Lembar Terakhir

Pelaksanaan sidang dan musyawarah besar di hari kedua berjalan lebih santai dari hari sebelumnya. Perihal yang dibahas pun tidak dibiarkan dibahas sampai berlarut-larut demi keefektivitasan waktu. Meskipun ketika sesi pemilihan ketua himpunan baru lumayan menguras energi, tapi rasanya hal tersebut harus dilakukan agar mereka tidak salah pilih dan HIMAHI tidak jatuh ke tangan pemimpin yang salah, sebab ketua himpunan harus memiliki integritas yang tinggi.

Setelah melewati kurang lebih enam jam yang penuh diskusi dan perdebatan setelah tiga kandidat ketua himpunan baru memaparkan visi dan misinya, akhirnya pemilihan ketua himpunan periode berikutnya dilakukan dengan cara voting.

Konohamaru terpilih sebagai pemimpin yang telah disepakati mayoritas oleh forum, dan yang telah diberi mandat untuk menjalankan visi dan memenuhi misi HIMAHI dengan harapan bisa membawa organisasi untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.. Berikut dengan keputusan forum sidang dan musyawarah dimana ketukan palu sebanyak tiga kali menandakan bahwa Laporan Pertanggungjawaban telah resmi diterima oleh forum.

Periode kepengurusan himpunan yang dipimpin oleh Shikamaru kini resmi berakhir.

Sepasang bahu milik semua pengurus inti yang selama ini dipasang untuk memikul tanggung jawab kini bisa diturunkan. Akhirnya, mereka diberikan kesempatan untuk bernafas tanpa ada rasa dikejar-kejar deadline ataupun hal lainnya yang memberatkan.

Sebelum acara tersebut dibubarkan, Shikamaru diminta untuk memberikan sepatah dua patah kata sebagai penutup dan closure. Mantan ketua himpunan itu berdiri di podium sambil memegang mikrofon, menjadi pusat atensi.

Shikamaru memilih untuk melihat lagi ke belakang, di mana rekan-rekan mantan BPH dan kepala departemennya berada. Rasa bangga, bahagia, dan terharu membuncah dan mendominasi rongga dada Shikamaru ketika dia memandangi mereka satu persatu secara bergantian. Ada berbagai macam ekspresi yang dia temukan, namun ada satu emosi yang sama yang terpatri di wajah mereka masing-masing.

Sebuah rasa lega.

“Aduh, setelah saya lihat satu persatu rekan-rekan saya, saya jadi lupa mau ngomong apaan.” Shikamaru terkekeh setelah kembali menghadap para audiens. Kalimatnya barusan juga direspon dengan gelak tawa yang bersumber dari para audiens dan beberapa orang yang ada di belakangnya.

“Yaudah, singkat aja kali yaa,” dia menarik nafas, lalu mengembuskannya sebelum melanjutkan kalimatnya, “Satu tahun itu adalah waktu yang panjang. Dan selama waktu yang panjang itu, saya berkesempatan dan dipercayai oleh kalian semua untuk memimpin HIMAHI. Dulu sebelum saya resmi dilantik sebagai pemimpin, saya nggak yakin bakal bisa melangkah sejauh ini dan berdiri di tempat dimana saya sekarang berpijak. Semua itu nggak lepas dari kontribusi rekan-rekan di belakang beserta staff di depan saya yang super hebat. Kita bisa sampai sejauh ini ya karena kita melangkah bersama—saling menjaga, saling membantu, saling memberi tempat yang nyaman untuk berkolaborasi…”

Shikamaru menjeda sejenak kalimatnya, membiarkan dirinya buat menerima riuhnya tepuk tangan dari para audiens dan beberapa celetukan kata yang isinya pujian untuknya dari rekan-rekan yang ada di belakang.

“Jangan nangis Shiiik!”

Entah Naruto tahu darimana dampai mantan wakahimnya menyeletuk begitu, dan di sebelah Naruto bahkan sudah ada Sai dengan kamera nya sedang standby merekam speech terakhir Shikamaru. Nyatanya, mata Shikamaru kini betulan memanas dan sedang dia tahan supaya nggak mengeluarkan air mata.

“Ck.” dia berdecak dan terkekeh sebentar.

“Pokoknya, semua pencapaian kita semua nggak terlepas dari kerjasama tim yang hebat. Terima kasih banyak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran kalian untuk HIMAHI tercinta. Semoga kalian bisa berproses dan belajar dari apa yang kalian lihat selama di sini, yang jelas APBN ya, aliat ambil positif buang negatifnya.”

“Terakhir, kami mohon maaf apabila banyak yang kurang entah itu dari cara saya, Naruto, dan para kepala departemen memimpin, approach kalian, dan hal-hal lainnya. Sekali lagi, terima kasih banyak!”

Shikamaru menutup speech singkatnya dan berbalik untuk bergabung dengan barisan rekan-rekan mantan pengurus intinya.

Setelah itu, rangkaian agenda sidang dan musyawarah resmi berakhir. Para audiens tamu undangan berangsur-angsur keluar dari ruangan dan meninggalkan ketigabelas mahasiswa itu di dalam ruangan tersebut.

Mereka membentuk sebuah lingkaran besar dan saling menatap satu sama lain.

“Widih, ciye banget udah demisioner!” Naruto berseru dengan jumawa.

“Jadi… ini semua udah berakhir ya?” masih diselimuti rasa ketidakpercayaan, Ino melempar pertanyaan retoris tersebut.

“Perjalanan kita di HIMAHI emang udah selesai, tapi bukan berarti kita bakal stop berkembang.” kata Neji bijak.

Ketigabelas mahasiswa tingkat akhir tersebut mengangguk pertanda setuju. Setelahnya, entah siapa yang memulai, lingkaran yang terbentuk semakin mempersempit celah jarak mereka dan menghambur untuk melakukan pelukan yang disusul oleh tangis mereka yang pecah.

Tangisan yang diwarnai dengan rasa syukur untuk menutup bagian terakhir dari perjalanan mereka selama berproses bersama di sebuah organisasi kemahasiswaan.

Untuk kalian yang sudah mau berjuang sampai sejauh ini, terima kasih atas kerja kerasnya! Semoga keringat, air mata, dan tawa yang dikeluarkan selama satu tahun akan membuahkan hasil yang baik.