To Save The Lost
Itachi melakukan satu gerakan terakhir sebelum benar-benar siap dengan mengikat surai legam panjangnya menjadi satu ikatan rendah.
“Papi harus keluar sebentar, kalian di rumah aja.” Dia bergegas untuk segera keluar dari rumahnya setelah memastikan beberapa barang—seperti senjata api, yang akan Itachi bawa untuk bertemu Shikamaru sudah ada di dalam genggaman.
Namun tiba-tiba langkahnya dicegat karena ada sebuah telapak tangan mungil yang mencengkram pergelangan tangan Itachi.
“Aku ikut.”
Gwen adalah si pemilik tangan mungil tersebut, bahkan Itachi tidak tahu darimana asal kekuatan putrinya datang, sebab cengkeraman itu sangatlah kuat.
Dengan perlahan Itachi menarik tangan Gwen yang masih mencengram pergelangan tangannya. “Don’t be silly, little girl. This is dangerous.”
“I want to save my mother too and you call it silly?? Yang bener aja Papi!” Gwen mendengus sambil meniup poninya. Anak itu sudah meledak-ledak, tapi Papinya bisa lihat kalau dia sedang menahan supaya air matanya tidak jatuh dari pelupuk.
Itachi paham kenapa putrinya berkata demikian, Itachi juga tahu kalau sekarang Nash memiliki pemikiran yang sama seperti adiknya. Tapi situasi yang ada saat ini bukan main-main, juga bukan menjadi porsi bagi kedua anaknya untuk ikut campur.
“We’re not playing detective here, Gwen. Papi nggak mungkin seret Adek sama Kakak ke urusan ini, keselamatan kalian juga bakal jadi taruhan.” Itachi menjelaskannya pelan dengan harapan putrinya akan memahaminya.
“Kalau memang aku harus bertaruh keselamatanku sendiri supaya Mami pulang, aku nggak apa-apa, Pi…”
Selanjutnya, tangis Gwen pecah. Suara tangis dan air mata yang mengalir itu membuat Itachi merasakan sesak di dada. Itachi membawa putrinya ke dalam dekapan, “Adek nggak perlu pertaruhkan keselamatan Adek. Papi pasti akan bawa Mami pulang, percaya ya sama Papi?”
Gwen tidak memberi jawaban, tapi tangisnya masih belum reda di dalam dekapan hangat Papi nya.
“Papi…” di antara tangis Gwen, Nash mulai bersuara. Itachi sempat lupa kalau putranya juga ada di sana.
“Iya, Kak?”
“Kalau menurut Papi dengan ninggalin aku sama Gwen di rumah ini adalah bukan bentuk dari mempertaruhkan keselamatan kami berdua, Papi salah besar…”
Nash sedikit menjeda kalimatnya sebelum dia melanjutkan, “Papi sama Mami itu dicari sama orang yang ingin kalian berdua mati. Tapi ingat Pi, bukan berarti orang-orang itu nggak bakal cari Aku sama Gwen. Mau aku dan Adek ikut Papi atau tetep di rumah, itu sama-sama bahaya. But at least when Papi is around, Papi will protect us. Iya kan, Pi?”
Oke. Itachi tidak bisa berbohong kalau dia terkejut menyaksikan betapa manipulatifnya Nashville Uchiha. Ditambah dengan air muka super memelas yang terpatri di wajah Nash, Itachi tahu tabiat itu diwariskan putra sulungnya dari siapa. Tidak lain tidak bukan adalah tabiat manipulatif Nash ini menurun dari Papinya.
Meskipun bisa membuat si lawan bicara dengan mudah untuk menuruti perkataan Nash, Itachi jelas sadar bahwa gagasan putranya adalah gagasan yang punya angka probabilitas sangat tinggi untuk terjadi.
Alasan lain yang menghalau Itachi untuk mengizinkan Nash dan Gwen untuk ikut dengannya adalah karena dia tidak mau kedua anaknya tahu seberapa ‘gelap’ dunia di mana Papi dan Mami nya hidup selama ini.
Namun, Itachi menyerah dan mau tidak mau membawa kedua anaknya untuk ikut menemui Shikamaru. Daripada dia harus membiarkan Nash dan Gwen diserang tanpa ada orang yang bisa melindungi mereka. Setidaknya, kedua anaknya akan lebih aman jika bersamanya.
Selain itu, bertemu Shikamaru bukanlah sesuatu yang berbahaya. Shikamaru adalah orang yang familiar dan dekat dengan kedua anaknya.
“Okay. Kalian boleh ikut, tapi untuk kali ini aja.”
“Yeay!”
Nash dan Gwen kompak memekik, kemudian memberikan kecupan di masing-masing sisi pipi Itachi.