Inaugurasi

Pelaksanaan inaugurasi pengurus baru HIMAHI harusnya dimulai dalam sepuluh menit kedepan, namun Shikamaru dan tamu undangan lainnya belum diberi instruksi untuk memasuki ruangan tempat akan dilaksanakannya prosesi inaugurasi. Bahkan Shikamaru dan keduabelas teman lainnya masih bersantai makan dan nyebat sambil berceloteh di kantin FISIP yang mereka rindukan ini.

Keterlambatan memang hal biasa, apalagi untuk negara Konoha yang sumber daya manusia nya identik dengan budaya ngaret. Namun hal itu nggak membuat Shikamaru berhenti memantau situasi. Cowok itu sempat ngechat di grup dewan pengawas organisasi dan bertanya apakah mereka sudah boleh masuk ke ruangan inaugurasi, tapi nggak ada jawaban yang didapatnya dari perwakilan pengurus baru HIMAHI.

“Ini kita ke aula nya kapan? Udah jam sepuluh lewat loh.” Sakura melirik arloji nya, sebagai orang yang terbiasa tepat waktu, jelas cewek itu bakal bertanya-tanya.

“Gue belom dapet kabar dari anak-anak, tunggu aja lah sampe dikabarin.” balas Naruto.

Di sisi lain, Kiba menanyakan suatu hal yang mustahi. “Kalo ternyata acara nya udah mulai tapi kita kagak diajak gimana??”

“Ya kalau gitu ngapain kita diundang peleh.” jawab Shino sambil nggetok kepala temannya.

“Coba ada yang cek ke sekre…” kata Hinata melihat situasi yang nggak pasti ini.

Shikamaru menarik rokoknya dan membuang sisa yang masih setengah ke asbak. Dia berencana buat melakukan usulan Hinata, walaupun sebenarnya malas, tapi kalau nggak dilakukan, takutnya ada sesuatu yang terjadi. “Gue cek deh.”

“IKUT! Gue pengen jalan-jalan.” Naruto mengejar Shikamaru yang sudah jalan duluan. Di belakangnya, Sasuke ikut mengekor tanpa bilang apapun, meninggalkan teman-teman lain yang masih stay di kantin.

Ketiganya menerobos lapangan FISIP untuk menuju gedung departemen Hubungan Internasional, di mana ruang sekre mereka ada di lantai dua. Tapi dari bawah, mereka bisa melihat kalau area depan sekre masih ramai, artinya pengurus baru HIMAHI juga belum menempati aula FISIP sebagai tempat inaugurasi.

“Hadeh gimana ini bocah-bocahnya aja belom ke aula? Katanya mulai jam sepuluh kan??” Naruto mulai menggerutu setelah melihat sekre yang masih ramai.

“Coba tanya ke itu tuh.” Sasuke menunjuk seorang perempuan yang baru saja keluar dari ruangan kantor dosen. Cewek itu memakai jaket himpunan, jadi bisa dipastikan kalau dia adalah salah satu pengurus baru HIMAHI.

Shikamaru berjalan mendekat ke adik tingkat cewek itu waktu dia akan menaiki tangga untuk kembali ke sekre. “Sorry, Sumire ya?”

Cewek itu menoleh, sedikit terkejut waktu mendapati tiga cowok kakak tingkat nya, “Kak Shikamaru! Halo iya kak ini Sumire. Ada yang bisa dibantu, Kak?”

“Inaugurasinya kenapa belum dimulai ya? Udah ngaret hampir dua puluh menit.”

“Aduh oh… Itu…” Sumire terlihat nggak tenang, cewek itu merasa panik karena beberapa hal. “Maaf kak, sebenernya lagi ada masalah administrasi sama venue nya.”

“Masalah administrasi? Surat peminjaman? Sekretaris nya siapa?”

“Saya kak. Surat peminjaman aula FISIP nya hilang.”

