Ending Scene

Menjelang agenda terakhir yaitu tukar hadiah dan penutupan acara staycation, bukan semangat yang mereka bawa, melainkan perasaan beratnya hati karena perpisahan sudah semakin dekat.

Kelihatannya memang lebay, karena mereka nggak akan betulan langsung berpisah tanpa memiliki kesempatan untuk ketemu lagi setelah ini. Tapi yang jelas, frekuensi pertemuan mereka bertigabelas secara full team akan semakin berkurang mengingat kesibukan masing-masing yang berbeda.

Setelah sarapan dan mandi (bagi yang mandi) mereka segera berkumpul di ruangan yang semalam menjadi tempat karaoke, duduk melingkar secara random karena sebentar lagi, mereka akan menebak siapa saja manito masing-masing.

“Mulai dari mana nih??” tanya Naruto yang duduk di antara Ino dan Sakura.

Clockwise aja, mulai dari lo deh Nar.” kata Neji.

Naruto nyengir, dia langsung menegakkan punggungnya, “Asik pertama. Nebak nih ya gue, tapi sebenernya udah yakin sih kalo manito gue tuh Shikamaru.”

“Lah? Kok gue?” yang namanya disebut oleh Naruto tadi berlagak bingung, Shikamaru malah balik bertanya sambil ngeledek Naruto.

“Lu doang anjir yang typing jelek kaya si Willy! Terus lo diem-diem ngajak gue ngerjain revisi proposal, abis itu ngelarang gue makan mie instan.” tunjuk Naruto kepada mantan kahim nya sambil bersungut-sungut setelah memutar balik otaknya dan mengingat apa saja yang telah Shikamaru lakukan sebagai manito nya.

Shikamaru berdecak, pada akhirnya menyerah juga menutupi fakta. “Yaudah, iya deh gue manito lo Nar.”

“KAN!”

Setelahnya, Shikamaru memberi Naruto bingkisan kado yang lumayan besar dan terbungkus rapi oleh selembar koran. Tentu saja, Naruto langsung protes, “Jelek banget anjir pake koran bungkusnya!”

“Oke lanjut!”

Giliran Sakura yang menebak siapa manitonya. Sama seperti Naruto, cewek itu sudah yakin kalau tebakannya nggak akan salah. “Hmm… Manito gue sudah pasti mbak Ilona Nozaria Yunandar anaknya Pak Indra Yunandar!”

“Buset! Sekalian ae lo spill nama bapak semua yang ada di sini!” cibir Ino sambil tersenyum miring.

“Hehehe.” Sakura nyengir.

“Kenapa kok yakin kalo manito lo adalah Ino, Mbak Saku?” Rock Lee yang ada di sebelah Sakura mengepalkan tangannya dan diarahkan ke cewek itu, seperti reporter yang sedang mewawancarai narasumber.

“Soalnya tuh yang biasanya request dibuatin soft cookies sama gue ya… cuma Ino! Terus video tiktok yang dia kirim lewat menfess tuh, energi nya Ino banget lah pokoknya.”

Jawaban Sakura yang disuarakan dengan mantap itu membuat Ino mengedipkan sebelah matanya ke arah sahabatnya sambil menyerahkan bingkisan kado, “As expected! Gue bakal sakit hati kalo lo ga ngenalin gue sih.”

“Awww makasih Ino babi kesayangan gueee!”

“Lanjut, gue nih berarti?” Rock Lee bertanya ke audiens setelah sesi Sakura selesai, kemudian dibalas dengan anggukan kepala. “Manito gue… Neji bukan sih?”

“Wah! Kaya ragu nih, kenapa Ijen bwaang?” tanya Naruto.

