To Decipher
Lelaki itu memejamkan matanya rapat-rapat. Ternyata benar, hilangnya Ino adalah bukan sekedar. Istrinya sempat diserang oleh orang tidak dikenal.
Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa media membuat narasi kalau Itachi dibunuh oleh istrinya sendiri? Media seharusnya tidak tahu tentang seperti apa hubungan pernikahan keduanya sampai bisa membuat narasi seperti itu. Lagi pula Itachi tahu betul kalau yang menyerangnya beberapa hari lalu jelas bukan Ino.
Akibat terlalu lama berpikir, Itachi sudah melupakan tentang amplop besar itu, sehingga Gwen memungutnya dan hendak membuang sampah tersebut. Pergerakannya terhenti ketika secarik kertas jatuh dari amplop tersebut.
“Papi! I found something else.”
Itachi langsung menghampiri putrinya, diikuti oleh Nash yang mengekor di belakang.
“Here.”
“Thank you baby girl.”
Di secarik kertas itu, tertera sebait puisi. Itachi masih mencerna apa yang dia lihat, namun Nash sudah membaca bait puisi itu keras-keras.
“Mobbed in the dusk till dawn, Only the sun will rise No mankind shall wander, To where I shall weep Eden the promised heaven Laid sorrow, Above all Gone below, O’god hears my devil cries.”
Kemudian putra Itachi meringis geli, “Eww. Puisi nya jelek banget. Ini dari selingkuhan mami?”
“Kak, buset! Itu bukan puisi cinta!” Gwen langsung menghadiahi kakaknya pukulan di lengan.
Sedangkan Itachi heran, dari mana putranya punya ide kalau Ino punya selingkuhan? Hal itu membuat Itachi melirik Nash dan berdecak. “Astaga, Kak. Ini loh tulisannya mami kamu sendiri. Masa nggak ngeh?”
Mulut Nash membentuk huruf O yang bersuara, “Hoooo, masa sih?”
Itachi mengangguk. “Pasti ada sesuatu yang penting dari puisi ini.”
Di samping kanan dan kiri Itachi sekarang ada Nash dan Gwen yang mengapitnya. Ketiganya sama-sama membaca ulang baris-per baris puisi tersebut.
“Which Eden of the promised heaven does mami refer to?? Ini kita perlu Bible buat referensi nggak?”
“Gue malah lebih kepo sama bagian only the sun will rise. Kalo kaitannya sama sunrise, berarti mami lagi ada di daerah timur nggak sih?
Itachi tersenyum melihat Gwen dan Nash yang saling berdiskusi untuk memecahkan riddle yang ada di puisi itu, dia berterima kasih kepada Ino karena telah melahirkan anak-anaknya yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang mumpuni.
Meskipun kemampuan berpikir mereka bertiga sangat tajam, Gwen tetap berkali-kali mendengus karena tidak bisa menemukan hal penting apa yang bisa ditarik dari puisi itu. Nash juga sama, hampir frustasi sendiri. Kalau Itachi… jangan ditanya, dia tetap kelihatan tenang meskipun sakit kepala.
“Kids…” Itachi angkat bicara setelah menemukan ilham, dahinya yang semula dikerutkan kini sudah jauh lebih santai. “This is not just a poem, this is a cipher.”
“Hah??” Nash dan Gwen kompak bersuara.
“Coba perhatikan setiap huruf kapital di setiap kalimat. Kalau dikumpulin, huruf-huruf itu akan membentuk kata-kata.” jelas Itachi.
Tiga pasang netra memindai ulang puisi tersebut, sekarang difokuskan ke huruf kapital dari masing-masing awal kalimat.
“Huruf kapitalnya ya? Berarti M-O-N-T-E-L-A-G-O. Monte Lago!”
Gwen berseru, Nash tepuk tangan. Keduanya menjadi semakin excited karena berhasil memecahkan teka-teki dari puisi yang Ino tulis.
Di sisi lain, Itachi semakin dibuat gelisah atas keadaaan dan keselamatan istrinya. Pasalnya, Monte Lago adalah tempat di mana markas besar organisasinya, Akatsuki, berada.