Going Home

Agenda terakhir acara reuni diisi dengan makan malam. Mereka singgah di salah satu restoran untuk mengisi perut setelah selesai foto studio. Seperti biasa, agenda makan berjalan dengan suasana hangat sampai menu yang disajikan tersantap habis.

Shikamaru beranjak dari duduknya setelah meminum habis sisa cocktail yang ada di gelasnya. Namun entah kenapa, pergerakan cowok itu justru mengundang tanya bagi teman-teman lainnya.

“Mau kemana Shik?” tanya Kiba

“Ke depan.”

“Sebat?”

“Yoi.”

“Ikut lah gue.”

Waktu Kiba hendak ikutan berdiri, Shikamaru justru menahan cowok itu supaya nggak mengikuti nya. “Eh nggak, lo di sini aja.”

Kiba jadi semakin bertanya-tanya, “Kenapa dah??”

Kemudian Chouji angkat bicara sambil tertawa, “Itu Shikamaru mau ke depan, bayar bill.”

“Loh kenapa Shikamaru yang bayar?? Kan biasanya kita semua juga split bill?” Tenten bertanya sambil ikutan bingung.

Memang benar ketika mereka masih ada di bangku kuliah, untuk urusan bayar makanan pasti biayanya mereka tanggung masing-masing, kecuali memang ada special occasion baru salah satu dari mereka akan mentraktir.

Namun kali ini agak berbeda, Shikamaru pikir nggak ada salahnya kalau dia yang membayar semuanya, toh cowok itu sudah bekerja dan punya sedikit uang lebih untuk mentraktir teman-temannya. Sedikit di sini bukan secara harfiah nominalnya bill mereka betulan sedikit ya, apalagi mereka sedang berada di restoran fancy yang kalau kata Chouji sih pernah direview sama chef dan f&b specialist yang namanya Kode Biru.

“Waduh ceritanya gentleman ya, Shik. Anti split bill.” kata Sai menimpali.

“Split bill aja udah lagian dari awal nggak ada yang bilang mau traktir.” sahut Neji.

“Ya makanya ini gue bilang, santai aja lah.” kata Shikamaru menaikan bahunya.

“Ih jangaaan.”

“Daripada bingung mending gue aja kalau gitu.” Sasuke mengangkat tangannya untuk memberi isyarat kepada waiter supaya dibawakan bill meja mereka.

“Eits!” Naruto mencengkeram tangan Sasuke, membuat pergerakan cowok itu terhenti. “Aduh gue bingung banget, ternyata kalian udah beneran pada dewasa sampai rebutan bayar gini!”

Kalimat Naruto disusul dengan kekehan teman lain nya yang sedang geleng-geleng kepala.

“Gini aja deh biar seru…” sambungnya sambil menyeringai. Bukan Naruto kalau cowok itu nggak iseng dengan ide-ide di kepalanya yang quirky, “Yang berkenan boleh keluarin kartu kredit atau debit kalian, kumpulin di sini, terus diacak. Habis itu biar waiter atau waitress yang pilih secara random kartu siapa buat bayar makan kita kali ini.”

OH MY GOD THIS IS GOING TO BE SO FUN!” Ino memekik, cewek itu ikut buru-buru mengeluarkan salah satu kartu miliknya dari dompet dan diserahkan ke Naruto.

“Anjir si Naruto. Tapi boleh lah, ini punya gue.” seru Sai.

“Hadeh, ada-ada aja.” Shikamaru melempar kartunya ke tengah meja, di mana beberapa kartu lain sudah diletakan.

Sakura kembali mengingatkan, “Yaampun guys, inget ya ini buat yang berkenan aja. Yang enggak ya nggak usah ikut-ikutan.”

“Naruto yang kasih ide berarti harus ikut keluarin kartunya juga nggak sih?” giliran Hinata yang berbicara sambil menggoda Naruto.

“OH JELAS DONG.”

Ketika beberapa kartu dari berbagai bank yang berbeda sudah terkumpul, Naruto mengacak kartu-kartu tersebut dan memanggil seorang waitress yang kebetulan standby di dekat meja mereka.

“Mbak, tolong pilih satu kartu yang ada di sini, random ya!”

Waitress tersebut terlihat bingung dan ragu-ragu untuk beberapa saat, sehingga dia pun bertanya untuk memastikan. “Ini betulan, Kak?”

“Betul mbak, pilih aja bebas yang mana.” jawab Neji yang tetap duduk anteng di kursinya.

“Oh iya, baik kak.”

Tangan waitress tersebut kemudian meraba kartu-kartu yang ada di depannya dan mengulang gerakan tersebut beberapa kali. Sampai ketika waitress tersebut pada akhirnya menarik sebuah kartu, di situ lah riuh tepukan tangan langsung terdengar.