Cowok berpotongan rambut mangkok itu masih cengengesan setelah menebak Neji sebagai manitonya. “Karena, Yang ngetweet di salon dan nolak potong rambut mangkok emang Neji, gue tau soalnya dia sempat bilang gitu kapan hari mau creambath. Abis itu Neji nyusul nongkrong, eh dia pake baju ijo sesuai misi dari gue. Sayangnya dia gak bawa sepeda, makanya gue agak ragu hehe.” jelasnya panjang.

Selayaknya moderator, Naruto balik bertanya ke Neji. “Bener gak Bang Ijen??”

“Bener-bener.” cowok bersurai panjang itu mengangguk, lantas melempar hadiahnya untuk Rock Lee.

“Walah, konco kentel banget ya Neji sama Lee, tak terpisahkan!” kata Tenten sambil terkekeh.

“Tapi gue masih ngetawain kok bisa yang dapet misi disuruh potong mangkok tuh Neji anjir!” timpal Kiba.

Neji berdecak dan menggelengkan kepalanya, “Emang sableng si Rock Lee.”

“HAHAHAHA.”

Setelah Rock Lee, giliran Shino pun tiba. “Hinata, lo kan manito gue?” tembaknya.

Hinata tersenyum lembut dan as expected, cewek itu langsung mengangguk tanpa neko-neko.

“Heeee spill dulu kenapa lo bisa mikir kalo itu Hinata!” pinta Naruto.

Shino bergumam sebentar, kemudian menjawab dengan santai. “Jawaban misi dari manito gue tuh adalah jawaban yang bakal Hinata kasih kalo ditanya begitu.”

“Wah Shinoooo. Hehe.” cewek itu mengacungkan jempolnya tersanjung karena Shino mengenalnya cukup baik, kemudian secara hati-hati menyerahkan bingkisan kadonya untuk Shino. “Semoga kamu suka hadiahnya ya Shino!”

“Kereeeen-keren, bonding nya anak-anak Miss Kurenai solid berarti.” komentar Naruto lagi yang dari tadi memang semua hal dia komentari.

“Lanjot Ten!”

“Kiba maju lo sini!” cewek dengan gaya rambut pucca itu tiba-tiba beranjak dari duduknya dan mengajak Kiba ikut serta. Kemudian Tenten memberikan Kiba sebuah aba-aba yang untungnya, langsung dipahami oleh cowok itu. “Satu dua tiga—SOOOO SALLY CAN’T WAIT… SHE KNOWS IT’S TOO LATE AS WE’RE WALKING ON BY…”

Nyanyian mendadak dari Tenten dan Kiba sontak membuat teman-teman yang masih duduk melingkar rusuh seketika, keduanya mendapat sambutan tepuk tangan meriah.

“Anjaaay! Let’s gooo.”

“Ih dilanjut dulu ini nebaknya!”

Ino terpaksa menghentikan Naruto, karena kalau tidak, cowok itu bakal kelepasan.

“Oh iya sorry-sorry! Wih, ngeri banget nih duo maut dari Mbak Tenten dan Kiba. Berarti fix nih manito nya adalah Kiba?”

Fix, final answer Kiba!” kata Tenten bersemangat.

“Mantaaap.” Kiba sendiri membenarkan dan langsung mengajak cewek itu untuk tos.

Giliran Chouji akhirnya tiba, “Gue mau makasih banget sama Rock Lee nih, makasih Lee udah ngeracunin gue pake snack sehat yang lo kasih pas kita nongkrong itu!”

“IH SENENG BANGET KALO DIRIMU SUKA CHOUJI! Jangan sungkan ajak gue kalo mau olahraga bareng!” sahut Lee.

Sasuke yang duduk di sebelah Chouji sudah bersiap untuk menebak siapa manitonya, “Sakura kan?”

“AH GA ASIK MASA DAPET MANITO NYA AYANG SENDIRI!” protes Naruto.

“Sirik aja bocah oren!” Sakura memberi Naruto jitakan singkat di kepalanya, kemudian beralih ke arah pacarnya. “Betul, itu aku!”

