Musyawarah Besar
Naruto pada akhirnya berhasil memarkirkan mobilnya sehingga briefing bisa dimulai. Neji diperintahkan oleh Shikamaru untuk memimpin doa agar jalannya musyawarah besar hari ini lancar.
Setelah itu mereka semua menuju ke ruangan yang akan digunakan untuk prosesi sidang dan musyawarah besar. Di sana sudah ada audiens dari kelompok mahasiswa HI beserta alumni yang diundang. Beberapa waktu yang tersisa mereka gunakan untuk saling menyapa dan ngobrol singkat, kemudian para jajaran Badan Pengurus Harian dan Kepala Departemen menempati bangku masing-masing yang terletak di depan, menghadap ke arah para staff himpunan lainnya dan audiens.
Shikamaru menerawang ke depan, di dalam benaknya masih ada perasaan nggak menyangka kalau akhir periode kepengurusannya sudah ada di depan mata. Bahkan Shikamaru masih ingat bagaimana setahun lalu dia masih cemas akibat tekanan menjadi kandidat ketua himpunan. Sekarang, Shikamaru masih cemas, namun kecemasan itu punya alasan yang berbeda dengan kecemasannya setahun lalu.
Shikamaru cemas karena dia takut nggak bisa memberikan kontribusi dan nilai-nilai yang baik untuk organisasi, untuk rekan seperjuangannya di organisasi, juga untuk rekan mahasiswa. Shikamaru cemas karena dia takut nggak bisa melindungi rekan-rekan nya pada saat mereka mendapat kritikan, bahkan pertanyaan-pertanyaan yang konteksnya hanya ingin menjatuhkan mental mereka.
Naruto seperti bisa melihat kemelut yang dirasakan oleh ketuanya, sehingga dia beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di belakang Shikamaru sambil memberikan pijatan asal di kedua bahu pak ketua. “Asem banget muka lo, Pak! Gue takut anjir liatnya, biasanya kan lo santuy banget.”
Shikamaru masih terdiam, sebenarnya dia heran juga kenapa bisa secemas ini.
“Nih, gue salurkan energi positif gue biar muka lo nggak asem lagi!” celoteh Naruto lagi.
Kali ini Shikamaru berdecak, kemudian geleng-geleng kepala. Dia berharap bisa berpikir sepositif Naruto. Meskipun Shikamaru yakin, bocah oren itu juga diselimuti kecemasan yang sama dengannya.
“Semangat deh Nar!”
“GAUSAH NABOK JUGA KALI.” protes Naruto karena entah ada angin darimana, Shikamaru tiba-tiba menaboknya, pelan sih, tapi bisa cukup bikin Naruto oleng.
Shikamaru berniat untuk menghilangkan kecemasannya dengan menghampiri satu persatu rekan pengurus intinya. Shikamaru juga berharap kalau dia bisa menekan bahkan menghilangkan kecemasan yang dialami mereka dengan jabatan tangan dan rangkulan di bahu.
Selanjutnya, Shikamaru menghampiri pimpinan sidang yang mana adalah Sebastian atau biasa akrab dipanggil dengan C (Shi) selaku presidium. “Lima belas menit lagi kita mulai ya, yang hadir udah lebih dari kuorum.”
C mengacungkan jempol dan mengangguk, “Siap, Pak. Semoga lancar ya!”
Sidanh dan Musyawarah Besar akhir periode kepengurusan tahun 2022 resmi dimulai. Agenda tersebut diawali dengan pembacaan tata tertib, dilanjut dengan sambutan dari ketua departemen Hubungan Internasional (Prof. Tsuna), pembina himpunan (Pak Iruka), dan ketua himpunan yaitu Shikamaru sendiri.
Acara berlanjut ke sesi pembahasan dan evaluasi ADRT, dengan menganalisis hambatan-hambatan yang terjadi di periode tersebut sehingga hambatan itu bisa diminimalisir agar tidak terjadi di periode selanjutnya. Sesi tersebut memakan waktu cukup lama sebelum menuju ke evaluasi masing-masing departemen HIMAHI.