“WADUUUUUH.”

“HAHAHAHA.”

“INI BLACK CARD AMEX PUNYA SIAPA?? HAHAHA.”

Si pemilik black card tersebut merasa malu sendiri mendengar sorak dan tepukan tangan dari teman-temannya, padahal harusnya mereka bereaksi biasa saja.

“Aduh! Congrats sayangku!”

Sakura meraih pipi si pemilik black card untuk dikecup singkat, yang mana pemiliknya tidak lain tidak bukan adalah Sasuke.

Setelah Sasuke melakukan payment, mereka semua merapikan barang-barang bawaan pribadi karena agenda makan bersama telah usai.

“Sedih banget sekarang kalau mau ketemuan harus tentuin tanggal, padahal dulu hampir setiap hari bisa ketemu.” Ino mengerucutkan bibirnya setelah selesai mengoleskan liptint sebagai ritual touch up wajib sehabis makan.

“Tapi meskipun begitu, jangan lupain satu sama lain ya guys. Kalau ada kabar baik atau apapun itu jangan sungkan untuk share di grup!” Sakura menimpali sebagai upayanya untuk menjaga tali pertemanan mereka supaya tidak renggang.

“Iya bener, ya meskipun sekarang kita udah sibuk sama kerjaan masing-masing, tapi kalo grup nya rame tuh jujur seneng banget.” ujar Naruto.

“Mungkin gak semuanya bakal bisa respon, tapi pasti tetep ada lah orang-orang chronically online kaya Naruto yang responsif banget.” Shikamaru melanjutkan, sambil tersenyum miring dan mendapat acungan jempol dari teman yang namanya disebut.

“Kalau pengan kumpul juga gas lah cuy, nggak harus full team kan. Ya maklum lah, toh kita masih bisa catch up lewat manapun meskipun nggak ketemu langsung, ya kan?”

Pertanyaan Kiba diberi afirmasi dengan beberapa kepala yang mengangguk, pertana setuju.

Ketigabelas pemuda dan pemudi berjalan bersama, keluar dari restoran ke lahan parkir di mana kendaraan mereka akan mengantar menuju kepulangan.

“Ini pulang nya aman semua? Ada yang perlu tebengan?” tanya Neji.

“Gue! Anterin ke stasiun MRT aja.” kata Tenten angkat tangan.

Sedangkan permintaan cewek yang masih setia mencepol rambutnya menjadi dua itu membuat Hinata menggelengkan kepalanya. “Nanggung banget Tenten, sekalian minta anter Kak Neji sampai kos aja. Lagian searah kan?”

Tenten sendiri menggaruk pipinya yang nggak gatal, “Iya sih. Tapi kos baru gue kan harus masuk ke jalan sempit gitu, sungkan.”

“Sungkan sungkan kaya sama siapa. Yuk lah.” kata Neji final.

“Ino, pulang sama gue?”

Pertanyaan Shikamaru yang dilempar untuk Ino membuat cewek itu merasa canggung. Ditambah dengan pertanyaan Sai selanjutnya.

“Bukannya tujuan pulang kalian itu sama ya?”

Ino semakin nggak tahu harus menjawab apa.

“Shik, gue nggak bawa kendaraan. Gue bareng lo sama Ino ya!” untung saja, ada Chouji yang menyelamatkan Ino dari ketidaknyamanannya, perkara pulang kemana, akan cewek itu pikirkan nanti saja. Shikamaru pun mengiyakan permintaan Chouji.

“Yaudah nanti soft-file foto studio tadi sama yang lainnya gue compile ke gdrive terus share di grup ya.” ujar Sai ketika yang sudah bertengger di motor nya.

Sambil mengangkat tangan membentuk salam hormat, Rock Lee menjawab dengan semangat yang masih belum padam, “Siap!”

“Jangan kelamaan share nya.” timpal Sasuke.

Shino menjadi yang pertama mengucap pamit, sebab setelah ini dia masih ada agenda lain untuk dilaksanakan. “Hati-hati di jalan guys, gue duluan ya.”

Kepergian motor Shino diiringi dengan lambaian tangan dan seruan dari Sakura yang mengingatkan teman-temannya, “Kalau udah sampe rumah kabarin di grup!”

Maka di sini lah mereka semua kembali berpisah, pulang ke tempat masing-masing. Kepulangan yang berarti kembali ke realita, kepulangan yang berarti mereka harus merelakan kalau reuni kecil-kecilan ini telah berakhir, kepulangan yang berarti akan memakan waktu luang mereka dengan diisi oleh kesibukan, kepulangan yang menandakan grup whatsapp mereka akan kembali sunyi.