Awalnya Sasuke bahkan nggak yakin dengan tebakannya sendiri. Karena manito nya ini sudah terlampau terbiasa melakukan hal-hal yang dia jadikan misi itu. Ibarat nya sih misi-misi itu adalah daily activities yang biasa mereka berdua lakukan, kecuali misi memberi makan stray cats. Kegiatan itu sendiri juga baru untuk Sasuke, cowok itu mulai melakukannya setelah dia mengadopsi anak kucing di kontrakan. Karena kesibukan Sakura, mereka berdua belum sempat melakukannya bersama.

“Yok Sai.”

“Jujur gue punya dua nama, tapi yang satu udah ke-spill duluan. Berarti tinggal satu, Sasuke.” ucap Sai setelah dipersilahkan oleh Naruto.

“Kok bisa lo punya dua tebakan?? Kurang obvious apa lagi gue?” tanpa disangka-sangka, Sasuke kelihatan nggak terima karena Sai meragukannya sebagai manito cowok pucat itu. Padahal, Sasuke sudah susah payah menahan Sai supaya nggak impulsif dalam menggunakan uangnya.

“Emang satunya lagi lo nebak siapa, Sai?” tanya Sakura.

Sai menunjuk ke arah orang yang namanya dia sebut dengan dagunya. “Ino.”

Namun, cewek yang disebut namanya malah membelalakan matanya. “KOK GUE???”

“WOW.” seru Naruto.

“Hadeh. Cewek ini emang paling demen bikin orang salah paham.” Shikamaru akhirnya buka suara sambil mengacak puncak kepala Ino yang kebetulan duduk di sebelahnya.

“Ih kok bisa lo kepikiran gue, Sai??” Ino masih penasaran, maka dia kembali bertanya untuk menuntut jawaban.

“Iyaaa spill dong!”

“Jadi kapan hari gue ketemu Ino di mall, yang pas gue mau beli kursi belajar baru itu. Inget gak, Ino?” tanya Sai.

Ino mengangguk. “Inget!”

“Nah, habis itu jadinya Ino nemenin gue pilih-pilih kursi. Di situ dia bener-bener ngomelin gue pas gue pilih kursi mahal, katanya sih ga worth it beli kursi semahal itu. Terus dia bilang, banyak yang lebih murah dengan kualitas yang sama bagusnya. Si Ino juga komen terus kalo gue boros pas lagi beli ini itu. Sebelumnya juga kan, Sasuke udah ngomel duluan. Jadinya di satu hari itu, gue bener-bener dihantam sama Sasuke dan Ino yang nyuruh gue buat lebih hati-hati pas spending money. Makanya gue bingung, manito gue ini yang mana.” jawab Sai panjang lebar, nggak lupa dengan senyumnya sampai membuat sepasang matanya membentuk sabit.

“Oalaaaaah! Tapi lo itu emang boros banget Sai, barang mahal dan nggak diskon aja enteng banget lo nge-gesek itu kartu!”

Ino manggut-manggut dan gagasannya itu disetujui oleh Sasuke. “Bener, tiap hari itu bocah kedatengan paket.”

“Kerja keras ngerjain komisyen buat apa kalo duitnya gak dipake jajan, ye gak Sai???” tanya Naruto sambil cengar-cengir dan mengangkat alis nya berkali-kali.

“Hehe nggak juga sih, Nar.”

“Yowes lanjooot!”

“Aduh, gue males banget kalo orang ini beneran manito gue anjir.” Kiba mendengus, cowok itu masih terbayang akan apa yang terjadi beberapa hari lalu. “Elu kan manito gue? Soalnya lo yang paling setia jalan-jalan sama gue dan akamaru pas kita nongkrong sore itu, meskipun lo naik sepeda.” tunjuknya pada Shino yang dibalas dengan anggukan kepala.

“OOOOOH CALON KAKAK IPAR TERNYATAA.” seru Sakura sampai membuat Hinata tertawa lumayan keras.

