Through The Night
Sesampainya di rumah, Itachi melihat Ino duduk sendirian di sofa ditemani sebotol anggur merah setelah menerima drunk text istrinya. Wajah perempuan itu sudah super merah yang menunjukan bahwa Ino sudah sepenuhnya mabuk, sesuai dengan ekspektasi Itachi. Lelaki itu melangkah semakin mendekat dan bergabung di bagian kosong sofa, tepat di sebelah istrinya.
Pecahan botol dan cairan merah wine masih tercecer dimana-mana, belum dibersihkan. Itachi langsung menghampiri Ino dan mengecek apakah wanita itu terluka. Helaan nafas lelaki itu keluarkan setelah memastikan bahwa tidak ada satupun goresan yang melukainya.
Ino yang sebagian besar kesadarannya sudah melahang menyadari seseorang yang hadir di sebelahnya dan melirik ke samping, mendapati Itachi sedang bersandar di sofa. “Oh? Haha welcome home!” kalimat sambutan Ino disertai sebuah cekikikan yang entah kenapa membuat Itachi merasa kurang nyaman. Sebab seperti ada sebuah ejekan yang terselip di sela-sela kalimat itu.
“You’re drunk.” kata Itachi retoris, kemudian dia meraih gelas yang belum lagi disentuh oleh Ino dan menuangkan cairan anggur merah dari botolnya untuk dia minum sendiri.
Itachi dan Ino ditemani oleh keheningan, namun sesekali Ino mendengus dan masih tertawa.
Tangan kanan Ino tiba-tiba terulur untuk menarik paksa dasi yang masih melingkari leher Itachi, membuat jarak keduanya semakin dipersempit, Itachi bisa merasakan hidung mereka saling bersentuhan. “Itachi, lihat aku!”
Ketika Itachi mencoba membalas tatapan Ino, yang dirinya temukan untuk pertama kalinya adalah sebuah amarah dan keputusasaan dalam iris akuamarin Ino.
“Itachi, kita bukan orang baik. We hide behind each other’s mask.” ucap Ino mulai meracau.
Kalimatnya itu datang secara tiba-tiba tanpa Itachi duga. Lelaki itu pun punya waktu yang sulit untuk mencari apa arti dari kalimat istrinya. Selama ini Itachi mengira permainan belakang yang dia lakukan tidak terendus oleh Ino, sebab Itachi tahu seberapa tidak pedulinya perempuan itu padanya. Hal itu membuat Itachi sendiri tidak terlalu berusaha untuk menutupinya, meskipun dia tetap tidak ingin Ino mengetahui penghianatannya.
Apa yang Ino racaukan barusan harus Itachi terima kalau itu adalah sebuah fakta. “Ino, kamu ngelantur tapi ada benernya juga.”
Detik berikutnya digunakan Itachi untuk mengalihkan tatapannya dari manik akuamarin Ino, tangan kanannya diselipkan ke belakang kedua lutut Ino, dan tangan kirinya ada di belakang punggung mungil istrinya, menggendongnya ala bridal style untuk menuju ke kamar mereka berdua dengan Ino yang semakin merapatkan kepalanya ke dada Itachi. Lelaki itu berusaha untuk menghentikan Ino dan sesi minum-minumnya.
Itachi merebahkan istrinya setelah sampai di kamar, tangannya terulur untuk mengelus lembut surai-surai pirang Ino yang berantakan. Dia merasa getir melihat betapa cantik istrinya. Benar kata Deidara, Itachi tidak lebih dari sekadar lelaki kufur nikmat yang dengan sangat tidak tahu malu menghianati istrinya.
Ino bangkit dari posisi rebahannya dan merasakan pening yang membuat kepalanya berputar-putar karena efek samping alkohol yang dia telan malam ini. Pandangannya kunang-kunang ketika menatap suaminya, dan apapun yang Ino lakukan setelahnya disambut baik oleh Itachi.
Ino dengan tergesa-gesa mengikis jaraknya dengan Itachi, membuat bibir mereka saling bertemu dan lelaki itu bisa merasakan betapa rasa manis itu mendominasinya.
Perempuan itu bersuara di sela-sela ciuman. “Ini kan yang kamu mau, Itachi??”
Itachi hanya berusaha memperdalam pagutan bibir mereka sebagai jawaban, semakin mengeksplorasi rongga Ino ketika perempuan itu mempersilahkannya masuk. Satu hal yang tidak dia perhitungkan, adalah bagaimana bibirnya merasakan perih dan mengalirnya darah segar akibat gigitan kuat Ino. “Argh!”
“Itachi?”
“Ya Ino?”
“Make love to me.”
Dan Itachi tahu kalimat itu bukan sebuah permintaan, melainkan perintah yang harus dia penuhi. Meskipun keduanya tahu bahwa salah satu dari mereka sedang berada di bawah pengaruh alkohol.
But to the hell with it. Once their lips are connected, and once Ino was there on top of him, there’s no way Itachi would make it stop.