OO:OO A.M.
“Shik? Ini bukan arah ke tempat apartemen gue loh?”
Ino merasa heran dan melayangkan protesnya sebab Shikamaru mengemudikan mobilnya ke arah yang berlawanan dari arah apartemen nya.
“Iya, gue mau muter-muter dulu sama lo.”
Adalah benar, Shikamaru dan siasatnya untuk mengulur waktu sampai tengah malam nanti sebelum mereka kembali ke apartemen Ino karena teman-temannya yang lain sedang melakukan finishing terhadap hal-hal tentang dekorasi perayaan ulang tahun Ino yang belum sempat mereka selesaikan sebelumnya.
“Muter-muter kaya orang gabut aja lo!”
“Ya mumpung masih bisa gabut.”
Malam hari itu, jalan yang mereka lewati sudah sepi, maklum karena sudah menjelang tengah malam. Sama halnya dengan keadaan di dalam mobil, Shikamaru dan Ino diselimuti sunyi. Sesekali cewek yang sebentar lagi bertambah usia seperti Shikamaru menyenandungkan lagu yang diputar lewat stereo mobil.
“Lo tuh, bisa gitu ya diem-diem bikin pesta ulang tahun di kaepci.” kata Shikamaru dengan santai.
Ino terkekeh saja, merasa puas dengan rencananya yang telah berhasil. “Lucu kaaan?! Pas masih kecil kan lo dulu nggak pernah rayain ulang tahun di kaepci!”
“Emang gapernah. Dulu gue kadang suka bayangin, kapan ya si mamah mau bikin pesta ulang tahun buat gue di kaepci. Tapi gapernah tuh. Yang ada ulang tahun gue selalu diragain bareng sama ulang tahun lo. That’s much better actually, meskipun super ribet tapi gue nggak bisa bayangin ulang tahun tanpa lo.”
Untung saja cahaya di dalam mobil remang-remang, sehingga bisa dengan sukses menyembunyikan rona merah di pipi Ino ketika Shikamaru berbicara panjang seperti itu. “Then there will always be more birthday that we can celebrate together hehe.”
Shikamaru tersenyum, menunjukan kalau apa yang Ino bilang sudah disegel menjadi sebuah lifetime promise.
“Udah malem, mau balik?”
“Boleeeh.”
Mobil sudah terparkir di pelataran parkir gedung apartemen Ino, namun keduanya nggak merasa buru-buru untuk beranjak keluar dari mobil tersebut. Ino mengecek ponsel nya yang sekarang menunjukan pukul 11 lewat 59 malam.
“Shika shika! Ada satu menit lagi sebelum ulang tahun lo berakhir. Lo boleh minta satu permintaan terakhir dari gue!” tukas Ino manis.
Shikamaru bergumam saja karena nggak tahu dia harus minta apa sedangkan detik demi detik semakin terbuang. Dia menghadapkan wajahnya agar bisa melihat wajah Ino di bawah pencahayaan mobil yang temaram. “Hmm. Apa ya?”
“Ah lama lo! Sini.”
“Sini kemana?”
“Sini deketan!”
Nggak perlu disuruh dua kali, Shikamaru benar-benar mendekatkan dirinya seperti yang Ino perintahkan. Saat itu juga cowok itu bisa merasakan manisnya bibir Ino yang mengecup bibirnya sendiri.
“Heeee ini mah lo yang modus ya pengen cium-cium gue?” cowok itu menyeringai dan menggoda Ino ketika bibir mereka sudah berpisah.
“Apaan! Waktu lo udah habis nih!”
Tepat pukul 00:00, Ino berniat untuk membuka pintu mobil dan keluar. Namun pergerakannya ditahan oleh Shikamaru. “Bentar. Gue personally belum minta sesuatu dari lo.”
“A-pa? Lo mau minta apa?”
Tangan cowok itu bergerak menyusuri surai pirang Ino yang lembut, dia menyampirkan poni panjang cewek itu yang menjuntai sampai menutupi sebelah matanya ke belakang telinga. Dengan begini, Shikamaru bisa melihat dengan jelas dua manik sebiru langit yang selalu dia kagumi.
“Gue nggak akan minta banyak.” Katanya sambil tersenyum. “Tapi kalau gue minta supaya lo jangan kemana-mana, jangan tinggalin gue. Lo mau nggak?”
“Iya, gue nggak akan kemana-mana, Shika. Gue janji.”
“Gue juga janji. Selama lo nggak kemana-mana, gue bakal terus di sini. Kalaupun lo kemana-mana, bakal gue kejar sampai kemana pun.”
Kemudian Shikamaru dan Ino menghadiahi ulang tahun keduanya dengan pangutan di bibir yang dalam setelah mengucap janji yang bagi Shikamaru, akan dia ingat sampai kapanpun.