Sidang Forum

Sidang Forum pada hari ketiga PNMHI berjalan lebih alot. Pasalnya semakin banyak perdebatan-perdebatan di setiap pembahasan yang terjadi. Maklum, semakin banyak kepala, semakin banyak juga suara dan opini yang dikeluarkan.

Pembahasan ADRT FKMHI sudah selesai kemarin, hari ini salah satu agenda yang dibahas adalah pemilihan tuan rumah PNMHI selanjutnya. Coffee Break sudah berlalu sejak lama namun sama seperti hari sebelumnya, resolusi juga belum kelihatan hilalnya. Belum lagi kalau ada suara dari satu delegasi dan lainnya saling bertabrakan.

Bisa dipastikan kalau Naruto sudah sama sekali nggak fokus dengan pembahasan sesi pada saat itu. Pembahasan yang sudah kerucut, bakal dikotak-kotakin lagi karena muncul suara baru.

Hadeh.

Padahal Naruto sudah mendapat kabar kalau tiga council lain sudah selesai. Bahkan Naruto sudah tahu kalau Sakura & Shiho berhasil bawa pulang titel Best Paper di DiSil, kemudian Shikamaru & Ino dapat Most Outstanding Delegates dan Best Position Paper di SDC, sedangkan Neji & Mugino telah selesai dengan serangkaian JSF yang menghasilkan sebuah draft komunike untuk di submit ke kementerian luar negeri.

“Ini dari tadi yang dibahas itu-itu aja anjir, ye gak Sas?” Naruto bertanya dengan jengah setelah menguap. Pandangannya diarahkan ke depan namun sama sekali nggak fokus.

“…”

Nggak ada jawaban dari Sasuke. Naruto kira partner sidang nya saat itu sedang memperhatikan argumen-argumen yang dilontarkan delegasi lain. Nyatanya waktu Naruto melirik ke samping, dia melihat Sasuke sedang memejamkan matanya seolah-olah sedang tertidur, namun posisi duduknya tetap tegak.

“Yaelaaaah, tidur lu pak??” tanya Naruto lagi, kali ini sambil menyenggol Sasuke yang cukup bikin cowok itu oleng ke sebelah.

“Bodo amat. Gue udah cukup vokal dari kemaren. Buat sesi yang ini, bener kata Shikamaru, mending tidur.”

Waduh, ketika Sasuke saja ogah turun tangan, Naruto rasa harusnya dia mengikuti apa yang dilakukan Sasuke saja. Tapi kok rasanya kalau forum yang sekarang lebih mirip seperti panggung debat kusir nggak segera ditengahi, Naruto nggak bakal menjamin sesi sidang nggak akan berakhir dengan pertumpahan darah.

Maka, nggak lama kemudian Naruto mengangkat tanganya, “Mohon maaf interupsi.”

Membuat beberapa mata langsung tertuju ke arah Naruto, perdebatan sengit yang sempat berlangsung juga seketika berhenti sejenak, pimpinan sidang yang sama-sama kelihatan pusing itu juga akhirnya mempersilahkan Naruto untuk masuk ke dalam forum. Lucunya, para delegasi melihat Naruto sebagai sebuah keajaiban, sebab cuma dia delegasi yang berani menengahi perdebatan.

“Mohon maaf nih, temen-temen delegasi—Eh, maap. Perkenalkan dulu nama saya Narendra Utara dari Universitas Konoha. Tapi kalo kepanjangan bisa panggil Naruto aja.” ucap Naruto sebagai pembukaan.

Pimpinan sidang forum yang bernama Kalandra merespon, “Iya silakan Kak Naruto.”

“Mohon maaf, tapi kok kayaknya daritadi pembahasan nggak nemu titik terangnya ya? Temen-temen delegasi di sini sadar nggak kalo dari tadi yang di bahas dan di ributkan kok itu-itu saja? Sudah tiga jam lebih setelah coffee break tapi pembahasan masih stuck.

“Jadi gimana Kak, intinya anda buka suara mau kasih tahu forum apa?”

Naruto menarik napas panjang-panjang, kemudian melanjutkan, “Gini Kak. Dari tiga universitas yang mengajukan sebagai tuan rumah buat tahun depan, saya sudah catat kalau setiap Universitas ada plus-minusnya. Tapi seharusnya bisa disimpulkan sendiri kan, Universitas mana yang paling mendekati atau punya semua indikator-indikator yang cocok buat dijadikan tuan rumah. Temen-temen delegasi pasti juga udah sadar kan mana Universitas yang sudah obvious? Sudah kelihatan kan?”

“Loh, jadi anda mau bilang kalau dua universitas lain ini nggak cukup buat memenuhi indikator tuan rumah? Niatnya mau merendahkan, begitu??”

“Lho memangnya saya ada bilang sesuatu yang kesannya merendahkan?” Naruto balik bertanya delegasi tersebut, dari tadi dia sudah menandai delegasi mana yang kelihatan paling berusaha buat menghambat jalannya sidang.

“Gini aja deh Kak, saran saya kalau lewat musyawarah nggak memungkinkan buat mencapai keputusan—untuk mempersingkat waktu, pakai blind vote saja. Toh saya yakin, tiga kandidat universitas ini sudah sama-sama baik meskipun tentu saja ada yang terbaik di antara ketiganya. Ketika nanti tuan rumah sudah terpilih, mereka juga bakal punya bertanggung jawab buat menyelenggarakan PNMHI dengan baik.“

Hening yang datang setelah Naruto menyelesaikan kalimatnya membuat para delegasi yang tadinya berdiri untuk berdebat kembali duduk di kursinya masing-masing, menyisakan Naruto sendirian yang berdiri di tengah-tengah forum karena pempimpin sidang belum mempersilakannya buat duduk.

Astaga, Naruto baru sadar kalau dari tadi dia jadi perhatian. Bukannya senang, jujur Naruto malu bukan main. Entah keberanian dari mana yang bikin dia barusan ber-fafifu wasweswos tanpa tahu malu.

Setelah pimpinan sidang berdiskusi beberapa detik dengan dua rekan di sampingnya, akhirnya Kalandra sepakat buat meneruskan jalannya pengambilan keputusan lewat blind voting.

“Baik, silakan duduk Kak Naruto. Maaf saya kelupaan tadi. Capek ya Kak?”

“Hahahaha.”

Akhirnya terdengar juga tawa dari beberapa delegasi setelah beberapa menit hingga hitungan jam yang jenuh dan menegangkan sekaligus.

Ketika Naruto mendaratkan pantatnya lagi di tempat duduk, dia disambut dengan tepukan tangan Sasuke di depan wajahnya yang nggak bersuara.

“Apaan lu!”

“Keren juga. Gak malu lah Shikamaru punya wakahim kaya lo.”

Mendengar pujian Sasuke, Naruto nyengir lebar. Kemudian sesi blind-voting akan segera dimulai, yang artinya nggak lama lagi sesi sidang forum akan mencapai resolusinya. Dan selesai.