Family Tradition
Sesuai dengan tradisi tiga keluarga yang telah mendeklarasikan sebagai sobat atau konco kentel, keluarga InoShikaCho sekarang sedang berkumpul di halaman belakang rumah Chouji untuk melakukan agenda barbecue bersama.
Rupanya kekentelan persahabatan tiga keluarga ini sudah mendarah daging dari jaman ketiga ayah mereka masih kuliah. Singkat cerita, Inoichi, Shikaku, dan Choza adalah teman satu kuliah di pertengahan tahun 90an. Ketiganya bersahabat dari maba sampai bapak-bapak dan telah melewati banyak hal bersama.
Dulu, tiga beliau ini waktu penghasilannya masih pas-pasan memang sengaja nabung untuk membeli rumah di kawasan yang sama yang sekarang telah menjadi tempat tinggal mereka ini berkat ide dari Shikaku. Dulu sih di daerah perumahan ini masih sepi dan harga tanahnya murah, namun semakin beranjaknya tahun, kawasan itu disulap menjadi sebuah kawasan elit. Jadi lah mereka beruntung bisa tinggal berdampingan dengan harga pasaran tanah yang sudah mahal di tahun 2022 ini.
Dari situ lah akar persahabatan generasi inoshikacho yang selanjutnya mulai terjalin. Inoichi kerap diledek oleh Choza dan Shikaku karena dia satu-satunya punya anak perempuan. Inoichi sempat khawatir Ino kecil nggak bisa akrab dengan dua anak teman-temannya. Namun rasa kekhawatiran itu hilang ketika melihat ternyata Ino ini cukup tomboy sebagai anak perempuan, kadang Shikamaru dan Chouji sampai kalah lakik waktu mereka bertiga masih kecil.
Beranjak dewasa, Ino telah tumbuh menjadi sosok anak perempuan yang cantik dan anggun meskipun tetap barbar di banyak kesempatan. Inoichi merasa bangga bisa merawat Ino sampai dewasa meskipun harus menjadi orang tua tunggal karena beberapa alasan.
Okay segitu saja dulu ceritanya. Sekarang kembali ke full team inoshikacho yang sedang barbecue-an. Full team di sini artinya ada Ino dan Inoichi serta Shikamaru, Chouji dan kedua orang tua mereka.
Tiga bapak duduk melingkar di gazebo sambil minum arak yang sudah Choza fermentasikan selama lima tahun. Kalau ibu-ibu ada di dapur untuk memasak hidangan lain. Sedangkan untuk urusan memanggang daging mereka serahkan pada InoShikaCho junior. Yang mana banyak distraksi karena Chouji kerap curi-curi daging di piring, Ino sempat memarahinya, tapi cewek itu juga yang kadang menyuapi Chouji dengan daging hasil panggangan nya.
Shikamaru yang nggak mau kalah juga ikut membuka mulutnya, menunggu suapan dari Ino. Namun naas, daging yang Ino berikan itu baru saja diambilnya dari panggangan yang otomatis masih panas. Membuat Shikamaru misuh-misuh dengan susah payah, “Hahir! Hahas hahet heho!” (trans: hanjir! panas banget bego!)
Sedangkan Ino dan Chouji merespon hal tersebut dengan gelak tawa mereka.
Mamah Shikamaru dan Chouji keluar dari pintu akses rumah ke halaman pekarangan tepatnya di gazebo. Kemudian memanggil mereka untuk memulai makan malam. Ino meletakan piring-piring berisikan daging barbecue sedangkan Shikamaru dan Chouji diperintahkan mengambil sebakul besar nasi dan air minum.
Makan malam berjalan dengan hangat dipenuhi canda tawa dan godaan dari sang bapak-bapack ke anak-anak mereka. Tapi ibu-ibunya juga nggak mau kalah nih, Yoshino (mamah Shikamaru) menyeletuk, “Kapan yaaa InoShikaCho nambah personel??”
“Nambah personel gimana sih mah, kan inoshikacho isinya bertiga doang.” kata Shikamaru.
“Haduuuuh gimana sih kamu. Maksud mamah tuh ya kalian bertiga kenalin lah pacar nya ke kita-kita!”
Ketiga InoShikaCho junior cuma bisa cengengesan atas kejombloan mereka.
“Jadi Ino, yang mana nih?” Tiba-tiba Inoichi bertanya, namun anak perempuannya itu justru bingung dengan pertanyaan abu-abu papinya. Maka Inoichi melanjutkan, “Yang mana yang pacar kamu? Shikamaru apa Chouji?”
“Uhuk!”
Ino belum sempat menjawab, Shikamaru sudah batuk-batuk heboh duluan yang lantas membuat semua mata tertuju ke arahnya.