“Anjir!”

“Eh ceritain dong Shin, kok lo bisa sama Kak Hana??”

Bukan cuma Tenten yang penasaran, melainkan semua yang ada di sana, termasuk Kiba sendiri.

“Ya… kata Kiba di misi nya kan, Kak Hana lagi sedih dan dia minta bantuan buat hibur kakaknya. Jadi ya… yaudah gue hibur sebisa gue.” jawab Shino kalem.

Namun, jawaban Shino membuat Kiba semakin panas, “ANJEEENG. Gue minta saran itu biar gue yang ngehibur Kak Hana, bukan elo anjeeeer!!”

“KIB UDAH KIIIIB.”

Smooth banget ya Shino modusnya.” komentar Hinata yang masih tertawa.

“Yok Hinata yok, lanjut!” seru Naruto yang tiba-tiba mukanya menjadi terasa hangat akibat mengingat apa yang terjadi semalam.

“Halaaah manito Hinata mah udah jelas si Naruto.” timpal Ino sambil menyenggol tubuh cowok itu sampai limbung secara dramatis.

Hinata terkekeh saja melihat Naruto yang sedang salah tingkah. “Hehe iya betul, Naruto.”

“Semalem ngobrol apa aja sama Naruto?” Neji merendahkan kepalanya untuk betanya ke Hinata sambil berbisik.

Sekarang nggak cuka Naruto yang pipinya menghangat, tapi Hinata juga. “Hehe nanti aku ceritain ya, Kak.”

Neji pun mengangguk, dan kini sekarang giliran cowok itu untuk menebak siapa manito nya. “Giliran gue ya, sisa Tenten gak sih ini yang namanya belum disebut?”

“Ada Tenten, Chouji, sama Sai!”

“Haha, ya jelas Tenten lah. Siapa lagi di sini yang masakannya jadi favorite kalian semua kalo bukan dimsum nya dia?” jelas Neji. “Makasih loh, Ten. You really live up to your self-description, leisure, santai.”

Tenten langsung cekikikan, “Ah bisa aja lo Jen! Ntar gue kasih kupon gratis dimsum deh!”

Giliran Shikamaru untuk menebak manitonya akhirnya datang juga. Namun, seperti manito Naruto, manito Shikamaru juga sudah bisa ditebak siapa. “Ah ini mah udah ke-spill, Chouji konco kentel gue dari orok.”

“Konco kentel gue dari orok juga!” kata Ino nggak mau kalah.

Di seberang sana, Chouji memberikan finger heart ala Korea 🫰 untuk Shikamaru dan Ino.

Last but not least, nama yang Ino simpan sebagai suspect manito nya langsung terkonfirmasi karena di sana, hanya Sai yang namanya belum disebutkan. “Khas banget typing nya pake emoji senyum yang merem itu! You are really appreciated and loved, Sai!” kata cewek itu sambil tersenyum hangat ke arah mantan kekasihnya.

Sesi tebak menebak manito sudah usai. Setelah itu mereka menggunakan sisa waktu untuk unboxing bingkisan kado dari manito masing-masing yang tentunya, pekikan suara dan gelegar tawa ketika melihat kado apa yang mereka terima langsung mendominasi seluruh ruangan, namun ada juga yang mewek karena terharu seperti Sakura ketika mengetahui isi bingkisan yang Ino berikan berupa scrap-book yang cewek pirang itu buat sendiri, atau Ino yang tersentuh menerima self-portrait yang digambar oleh Sai.

“ANJRIT AGAK LAEN EMANG SHIKAMARU KALO NGASIH KADO!”

Naruto berseru dengan heboh dengan apa yang dia terima. Ternyata, Shikamaru memberinya sebuah kain Sarung.

Shikaamru tertawa singkat, “Inget mati Nar, semoga bermanfaat haha.”