Pantas saja kalau Sumire panik, ternyata masalah yang katanya sedang terjadi ini berhubungan dengan cewek ini. Nggak lama kemudian, Sumire menjawab panggilan yang masuk ke ponsel nya. Kalimat yang disampaikan oleh rekan Sumire di sambungan telefon justru membuat cewek itu semakin pucat.

“Kak Shikamaru maaf saya harus pamit ke sekre dulu, ada miskom. Maaf ya kak, nanti LO untuk angkatan Kak Shikamaru bakal nyamperin kok.”

“Bentar, di aula ada siapa aja?”

“Kalau nggak salah ada Sarada, saya pamit ya kak. Mari Kak Shikamaru, Kak Naruto, Kak Sasuke.”

Setelah Sumire pamitan, cewek itu langsung berlari menaiki anak tangga menuju ke sekre. Sedangkan, Shikamaru, Naruto, dan Sasuke memilih untuk pergi ke aula untuk memantau situasi lebih lanjut.

Namun situasi yang Shikamaru dkk lihat sesampainya di area aula justru membuat dahi mereka bertiga dikerutkan. Di sana ada adik tingkat berkacamata yang ketiganya kenal, Sarada, sedang terpojok oleh segerombol anak cowok yang mengenakan jaket himpunan dari departemen sebelah.

Kalau dilihat dari jauh sih, situasinya sedang nggak baik-baik saja. Bisa dikatakan situasinya cukup tegang. Shikamaru, Naruto, dan Sasuke belum berniat untuk menginterupsi. Sampai sesuatu yang membuat ketiganya geram sehingga mereka sudah nggak bisa diam lagi. Bahu Sarada terlihat didorong cukup kencang oleh salah satu cowok yang entah siapa namanya itu.

Sasuke langsung menghampiri kerumunan itu dan berhasil mencengkeram satu tangan yang hampir saja dilayangkan ke arah Sarada yang memasang badan tanpa tersentak.

“Sorry, ini area kampus dan nggak sepantasnya lo main tangan.” kalimat dingin Sasuke lolos dari mulutnya, jangan lupakan cengkeraman tangannya yang membuat anak cowok itu meringis.

“Woy lepasin, lo siapa? Kaga usah ikut campur bisa bisa gak lo??”

“Lo anak himpunan mana sih?” Sasuke semakin mengencangkan cengkeraman tangannya waktu cowok di hadapannya mencoba untuk melawan. Dia juga membalikan cowok itu untuk melihat tulisan departemen di bagian punggung jaket himpunan cowok itu. Sasuke berdecak setelah memastikan dari departemen mana cowok tengil ini berasal. “Pantesan. Nggak berubah ya. Departemen kalian masih anarkis, seperti biasa.”

“Lepasin anjing.”

Sesuai permintaan, Sasuke melepas cengkeraman tangannya dangan kasar, sampai cowok dari departemen [redacted] tersebut sedikit tersungkur.

“SARADAAAA. KAMU GAPAPA??” Naruto dengan heboh ngecek kondisi Sarada yang kemungkinan lumayan terkejut, meski air muka adik tingkat yang akan segera dilantik menjadi ketua HIMAHI ini cukup tenang.

“Aku nggak apa-apa kok, Kak. Maaf ya ada keributan.”

Shikamaru yang tetap tenang kemudian mencoba meminta klarifikasi atas kegaduhan yang barusan terjadi. “Ini kenapa ya? Kenapa Sarada dipojokin gini?”

“Kahim cewek ini yang gak becus ngurus acara. Harus nya himpunan kami yang pake aula ini duluan buat inaugurasi!” salah satu cowok lain dari himpunan departemen sebelah menunjuk Sarada secara meremehkan.

“Lo tunggu dulu ya setan! HIMAHI udah dapet izin dari sarpras fakultas buat pake aula ini jam sembilan pagi sampe tiga siang!”

Sarada yang daritadi cuma diam akhirnya bersuara juga, lumayan ngegas pula. Sampai Naruto dan Shikamaru sempat cengo sebentar.

“Yaudah mana coba gue liat surat izin lo!” cecar cowok itu lagi.

“…..”