Presentasi yang dipimpin oleh kepala departemennya masing-masing berjalan dengan lancar di setiap sesinya. Mulai dari menjelaskan jobdesc departemen tersebut, pemaparan timeline program kerja berikut analisis faktor pendorong kesuksesan dan hambatan program kerja tersebut.
Namun seperti biasa, setiap departemen dibanjiri pertanyaan-pertanyaan dari tamu undangan yang hadir. Seperti halnya ketika Itachi mengajukan diri untuk memberikan pertanyaan kepada departemen hubungan masyarakat yang dipimpin oleh adiknya sendiri—Sasuke.
Setelah pimpinan sidang mempersilahkan Itachi, cowok itu mulai bertanya lewat mikrofon. “Izin bertanya ya. Ini berkaitan dengan flow keuangan himpunan yang sudah dipaparkan sama Mba Sakura dan Mba Tenten sebelumnya. Mayoritas pemasukan himpunan itu dari fundraising atau usaha dana internal. Apa itu artinya jaringan kerja sama antara himpunan dan media partner serta sponsor di tahun ini kurang diperkuat?”
Perlu dicatat, jadi selain membina hubungan masyarakat dan pihak lainnya, departemen yang dipimpin oleh Sasuke ini juga berfungsi untuk membina kerjasama dengan partner dan sponsor, mirip-mirip lah sama marketing.
Sasuke mengangguk, paham dengan pertanyaan Itachi hanya dengan satu kali mendengarkannya. Kemudian dia menjawab dengan yakin. “Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, memang jaringan kerja sama dengan media partner berkurang.”
“Kenapa gitu?” Itachi lanjut bertanya.
“Karena melihat dari keadaan dan kebutuhan dana himpunan juga, kami merasa dengan jumlah partner yang dibina tahun ini sudah mencukupi. Apalagi tahun ini kami lebih punya banyak proker untuk pemberdayaan internal, jadi dana yang kita punya sudah bisa nge-cover tanpa adanya sponsor atau partner yang lebih banyak.” jelas Sasuke.
“Wah… Gini ya Sasuke…” Itachi menjeda sejenak, kemudian melanjutkan. “Gunanya partner itu memang untuk membantu kalian. Tapi kalau jaringan kerjasama yang sudah ada aja nggak dibina atau diperkuat lagi, memangnya kamu yakin bakal bisa keep mereka buat tetep mau kerjasama bareng himpunan di kesempatan lainnya?”
Sasuke tetap diam dengan tenang, tatapannya masih tertuju ke arah Itachi namun kepalanya sudah mulai diputar untuk memberikan seniornya jawaban, staff humas yang kini berlindung di belakang punggungnya sudah keringat dingin.
Di sisi lain, Shikamaru merasa pening karena apa yang Itachi bilang tadi benar. Dan Shikamaru merasa ini adalah kelalaiannya juga karena nggak memperhatikan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bakal dialami oleh masing-masing departemen.
Karena nggak mendapatkan jawaban, Itachi menambahkan, “Cari sponsor dan partner itu nggak mudah loh. Harapan saya ketika sudah dapat, akan bisa dibina sehingga jaringan kerjasama kedua pihak bisa sustainable. Kasian nanti adek-adek kalian kalau harus ngulang dari nol.”
Sasuke diberikan waktu untuk berunding dengan staff nya, berusaha memilah jawaban yang tepat dan diplomatis sehingga kesannya nggak zonk-zonk amat.
“Terimakasih Koh buat feedbacknya. Kami menyadari kalau memang kurang di bagian penguatan jaringan kerjasama, kami terlalu mengandalkan kondisi keuangan himpunan yang stabil sampai kurang memperkuat jaringan kerja sama. Setelah ini akan kami evaluasi lagi, terima kasih.”
Pada akhirnya Sasuke dan staffnya sepakat untuk memberikan poin-poin tersebut untuk menjawab pertanyaan Itachi, meskipun Itachi sendiri merasa jawaban tersebut kurang memuaskan, namun akhirnya dia mengangguk saja supaya nggak buang-buang waktu dan mempersilakan yang lain untuk bertanya.
