Dan see you tomorrow yang Itachi janjikan nggak pernah datang setelah tiga hari berikutnya. Selama tiga hari itu juga, Ino dengan sabar menunggu notifikasi bumble masuk dari lelaki itu. Ino bisa saja sih mengirim pesan duluan, tapi karena gengsi, nggak dia lakukan. Apalagi sekarang, Shikamaru yang sekarang makan malam bersamanya dan Chouji sedang mengolok-olok Ino karena terlalu berharap dengan lelaki yang perempuan itu temui di aplikasi kencan.

“Bacooot. Udah diem kenapa sih! Nggak capek lo ngeledek gue terus???” Ino semakin sewot ketika Shikamaru mengutarakan daftar pro dan kontra (yang kebanyakan narasi kontra) tentang apalikasi kencan.

“Lagian ngapain lo ngarep sama cowok dari sana sih?? Yang pasti-pasti aja lah.” timpal cowok itu.

“Yang pasti-pasti aja tuh maksudnya apa?? Lo gitu??”

Chouji hampir tersedak daging yang sedang dia kunyah karena nggak bisa menahan tawanya. “HAHAHA aduh! Kenapa si kalian berantem mulu.”

Ino melengos kemudiam menunjuk-nunjuk Shikamaru yang ada di sebelahnya. “Ya dia ini loh! Nggak supportive banget jadi temen.”

“Gue bakal supportive kalo itu masuk akal! Baru aja kenal sama chat beberapa jam, lagaknya udah ngarep dikabarin 24/7 seakan-akan lo ini istrinya cowok itu! Heh inget, kalian berdua itu masih strangers!”

Kalimat Shikamaru sukaes menohok hati Ino yang paling dalam. Perempuan ingin sekali menonjok Shikamaru karena kalau temannya itu sudah ngomong, nggak bisa difilter. Tapi kalau dipikir-pikir, omongan Shikamaru ini ada benarnya juga.

Ino jadi kepikiran sendiri, bisa-bisanya dia berharap notifikasi Itachi bakal datang lagi. Padahal mungkin lelaki yang di sana ingat padanya saja enggak.

“Hufft.” perempuan itu mendengus pada akhirnya, menilih untuk mengambi potongan daging dan menyuapkan nya ke dalam mulut sendiri tanpa selera.

Ya sudah lah, dengan begini Ino baru sadar kalau ada baiknya dia memikirkan tentang hari pertama masuk kerjanya di kantor baru beberapa hari lagi, daripada mikirin cowok bumble yang nggak jelas itu.