Truth Revelation
“Pieck, I think Zeke deserves to know the truth.” ujar Levi.
Levi menjadi satu-satunya orang yang mengetahui hubungan Pieck dan Zeke sepuluh tahun yang lalu, Levi juga menjadi satu-satunya orang yang mengetahui pengorbanan cinta Pieck dan Zeke juga perpisahan yang harus mereka berdua alami demi menjaga hubungan Eren dan Mikasa. Karena sejak pertama kali Pieck dan Zeke dipertemukan, tidak akan pernah ada gagasan bahwa mereka akan bersatu, bersatunya keluarga Ackerman dan Jaeger hanya akan dilakukan oleh Mikasa dan Eren. Levi juga menjadi satu-satunya yang terlibat dalam kecelakaan helikopter 10 tahun yang lalu ketika Zeke berusaha mengejar Pieck untuk yang terakhir kalinya.
Mengingat sudah satu dekade penuh Pieck menyimpan rahasianya sendiri, dirinya merasa bahwa perkataan Levi ada benarnya, Zeke berhak tahu fakta yang sesungguhnya. Sehingga di sinilah Pieck dan Zeke berada, mereka berdua sedang berdiri di depan gundukan tanah, makam milik seseorang.
Mengandung keturunan Zeke Jaeger di usia Pieck yang baru saja menginjak kepala dua sungguh bukan merupakan bagian dari rencana mereka. Situasi yang ada membuat Pieck menyimpan rahasianya sendiri, bahkan tidak dengan Zeke.
“Dia genap berusia sepuluh tahun hari ini, seharusnya.”
Zeke sulit bernafas dengan benar ketika mendengar perkataan wanita yang berdisi di sampingnya.
He would’ve been a father of ten years old kid now.
“How does he look like?” tanya Zeke.
“Totally a copy of you, he has your blonde hair and blueish eyes,” balas Pieck lembut sambil mengenang rupa putra kecilnya yang dilihat oleh kedua matanya sepuluh tahun lalu untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Kedua kaki Zeke tak kuasa untuk menopang tubuhnya sehingga Zeke menyerah dan terjatuh ke tanah, tangannya berusaha meraih gundukan tanah dimana anaknya yang bahkan belum sempat dia ketahui telah hadir di dunia disemayamkan.
“Detak jantungnya berhenti di usia kehamilanku yang kedelapan, and yeah... I gave birth to a lifeless baby.” ucap Pieck ditengah-tengah nafasnya yang tercekat dan dengan susah payah membendung air mata.
Zeke masih belum merespon apa-apa selain dengan suara isakan tangis yang perlaham terdengar semakin keras dan Pieck hanya memberikan kesempatan itu kepada Zeke untuk berduka. Zeke menyesal tidak mengetahui dirinya akan memiliki seorang anak dari perempuan yang dulu dicintainya, Zeke menyesal tidak bisa menjaga anaknya hingga terlahir dengan selamat, namun Zeke tahu, apapun keputusan yang Pieck ambil merupakan keputusan yang berat. Zeke tidak bisa menyalahkan siapa-siapa selain dirinya sendiri.
“I am sorry, Pieck... I should’ve been there for you and our child. Ya Tuhan, bodoh sekali aku.”
“Zeke, our lives must go on. Aku bohong kalau kehilangan dia ngga meninggalkan trauma buatku, but I am sure that he is watching us from above and doesn’t want both of us to live a sorrowful life. I have moved on from the pain, Zeke. And you should too.”
“I am sorry... My dear, I am sorry...”
Pieck ikut berjongkok dan mensejajarkan posisinya dengan Zeke yang masih terududuk di permukaan tanah, tangannya terangkat untuk mengusap bahu lebar Zeke, “It’s okay... Don’t blame yourself ya.”
Setelah beberapa menit yang cukup lama, keduanya bangkit dan meninggalkan area pemakaman setelah dirasa cukup. Saat tiba di lahan kosong dimana kedua mobil mereka diparkirkan, Zeke dan Pieck hendak berpisah sebelum Zeke menanyakan suatu hal,
“Can I hug you?”
“Sure.”
Keduanya berpelukan dengan erat, Zeke menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Pieck, masih dengan suasana hati yang berkabung. Mengetahui hal tersebut, Pieck berkali-kali mengusap punggung lebar pria itu, berusaha untuk memberi ketenangan.
“Find your own happiness, Zeke.”
“It would be hard without you, apa kamu sendiri sudah bahagia, Pieck?”
Masih dalam pelukan Zeke, Pieck mencoba untuk menjawab “I am still trying to find one too,” kemudian menjadi yang pertama untuk melepaskan pelukan mereka. Namun Zeke berhasil menangkap tatapan nanar yang ada di kedua mata Pieck.
“Kamu boleh dateng kesini kapanpun, to visit him.”
“Thanks for allowing me. Kamu juga bisa kembali ke aku kapanpun, Pieck.”
“Hahaha jangan mimpi, Zeke. Mikasa and Eren’s engagement will happen in two weeks.”
“Berarti kita ga jodoh ya?” tanya Zeke miris.
“Not in this life.” balas Pieck sambil mengangkat kedua bahunya.
“Duluan ya Zeke, masih ada yang harus diberesin. Thank you for today.” ucap Pieck sebelum dirinya masuk ke mobil dan menyalakan mesinnya, kemudian meninggalkan area pemakaman beserta Zeke yang masih berdiri dan menatap nanar kepergian mobil Pieck yang semakin menjauh.