“Sori, izin tanya dong.” Konan adalah seseorang mengambil kesempatan itu setelah Itachi.
“Iya Kak, silakan.”
Setelah meraih mikrofon yang disalurkan Itachi, Konan mulai berbicara. “Maaf ya ini agak merembet ke bendahara juga. Kalo saya liat nih ya, alasan kalian cuma bergantung sama fundraising internal tanpa memperkuat jaringan kerja sama dengan partner external tuh—kesannya karena pengurus tahun ini itu berduit semua apa gimana sih??”
Konan pernah menjabat sebagai Bendahara I selama periode kepungurusan Yahiko, dan pertanyaan dari cewek itu cukup membuat pengurus HIMAHI terdiam. Maka cewek itu melanjutkan pertanyaannya, “Kenapa diem? Ini kalian manfaatin pengurus yang punya banyak duit? Nggak ada pungli kan di kepengurusan kalian??”
Sakura beranjak dari duduknya, cewek meminta Sasuke untuk menyerahkan mikrofon yang masih dipegangnya karena dia hendak menjawab pertanyaan Konan.
“Terimakasih Kak Konan buat pertanyaannya. Saya izin menjawab ya. Sebelumnya kan saya dan rekan saya, Tenten, sudah memaparkan transparasi jalannya flow keuangan himpunan. Mungkin karena tadi bagian fundraising kurang di-highlight, jadi saya jelaskan ya sekarang.”
Di seberang sana, Konan mengangguk dan menunggu jawaban. Setelah dipersilakan, Sakura mulai menjawab. “Pertama, saya mau tekankan kalau di HIMAHI, nggak ada pungli. Kedua, kami memang memanfaatkan pengurus organisasi, tapi dalam konteks memanfaatkan SDM nya, bukan secara finansial. Ketiga, fundraising atau usdan kami itu nggak sekedar dalam bentuk jualan risol atau bakso bakar. Kami punya beberapa program fundraising yang income nya sangat menjanjikan. Dari thrift-sale, live music di cafe & busking, serta penjualan komisi digital art dan karya tulis. Untuk penjualan komisi, kebetulan HIMAHI punya banyak talented artist, contohnya Sai dan Neji, serta lainnya yang nggak bisa saya sebutkan satu persatu.
Sakura menjeda kalimatnya sejenak untuk menarik nafas dan mengeluarkannya kemudian. “Dan kami melakukan sistem bagi hasil dari penjualan komisi tersebut, 65% untuk artist, dan 35% untuk kas himpunan. Begitu Kak Konan, apakah sudah menjawab?”
Paparan Sakura memperoleh banyak anggukan kepala dari mereka yang mendengarnya dengan seksama. Ino yang duduk nggak jauh dari tempat Sakura berdiri ingin langsung lari dan memeluknya karena menurut dia, Sakura tadi sangat baddass! Nggak berbeda jauh dengan Ino, Sasuke juga memandang ke arah pacarnya itu dengan tatapan memuja. Dia bangga dengan Sakura yang bisa menjawab pertanyaan Konan dengan lantang, berbeda dengan Sasuke sendiri yang sempat lumayan planga-plongo sebentar.
“Okay, kalau begini kan jadi jelas. Sebuah inovasi yang bagus, saya harap bisa dijadikan contoh ya buat periode kepengurusan berikutnya. Thank you Sakura.” balas Konan pada akhirnya sambil mengacungkan jempol.
Tepat sebelum memasuki waktu Maghrib, pimpinan sidang mengetuk palunya sebagai tanda bahwa waktu istirahat telah tiba. Kemudian Shikamaru menginformasikan bahwa mereka akan melanjutkan agenda musyawarah besar pada pukul tujuh malam.
Masih tersisa beberapa departemen yang belum sempat memaparkan laporan pertanggungjawaban mereka. Rock Lee yang biasanya bakal punya semangat yang membara 24/7 saja sudah menguap beberapa kali.
Hari ini, tentu akan berjalan dengan sangat panjang.