Meet Boys For Rent!
Bisa dibilang kalau Valentine adalah salah satu peak season untuk Boys For Rent, sebab masuknya demand pesanan untuk sewa para talent BFR membludak bukan main. Bahkan banyak dari calon klien yang nggak kebagian slot saking gercepnya klien lain dalam bertransaksi. Namanya juga hari kasih sayang, nggak punya pacar bukan suatu masalah buat mereka yang ingin melakukan kegiatan uwu dan romantis instagramable dengan cowok-cowok ganteng, BFR telah hadir menjadi sebuah solusi.
Maka dari itu, rapat kecil-kecilan kali ini Erwin adakan untuk memastikan baik dari staff dan talents nya nggak keteteran. Rapat dimulai dan Erwin sebagai yang memimpin mempersilakan Falco selaku talent baru untuk memperkenalkan diri secara langsung, meskipun sebelumnya beberapa dari talent dan staff sudah bertemu dengannya.
“Perkenalkan semua, saya Falco. Umur saya 19 tahun, sekarang lagi kuliah semester empat. Mohon bimbingannya.”
Perkenalan diri Falco disusul oleh tepukan tangan dan sapaan hangat dari talent lain dan staff. Melihat Falco yang masih muda dan lugu sebenarnya membuat beberapa yang ada di ruangan merasa menyayangkan kalau dia akan resmi menjadi cowok bayaran setelah ini. Meskipun nggak ada yang perlu dikhawatirkan sih, cowok bayaran di sini tidak dimaksudkan sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif.
“Okay Falco, gausah formal-formal. Senyaman lo aja, di sini ngga ada senioritas kok. Gue Zeke, yang bakal jadi perwakilan lo untuk urusan Legal. Singkatnya buat ngurusin kontrak lo dengan klien juga kontrak lo dengan pihak BFR.”
“Hehe okay siap, Bang Zeke.” jawab Falco seraya mengangguk dan melangkah ke salah satu tempat duduk yang tersedia setelah dipersilakan.
Setelah itu Erwin mulai lagi memimpin rapat, “Okay jadi semua talents are available for Valentines batch tahun ini, kan?”
Para talent mengangguk sebagai jawaban, sampai ada satu interupsi yang datang.
“Sorry bang interupsi, have I told you that gue bakal ambil cuti buat Valentine batch tahun ini?”
“Oh iya hampir lupa, it’s on my notes kok. Thanks ya, sudah diingetin.”
Yang barusan menginterupsi Erwin adalah Jean. Karena alasan tertentu dia harus mengambil cuti dan off-service di batch valentine tahun ini. Tentu saja hal itu menimbulkan rasa penasaran pada rekan-rekannya apalagi Jean ini adalah salah satu talent yang paling diminati oleh para calon klien.
“Kenapa cuti deh? Dari awal join BFR lo nggak pernah cuti pas Valentine padahal.” Eren menjadi yang pertama menyuarakan rasa penasarannya.
Sedangkan Jean cengar-cengir sendiri di tempat duduknya, sampai Hange menyeletuk, “Dia mau ngelamar ceweknya pas Valentine besok.”
“BUSEEEEET.”
“Gue bahkan lupa anjir kalo Jean punya pacar!”
“BFR PECAH TELOR NIH??”
“PARA TETUA KAPAN PECAH TELOR JUGA?? MASA DILANGKAHIN SAMA JEAN.”
Seisi ruangan seketika berubah kurang kondusif mendengar kabar Jean yang akan melamar pacarnya. Bukan hal aneh sebenarnya kalau beberapa talent memiliki hubungan asmara pribadi meskipun pekerjaan mereka adalah sebagai pacar bayaran. Namun untuk saat ini sih, yang betulan punya pacar memang hanya Jean seorang. Nggak masalah, toh hal itu nggak merugikan.
Bicara soal hubungan asmara, satu peraturan sakral yang nggak boleh dilanggar oleh para talents, yaitu nggak boleh baper sama klien ketika kontrak masih berlaku, dan klien mereka sendiri juga sudah diinformasikan atas adanya peraturan tersebut. Selama ini sih aman-aman saja, nggak ada masalah besar yang timbul sebab para talent dan klien menjalani segalanya dengan sangat profesional.
