My Dear Little Pieck.

Pandangan Pieck tertuju ke arah bawah dari atas balkon dimana Mikasa, Eren, dan Jean sedang berbincang bersama—atau lebih tepatnya, Eren dan Jean yang sedang terlibat argumen kekanakan yang tidak penting, di halaman belakang mansion utama. Melihat Jean yang digabungkan dengan Eren, Pieck menyadari betapa ekspresif suaminya itu, dia dapat melihat Jean tersenyum, mengeluarkan ekspresi jengkel, kemudian mengomel karena Eren melakukan suatu hal yang menurut Jean itu bodoh. Jauh berbeda dengan Jean yang selalu ditemuinya setiap hari di rumah, Jean yang ada di rumah adalah Jean yang minim ekspresi dan berbicara seadanya dengan intonasi datar. Hati Pieck bergetar seketika.

My dear little Pieck ain’t so little anymore, I guess.” terdengar suara baritone yang dikenalinya membuyarkan lamunannya seketika. Zeke Jaeger datang dengan sebatang rokok di sela kedua jarinya, lalu menempatkan diri disamping Pieck, sama-sama memandang ketiga orang di bawah sana.

Doesn’t this feel so nostalgic? Dulu kita selalu ada di balkon ini, kadang cuma kita berdua, kadang bertiga sama Levi. Terus Eren sama Mikasa di bawah sana, main bareng. Bedanya, waktu itu belum ada Jean.”

Pieck menyetujui gagasan Zeke dalam diamnya, potongan memori masa kecilnya perlahan memenuhi ruang di kepala, “And you used to sneak out and smoke here too.” ucap Pieck.

Just like what I am doing right now, kamu masih inget ternyata.”

Yeah.” balas Pieck lirih sambil mengangguk

Zeke semakin dalam menghisap ujung dari batanv rokoknya, kemudian bertanya pada Pieck “How are you doing?

Good. And you?

After you left me ten years ago? Not really good, to be honest.

Setelah itu hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua meskipun teriakan Eren dan Jean yang cukup keras dapat terdengar hingga atas balkon serta Mikasa yang berusaha ‘mengomeli’ kedua pria di bawah sana karena terlalu berisik.

Bila kalian sudah mengetahui cinta pertama Jean Kirstein adalah Mikasa Ackerman, maka cinta pertama Pieck Finger adalah Zeke Jaeger, pria dengan surai keemasan yang ada disampingnya sambil merokok saat ini. Sepuluh tahun yang lalu, ketika Pieck tersadar bahwa cinta pertamanya tidak akan berjalan sesuai dengan angan-angannya, Pieck memilih untuk menarik diri. Mengubur semua harapan dan cintanya untuk Zeke Jaeger, dengan meninggalkan pria itu tanpa ada kesempatan melihat kembali sosoknya.

Sampai sepuluh tahun yang lalu, bagi Pieck Ackerman, segala sesuatu tentang Zeke Jaeger adalah yang ‘pertama’ untuknya.

What happened to the child—

There is no child.” lamunan Pieck terhenti dan dirinya buru-buru memotong kalimat Zeke sebelum diselesaikan.

But Levi said—

He doesn’t know a thing,

He knows everything, Pieck! Tell me, what happened to our child?

Bibir Pieck tidak bisa bergerak dan lidahnya begitu kelu, dia tidak punya secuil tenaga yang tersisia untuk menjawab. Biarkan air mata yang mulai turun deras menjadi jawaban.

Zeke, stop.

Suara Levi menggema sebagai sebuah interupsi dengan menampakkan dirinya yang datang dari arah dalam dengan kaki yang terpincang, entah sejak kapan Levi sudah mendengar percakapan mereka beedua.

Don’t give a pressure on my sister,

Setelahnya, Pieck memilih pergi dan meninggalkan Zeke bersama Levi di teras balkon berikut dengan pertanyaan Zeke yang akan terus menjadi sebuah pertanyaan tanpa jawaban. Zeke menatap punggung kecil Pieck dengan nanar, sama seperti punggung kecil dan rapuh yang dia lihat di bawah langit sore Boston untuk yang terakhir kalinya, sepuluh tahun yang lalu.