah jadi berdebat begini. Minato sih sudah pasrah saja di pojokan kalau istri dan anaknya sudah begini.
“Err, Tante Kushina…” Sasuke buka suara untuk menengahi, “Kayanya red velvet yang Naruto maksud tuh red velvet idol kpop deh tante…”
“Hah???” Kushina sih nggak ngerti ya kenapa juga idol kpop punya nama yang sama dengan kue jadi beliau cuma bisa hah hoh doang. “OH HAHA BEDA YA DEK???”
“YA ALLAH BUNDAAAAA. LAIN RED VELVET ITU MAH BUUUN.”
Nah melihat kejadian tersebut, Sakura sepakat buat menamai adegan tersebut sebagai momen ‘maybe we got lost in translation’ di antara sepasang ibu dan anak itu hehe.
“Hehe yaudah yuk, tiup lilin aja sekarang.” Ucap Minato.
Sesi tiup lilin dilakukan nggak lama setelah itu dan Naruto mengulas senyum selebar mungkin waktu pipinya dicium oleh Ayah Minato dan Bunda Kushina, serta ketika dia mendapat pelukan hangat dari teman-temannya.