Operasi Sancaka
Shikamaru tidak akan sembarangan mengizinkan orang lain menginterupsi agenda rebahan di atas bukitnya kalau bukan untuk sesuatu yang sangat mendesak.
Namun karena interupsi ini akan melibatkan rekannya, Ino, sebagai salah satu topik pembicaraan, Shikamaru berusaha keras untuk menahan kantuknya di waktu senja. Maka dia gunakan waktu sebaik mungkin untuk power nap sampai deru mesin Range Rover yang dikemudikan Itachi terdengar semakin mendekat.
Waktu Shikamaru melihat Itachi tidak datang sendirian, melainkan ditemani dua bocah yang sangat dia kenal itu, Shikamaru ingin menjotos lelaki itu sekarang juga.
“UNCLE SHIKA!!!”
“Yo.” Shikamaru membalas sapaan dari Nash dan Gwen dengan lambaian malas. Kemudian matanya memicing ke Itachi. “What the fuck? This is not a playground, why are you bringing children here?”
“Mereka bakal lebih aman kalau di sini.” jawab Itachi singkat sambil mengangkat bahunya acuh.
“Nggak seharusnya mereka ada di sini, apa yang mau kita bicarain itu rahasia.” Shikamaru mendesis dan melihat satu persatu anak Itachi yang sedang menjadi topik pembicaraan.
“Tahu, tapi apa bisa lo tanggung jawab kalau mereka ditembak mati di rumah sama orang-orang yang kejar saya dan Ino??”
“Gue bakal mati di tangan Ino sebelum bisa tanggung jawab.”
“Ya sudah. So, bisa tolong jelaskan tentang operasi rahasia itu?”
Sebelum masuk ke topik utama prmbicaraan, Shikamaru mengulurkan tangannya ke arah Itachi. “Rokok?”
“Thanks, saya nggak ngerokok. Tolong jangan arahin asapnya biar nggak kena ke Nash dan Gwen.”
Pada akhirnya Itachi dan Shikamaru membiarkan Nash dan Gwen mendengarkan percakapan rahasia mereka. Itachi percaya kalau kedua anaknya tidak akan menyalahgunakan informasi, kalau Shikamaru sendiri karena dia malas berdebat dan malas untuk mengeluarkan lebih banyak tenaga untuk membujuk Nash dan Gwen supaya tutup telinga.
“Namanya Operasi Sancaka…” Shikamaru memiliki kepercayaan yang cukup terhadap Itachi. Selain karena sejauh Akatsuki ada berada di bawah kendali NIS dan Itachi yang paling mudah untuk kooperatif, Shikamaru juga tahu kalau Itachi bukanlah orang jahat.
“Operasi Sancaka membentuk satu tim rahasia yang sudah dibagi-bagi tugasnya, kebetulan gue ditugasin di stage paling awal. Habis itu yaudah, tugas gue selesai dan bikin laporan.” lanjutnya.
Sebagai seorang agen khusus dari NIS, Shikamaru pernah ditugaskan dalam misi penyamaran sebagai pemandu lalu lintas dadakan yang diberi upah oleh pengemudi yang melewati area tersebut—atau kasarnya tukang parkir selama tiga bulan di area yang diduga digunakan sebagai jalur mobilisasi praktik penyelundupan anak dan pekerja migran ilegal.
Dugaan tersebut diverifikasi oleh observasi Shikamaru. Di suatu malam saat misi penyamaran, Shikamaru pernah ngopi bersama beberapa supir truk yang sedang beristirahat. Supir-supir itu menyebutkan beberapa kalimat yang menunjukan kalau mereka akan diberikan proyek besar di akhir tahun untuk mengantar anak-anak dan pekerja migran yang sebagian besar perempuan ke pelabuhan khusus.
“Sebentar lagi sudah masuk akhir tahun, aparat lagi sibuk-sibuknya buat eksekusi dan gagalin mobilisasi praktik illegal itu.”
Itachi mengangguk, kemudian bertanya. “Boleh saya tahu siapa saja anggota tim dari Operasi Sancaka?”
“Gue nggak tahu.”
“Pardon?”
