Shopping Spree

Naruto menenteng tas-tas belanja hasil mengitari seluruh sisi dan sudut mall tersebut dengan Hinata. Untung saja mall itu punya outlet khusus yang berisikan outfit-putfit dengan gaya retro jadi Naruto nggak perlu pusing, dia nggak membutuhkan waktu yang banyak buat menggesek kartu debit nya dan dua kantong belanja kini sudah ada di tangan.

Malahan tuh… Hinata punya kantong belanjaan yang lebih banyak padahal tadinya cewek itu sama sekali nggak berniat buat belanja. Yah namanya juga cewek, se-kalem apapun dia, kalau sudah berada di mall juga pasti bakal kalap.

“Aduh maaf ya Naruto, kamu jadi harus bawain kantong belanjaan aku. Padahal niatnya aku gamau belanja loh…” kata Hinata sambil meringis.

Sedangkan Naruto sih santai saja, dia lebih merasa bersyukur Hinata mau ikut menemaninya belanja. Dia nggak tahu bakal bagaimana kalau cewek itu nggak ikut. “Yaelaaah, santai! Segini doang mah ga berasa hehe.”

Sebenarnya Naruto dan Hinata sudah selesai dengan agenda shopping mereka, keduanya kini sedang duduk di salah satu tempat yang disediakan sambil makan eskrim. Tapi bukan Naruto kalau nggak berulah, dia nggak sengaja nyenggol tangan Hinata sehingga eskrim nya mengenai hidung cewek itu.

“HINATA MAAF.”

Naruto heboh. Hinata keki sendiri.

Sebab Naruto dengan refleks mengusap hidung Hinata dengan jempolnya supaya es krim nya hilang. Dan tahu apa yang bikin Hinata jadi melongo? Sisa eskrim yang sekarang ada di jempol Naruto itu dia jilat dengan santai.

“Err… Naruto.”

“Yaaa??”

“Aku pakai foundation loh.” kata cewek itu singkat, yang mana membuat Naruto menaikkan sebelah alisnya.

“Oh ya, terus-terus??”

“Mungkin es krim yang kamu jilat tadi udah kecampur sama foundation yg nempel di hidung aku.”

Naruto masih belum paham. “Hah??”

Foundation is not edible.

“HAHH??!?!” cowok itu panik seketika, “HINATA GUE GAK BAKAL MATI KAN???”

Tawa Hinata pecah setelahnya. Reaksi Naruto memang terlalu berlebihan, karena mau bagaimana-pun, orang nggak bakal mati kalau ngejilat es krim yang sudah ketempelan foundation… nggak tau kalau sakit perut. Tapi itulah yang selalu bikin cowok itu kelihatan menggemaskan.

“Coba kita pantau sampai besok ya Naruto, kalo kamu masih bisa bangun berarti aman.” seringaian di sudut bibir Hinata nggak membuat cowok itu merasa lega, namun memekik heboh. “HINATA ANJIR!! YANG BENER AJA LO!!”

“HAHAHA bercanda Naruto! Besok-besok kalau dikasih permen sama stranger jangan diterima ya!”

Waktu nggak terasa sampai es krim mereka sama-sama habis. Hinata ngecek ponselnya dan setelah itu dia bilang kalau dia harus segera pulang, karena ya sudah cukup malam. “Naruto, aku pamit yaa. Kamu pulang sendiri gapapa kan?”

“Lah?? Ayo gue anter aja!” tanya cowok itu balik sambil tersenyum lebar.

“Nggak usah, aku dijemput Toneri kok!”

Senyuman lebar Naruto itu kian memudar setelah mendengar nama si bulay disebutkan. Mau mendebatpun rasanya nggak enak, apalagi setelah Hinata bilang kalau si bulay sudah on the way dalam misi penjemputan cewek itu.

“Oh yaudah, gue temenin lo di lobby sampe si bulay dateng kalo gitu.”

“Makasih Naruto!”