Lantas, apakah aturan tersebut betulan membuat member BFR anti-baper ke klien mereka? Tentu saja tidak. Banyak juga (kecuali yang sudah berpawang) yang baper atau naksir-naksir gemes ke klien nya, apalagi kalau talent dapat klien yang sesuai kriteria idaman mereka. Tapi yaudah sih, meskipun begitu talent BFR tetap profesional.
Sebetulnya, selain talents yang harus mematuhi peraturan, klien juga harus mematuhi peraturan atau batasan-batasan yang para talents tentukan. Lalu bukan cuma klien yang punya preferensi mau sewa talent yang mana. Talents juga punya preferensi mereka sendiri.
Contoh singkatnya, Porco menghindari talents yang request untuk dipanggil dengan pet names cringe, Bertholdt yang menghindari membicarakan topik-topik astrology; mbti; golongan darah dan lain-lain sebagai acuan bentuk karakter seseorang karena menurutnya nggak rasional, atau Connie yang enggan menerima klien yang kelewat ‘fancy & lavish’.
tok tok tok
Erwin mengetuk meja dengan kepalan tangannya pertanda meminta para talents dan staffs untuk kembali fokus.
“Congrats ya Jean. Semoga lancar proposal nya.”
“Makasih Bang Erwin!”
“Yaudah kita lanjut ya. Mau follow up ke Hange sama Levi sebagai yang ngurusin transaksi awal sama klien, kemarin yang kurang-kurang sekarang udah disiapin?”
“Udah, gue sama Hange udah siapin semua buat PR related, registrasi, payment, dll” jelas Levi.
“Oke thanks, Pai.” merasa puas dengan jawaban rekannya, Erwin mengangguk. “Kalau gitu seperti biasa, gue sama Zeke bakal urus semua persiapan legal documents buat klien. Terus—oh iya, kemaren gue denger katanya ada klien yang ngotot mau nge-spill Porco di twitter?”
Hange dan Zeke terbahak mendengar pertanyaan Erwin barusan, bujang-bujang lainnya langsung mulai menggoda Porco, justru yang sedang menjadi topik pembicaraan sih acuh dan santai saja meskipun di dalam hati merasa ngenes juga.
“Udah gue sama Porco beresin secara kekeluargaan kok hahaha,” jawab Hange masih terkekeh.
“Jangan galak-galak makanya, Pock.” tukas Reiner jenaka.
Porco mendengus tidak terima, “Diem lo.”
Masalah yang sempat Porco alami itu karena ada salah satu klien yang nggak puas dengan service nya. Si klien merasa Porco ini terlalu galak ketika menjadi pacar, apalagi untuk sekelas pacar bayaran. Memang sih, kalau sudah merasa cringe oleh kelakuan cewek-cewek manja dan clingy, mode singa Porco akan bereaksi.
Selain untuk menjaga reputasi bisnis, BFR ini tergolong bisnis yang dijalankan secara tertutup (bukan illegal). Tujuannya adalah untuk melindungi privasi talents dan klien sekaligus. Meskipun pihak BFR mempunyai laman media sosial sehingga mudah untuk dijangkau, secrecy adalah salah satu poin penting dalam menjalankan bisnis.
Mengingat talents BFR itu visual nya nggak kalah tampan dengan oppa-oppa korea, mereka bisa langsung viral kalau keberadaannya secara individu pribadi terendus oleh publik, kemudian privasinya otomatis akan terganggu. Apalagi spill culture sedang trend di media sosial untuk kalangan Gen-Z. Makanya BFR sangat menghindari publikasi yang sekiranya akan merugikan pihak pribadi.
“Bagus deh kalau udah beres haha, lain kali tahan dulu ya Porco mode singa nya.“
“Hmm…”
“Yaudah sebenernya sih itu aja. Mungkin selain itu gue mau ingetin buat talents untuk patuhin semua rules BFR yaa, kalau ada klien yang coba ngelanggar juga jangan lupa diingetin. Kasih batasan.”
“Siaaaap.”
“Very well then, any questions? Atau ada yang mau nambahin?”
Ketika semua menggeleng pertanda tidak ada pertanyaan atau sesuatu untuk ditambahkan, rapat malam itu resmi berakhir.