Namun kali ini, Sarada nggak bisa membalas cecaran cowok dari himpunan departemen lain itu.

Shikamaru menaikan sebelah alisnya, kemudian bertanya dengan sedikit berbisik. “Surat izin kalian mana?”

“…. Hilang kak.” jawab Sarada.

“Kok bisa hilang? Siapa yang terakhir pegang?”

“Kadep Operasional Kak, waktu dia lagi beres-beres ruangan ini, suratnya dipegang dia.”

Naruto yang mendengar percakapan tersebut ikut nimbrung, “Kadep operasional siapa emang??”

“Kawaki.”

“Pffftt.” Muka Naruto yang sudah asem duluan waktu mendengar lagi-lagi bagian operasional yang bermasalah, jadi makin asem waktu tau siapa nama kepala departemennya.

“Departemen operasional kapan bener nya sih??” Sasuke menimpali.

Shikamaru memutar bola matanya. Dia jadi teringat jaman kepengurusannya, sama seperti ini—Kiba sebagai kepala departemen operasional juga langganan menghilangkan beberapa sirat izin peminjaman yang cukup penting.

“SARADAAAAAAA.”

Teriakan seseorang yang cukup melengking itu terdengar di sekitar area aula. Sarada tanpa repot-repot sudah tau siapa yang memanggilnya dengan nada seperti itu. Cewek itu memijat pelipisnya sebentar, merasa pusing karena di hari pertamanya akan resmi menjadi ketua himpunan, sudah banyak saja huru-hara yang terjadi.

“SARADA SURATNYA UDAH KETEMUUUU.” sebuah kepala kuning berjenis kelamin laki-laki muncul dari entah arah mana sambil membawa sebuah amplop yang diangkat oleh tangannya tinggi-tinggi. Kemudian di belakangnya, ada Kawaki sebagai pelaku utama masalah yang terjadi, dan beberapa mahasiswa mengenakan jaket himpunan HIMAHI seraya menyusul. Selain anak-anak pengurus baru HIMAHI, beberapa alumni juga mulai terlihat di pelataran aula.

“BORUTO NGGAK USAH BIKIN GADUH!” Sarada menjitak kepala kuning Boruto waktu cowok itu sudah ada di depannya untuk menyerahkan surat izin.

“Nggak usah pake bumbu jitak!” protes Boruto.

“Tenang Sarada, tenang.” Mitsuki tersenyum saja melihat temannya dijitak oleh Sarada dan mencoba menenangkan cewek itu meskipun entah mempan atau nggak.

“Sorry banget Sar, ternyata ini surat sialan ketinggalan di kos gue.” ucap Kawaki dengan penuh penyesalan.

“Lo tuh yang sialan! Ada-ada aja sumpah. Yaudah buruan mulai mobilisasi alumni ke aula, habis itu kita mulai inaugurasi nya a s a p.”

“Siap!”

Ketika tim nya mulai melakukan mobilisasi, Sarada langsung menghampiri segerombolan cowok dari himpunan sebelah dan menyerahkan surat izin milik HIMAHI. Cewek itu didampingi oleh Shikamaru dan Sasuke yang sebetulnya nggak perlu, tapi mereka cukup penasaran.

“Ohhh ini sih HIMAHI duluan yang dapet izin. Liat aja tuh tanggalnya.” Shikamaru menunjuk bagian pojok kanan bawah surat izin HIMAHI. “Ditandatangi tanggal 13, sedangkan punya jurusan sebelah baru tanggal 15 di acc.”

Sarada tersenyum jumawa waktu melihat cowok-cowok himpunan sebelah nggak bisa berkutik. Kemudian cewek itu menunjuk satu persatu dari mereka dan menuntut sesuatu yang sudah sepantasnya dia dapatkan, “Minta maaf lo semua sama gue!”

Di samping Sarada, Sasuke tersenyum miring melihat keberanian adik tingkatnya yang patut diacungi jempol. Sedangkan Shikamaru, dia yakin HIMAHI akan berjalan dengan baik di bawah kepemimpinan Sarada.