“You heard me.” Shikamaru menghisap panjang batang rokoknya yang ketiga di tengah-tengah obrolan tersebut, “Gue nggak tahu. NIS punya sistem untuk membentuk satu tim khusus tanpa anggota tim itu sendiri tahu siapa rekan-rekan mereka untuk beberapa operasi rahasia, ini salah satunya. Mereka bergerak cuma dengan ngandelin data.”
Itachi bergumam, “Berarti Ino… Bisa jadi dia terlibat di Operasi Sancaka ini?”
“Bisa jadi. Tapi setahu gue, Ino nggak pernah jadi kandidat untuk jadi anggota tim Operasi Sancaka. Nggak tahu ya, bisa jadi gue salah.”
Kalau apa yang Shikamaru jelaskan barusan benar, maka bisa jadi Ino adalah salah satu anggota tim Operasi Sancaka itu. Kalau memang itu benar, maka pihak-pihak yang kemungkinan sedang mengincar Ino adalah dalang dibalik praktik ilegal tersebut.
“Shit!”
“Mami keren banget!”
Nash dan Gwen memekik antusias setelah mendengar cerita yang tidak sepatutnya mereka dengar. Sedangkan Itachi dan Shikamaru tidak bersuara, kepala mereka sama-sama sedang memikirkan banyak hal.
“Siapa dalang dibalik praktik ilegal ini?” Itachi kembali bertanya yang dibalas dengan gendikan bahu Shikamaru.
“Gue nggak tahu ada siapa aja. But the names are listed in a file.”
“Names? Dalangnya lebih dari satu?”
“Of course.”
“Apa tujuan mereka?”
“Duit.”
Keheningan lantas menyelimuti mereka berdua, lebih tepatnya berempat. Itachi baru saja mendapatkan informasi-informasi penting namun itu saja belum cukup untuk mengetahui di mana Ino berada. Dan dia belum bisa memutuskan untuk bergerak karena probabilitas-probabilitas itu masih sangat banyak, sehingga Itachi belum tahu dia harus pergi kemana untuk menemukan istrinya.
“Aku boleh tanya nggak?” suara Gwen memecah keheningan.
“Ask away, Adek.” jawab Itachi.
“Jadi kalian semua ini sebenarnya… agen rahasia ya? Keren banget!” Saking terkesimanya Gwen dengan fakta tersebut, Itachi sempat lupa kalau beberapa waktu lalu, anak itu stress berat.
“Kalo mami kalian sama uncle Shika mah iya, tapi kalo Papi kalian itu kri—“
“Okay makasih buat infonya, Shikamaru.”
Itachi buru-buru memotong kalimat Shikamaru dan beranjak dari duduknya. Tengsin juga kalau Nash dan Gwen tahu bahwa Papi mereka pernah jadi kriminal. Itachi menepuk-nepuk pantatnya supaya rerumputan bukit yang nempel di baguan belakang celananya hilang, “Let’s go, Kids.”
Nash dan Gwen segera mengikuti Papi mereka, keduanya juga tidak lupa pamit ke Uncle Shikamaru. “See you later, Uncle Shika.”
“Yo. Take care ya kalian. Gausah terlalu overthinking. Mami kalian kuat, pasti dia baik-baik aja.”
Nash dan Gwen kemudian menghadiahi Uncle Shikamaru dengan acungan jempol.
“Oh ya Shikamaru. Boleh saya minta tolong?” sebelum Itachi benar-benar pergi, dia harus memastikan satu hal terlebih dahulu.
Shikamaru menggerutu saja karena agenda rebahannya jadi semakin tertunda. “Apa?”
“Boleh tolong cari tau siapa yang set up berita tentang kematian saya dan bikin Ino jadi tersangkanya? Siapa tahu mereka adalah kaki tangan si dalang praktik ilegal ini.” jelas Itachi.
“Oke,” Shikamaru mengangguk dan melanjutkan, “Boleh gue kasih lo saran? You better move quietly, bisa jadi mereka ngira kalau lo udah mati beneran. Kalau mereka tahu lo masih hidup, gue yakin mereka bakal kejar lo lagi. Not even your brother should know.”
“Saya ngerti.”
Untuk saat ini, yang hanya Itachi tahu adalah dirinya yang tidak memiliki banyak waktu untuk dibuang sia-sia. Itachi berdoa dan berharap apapun yang sedang Ino lakukan bukanlah hal yang berpotensi untuk melukai atau bahkan mengambil nyawa perempuan itu.