Sisi Lain

Setelah acara pemilihan ambassador kampus selesai, Pieck dan beberapa teman yang lain memang sengaja untuk singgah di sebuah ruangan kosong untuk ngobrol, dia ikut hanyut dalam gelak tawa teman-teman satu angkatannya di ruang 10 fakultas mereka. Tadi Zeke bilang dia akan segera menyusul, katanya sih mau nagih hadiah. Maka Pieck menunggu kedatangan Zeke di ambang pintu ruangan tersebut.

Nggak lama kemudian netranya menangkap sosok yang sudah ditunggu, Zeke berlari kecil lengkap dengan senyum yang dilengkungkan di bibir. Pieck jadi teringat dia belum sempat memberi selamat kepada laki-laki itu secara langsung.

Zeke melambaikan tangannya ke arah Pieck, namun langkah Zeke tiba-tiba terhenti ketika ada seseorang yang muncul di hadapannya, Pieck mengenal siapa orang itu—Frieda.

Oh, Pieck jadi sadar kalau dia pernah melihat adegan serupa di tahun 2016 versi pertama. Jadilah dia hanya memperhatikan keduanya dari jauh, sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu. Pieck nggak bermaksud untuk menguping, toh jaraknya masih terlalu jauh untuk mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Pieck tebak, setelah ini Frieda akan memberikan sesuatu untuk Zeke. Pieck memang nggak melihatnya dengan jelas, tapi dia bisa melihat gesture Frieda yang malu-malu.

Nggak heran sih, adegan itu memang awal dari kedekatan Zeke dan Frieda dulu. Kedekatan mereka berujung ke sebuah kabar bahwa Zeke dan Frieda menjadi sepasang kekasih yang tentunya menjadi sebuah berita bombastis yang tersebar di seluruh wilayah kampus. Namun amat disayangkan, hubungan keduanya nggak berlangsung lama, hanya beberapa bulan. Pieck nggak tahu alasannya.

Betul kan, Pieck melihat Frieda menyerahkan sebuah paper-bag yang dengan logo salah satu brand mahal yang tentu saja berharga fantastis. Pieck jadi teringat, tadi Zeke bilang dia mau meminta hadiah darinya sekarang. Melihat bingkisan yang Frieda berikan ke Zeke barusan membuat dirinya minder seketika, apalagi Pieck belum mempersiapkan apapun untuk diberikan kepada Zeke.

Namun waktu Frieda berbalik meninggalkan Zeke, Pieck baru bisa melihat ekspresi laki-laki itu dengan lebih jelas. Ekspresi air muka yang sama sekali nggak disangka olehnya. Zeke terlihat geram, matanya nyalang dan jengah, pokoknya Zeke kelihatan seperti nggak suka dengan apa yang barusan terjadi. Selain itu, Zeke mulai berjalan menuju ke salah satu tempat sampah terdekat. Dan tanpa keraguan, Zeke membuang paper-bag yang Frieda berikan ke tempat sampah itu.

Pieck dibuat terkejut bukan main, lalu teringat kalau bagian itu nggak pernah ada atau pernah dia saksikan dulu.

Mata nyalang Zeke dan mata Pieck yang masih diselimuti keheranan bertemu, dia ingin segera menghampiri Zeke. Tapi laki-laki itu berbalik dan menghadiahinya sepasang bahu yang mendingin.

Belum pernah dalam seumur hidup Pieck melihat Zeke seperti itu. Ketika Zeke semakin berjalan menjauh dan melupakan niatnya buat minta hadiah, di situ lah Pieck menyadari, kalau dia baru saja melihat sisi lain dari diri Zeke yang belum ia kenali dulu maupun sekarang.