“Uhuk uhuk!”
Hadeh. Tengsin juga sebenarnya. ucap Shikamaru di dalam hati karena dia masih struggle dengan acara batuk-batuknya sebab cowok itu betulan keselek mendengar tembakan pertanyaan Inoichi. Mana dia lagi mengunyah nasinya pula.
“Lhooo? Kenapa ini? Ino yang ditanya kok Shikamaru yang salting?” seolah-olah ingin bikin Shikamaru jadi semakin tengsin, Chouza bertanya seperti itu buat menggodanya. Kemudian gelegaran suara tawa mulai terdengar dari tiga bapak-bapak.
Tapi yang mereka lewatkan adalah bagaimana Ino menuangkan air putih ke gelas Shikamaru, cewek itu juga dengan telaten mengusap punggung Shikamaru supaya cowok itu lebih rileks.
Untung saja adegan barusan nggak terlewat oleh Yoshino. Ibu dari Shikamaru jadi mesem-mesem. Lihat saja, nanti di grup wassaf beliau ini bakal nge-share daftar-daftar wedding organizer yang dia ketahui dan bakal heboh sendiri karena berasumsi kalau sepertinya ada sesuatu di antara Ino dan anak semata wayangnya itu.
InoShikaCho junior memilih untuk tidak bergabung dengan para orang tua yang kini sedang main catur sambil minum-minum. Para istri menyemangati suami-suami mereka, namun ketika giliran Inoichi main melawan Shikaku, nggak ada seorang istri yang mendampinginya.
Pemandangan itu disaksikan oleh Ino dengan nanar dan perasaan yang getir. Shikamaru datang menghampirinya dan menyerahkan segelas es krim yang barusan dia ambil dari dalam.
Karena melihat Ino yang sedang bermuramdurja, Shikamaru bertanya, “Mikirin apa?”
“Mikirin kalo sebenernya gue egois banget.”
Shikamaru hanya mengangkat sebelah alisnya, meminta penjelasan lebih lanjut dengan diamnya.
“Pasti berat ga sih jadi single parent? Dari kecil papi selalu ngurus gue sendirian bahkan sebelum cerai sama perempuan itu, perempuan yang nggak pernah pulang dan ninggalin papi kesusahan ngerawat gue.”
Sebagai seorang anak, Ino secara bertahap mulai memahami bahwa keluarganya tidak terlihat seperti gambaran keluarga harmonis milik Shikamaru dan Chouji. Karena tidak adanya kehadiran seorang ibu di tengah-tengahnya dan Inoichi.
“Papi suka ngerasa kesepian nggak ya, Shik?”
Kalau sudah melempar pertanyaan seperti ini, artinya Ino sedang mau didengar. Dan yang hanya bisa Shikamaru lakukan adalah mendekapnya dari samping karena cowok itu nggak pandai mengeluarkan kata-kata utnum menenangkannya.
Ino melanjutkan racauannya di dekapan Shikamaru, “Gue tuh… nggak mau papi nikah lagi. Bukan karena gue masih ngarep perempuan itu buat balik. Tapi gue nggak mau kalau nanti istri barunya nyakitin dan ninggalin papi lagi.”
Sekarang Shikamaru bisa merasakan tubuh Ino bergetar, artinya cewek itu sedang menangis. Shikamaru semakin mengeratkan dekapannya, menepuk-nepuk punggung Ino agar cewek itu tahu dia akan selalu ada untuknya.
“Gue ngerasa bersalah banget sama papi. He prioritized my happiness, but not his.”
Bahu itu semakin bergetar dan Shikamaru merasa dia harus angkat bicara sekarang, “Bahagia nya lo itu bahagianya Om Inoichi juga. Semua orang juga tahu itu, makanya lo ga boleh ngerasa bersalah.”
Shikamaru merasakan ada sepasang kaki yang melangkah mendekat, dia mendapati Chouji yang terheran-heran sambil membawa seember eskrim miliknya. “Kenapa? Kok nangis?” Chouji bertanya tanpa suara ketika sudah ada di belakang Ino.
Shikamaru cuma bisa tersenyum membalas pertanyaan Chouji, senyum yang mendandakan kalau Ino sedang butuh dipeluk. Setelah itu Chouji bertanya lagi, kali ini pertanyaan tersebut ditujukan untuk Ino, “Ino? Gue boleh peluk lo juga nggak?”
“Boleh. Tapi jangan dari belakang. Dari depan aja biar gue ketutupan dan papi nggak lihat kalo gue lagi nangis.”
Pelukan ala teletubbies yang malam itu menghangatkan Ino menjadi salah satu hal yang paling bisa memberinya kekuatan.