Di tengah hiruk pikuk sesi unboxing kado, Sai berkutat sendiri dengan laptopnya di depan layar televisi. Cowok itu kemudian menyambungkan kabel televisi ke laptopnya, sehingga apa yang ada di layar laptop juga terlihat secara jelas di layar besar televisi.

“Eh Sai, apaan tuh?” tanya Kiba.

“Ini proyek besar yang dari kemaren gue kerjain, semoga kalian suka yaa.”

Ketiga belas pemuda-pemudi tersebut secara kompak langsung menghadap layar televisi dan mengantisipasi secara saksama apa yang akan terputar di sana.

Setelah Sai benar-benar bergabung dengan mereka, layar tersebut bergerak dan menampilkan momen-momen kebersamaan yang Sai rangkum dalam sebuah video singkat. Video di awali dengan cuplikan singkat masing-masing dari mereka.

Kemudian terpampang jelas cuplikan program-program kerja yang mereka jalani dan berbagai momen yang terjadi di balik layar. Video singkat tersebut jadi semakin lebih berarti karena isinya diambil sendiri oleh beberapa dari mereka, meskipun mayoritas diabadikan oleh Sai dan kameranya.

Ulasan senyum lebar, tarikan ingus, dan luapan air mata sukses mengalir ketika video tersebut selesai diputar. Mereka jadi teringat bagaimana awal tali kerja sama yang mereka punya dari belum sempat terikat, sampai menjadi terikat sangat erat seperti sekarang.

Mereka saling memindai satu persatu wajah teman-teman satu perjuangannya. Shikamaru menjadi yang pertama bergerak untuk merengkuh beberapa teman-temannya ke dalam pelukan hangat, tangis Naruto langsung pecah waktu Shikamaru membisiknya dengan kalimat-kalimat apresiasi dan mengatakan kalau cowok itu sudah bekerja keras.

Sasuke melirik Sakura, masih ingat jelas bagaimana pacarnya menjadi pilar arus keuangan himpunan dan betapa tegasnya dia waktu meminta pengurus lain agar tepat waktu dalam membayar uang KAS. Chouji sendiri tersenyum jahil ke arah Kiba, sambil sedikit bernostalgia mengingat betapa berantakannya pola kinerja Kiba meskipun pada akhirnya, kerjaan cowok itu beres juga. Tenten memberikan tepukan di bahu Neji, cewek itu selalu kagum dengan cara berpikir Neji yang nggak ada habis nya memberikan gagasan untuk kemajuan sumber daya mahasiswa.

Selanjutnya, terlihat Ino dan Hinata yang masih menempel satu sama lain, mengenang betapa rumitnya bagian kesekretariatan himpunan karena harus berurusan langsung dengan birokrasi kampus. Sedangkan Shino dan Lee masih berjabat tangan, dua orang yang mengepalai sektor akademis dan non-akademis, sektor yang saling bertolak belakang namun berkesinambungan secara bersamaan.

Kemudian, Shikamaru dan Naruto menghampiri Sai. Mereka berdua yang paling tahu betapa beratnya tugas dan pekerjaan yang dipikul Sai. Keduanya bersyukur, karena setelah ini beban kerja Sai akan sedikit berkurang, meskipun banyak hal-hal baru yang akan menunggu sentuhan tangan ajaib milik cowok pucat.

Rasa lelah itu mutlak, namun kehadiran tiga belas pemuda dan pemudi yang ada untuk satu sama lain telah membuat semuanya terasa lebih mudah. Mereka sanggup bertahan karena memiliki teman yang saling mendukung dan menguatkan.

College life isn’t all sunshine and rainbows. However, everything becomes bearable when they have each other’s back.

Setelah ini, sesuatu yang lebih besar dari sekadar menjadi ‘budak HIMAHI’ sedang menanti untuk mereka gapai. Jalur yang akan mereka tempuh akan semakin berliku. Semoga dalam prosesnya, hanya kelancaran dan restu Tuhan yang menemani mereka semua.