unboxing

Shikamaru menatap malas tumpukan kotak bingkisan yang ada di hadapannya saat ini. Sudah dua minggu semenjak pernikahan mereka, lelaki itu baru ingat kalau baik dia maupun Ino belum sempat membuka kado-kado yang doberikan oleh banyak orang untuk hadiah pernikahan mereka. Maklum saja, mereka berdua sedang sibuk-sibuknya mengurus segala hal keperluan pindah ke rumah baru yang saat ini dihuni keduanya.

“Ino, ini kado mau dibuka apa dibiarin aja?” Shikamaru langsung bertanya waktu merasakan keberadaan Ino yang entah datang dari mana, tapi kalau boleh Shikamaru asumsikan sih perempuan yang sekarang sudah jadi istrinya itu baru selesai mandi, soalnya Ino cuma memakai bathrobe dan rambutnya dibiarkan tergerai setengah basah.

Ino sendiri memindai tumpukan kado itu dan menghela nafas, “Buka aja deh, kalau dibiarin gini malah numpuk doang nggak keurus.”

“Oke.”

Kemudian satu persatu bingkisan mulai Ino dan Shikamaru unboxing. Sejauh ini sih, keduanya dibuat senang karena isi dari kado-kado pernikahan mereka adalah barang yang bermanfaat.

“Yaampun liat ini set cangkir nya, cantik banget nggak sih??” Ino bertanya heboh sambil menyodorkan barang tersebut ke depan wajah Shikamaru, “Dari Hinata! As expected, dia kalau ngasih barang tuh nggak pernah asal-asalan.”

Shikamaru yang melihat Ino kegirangan hanya geleng-geleng kepala, sementara tangannya masih sibuk membuka bingkisan lain. “Ini apaan kira-kira isinya? Enteng nih.”

“Coba buka aja!” Ino berseru tanpa melihat ke arah Shikamaru sehingga setelahnya, perempuan itu tidak melihat betapa tengilnya wajah Shikamaru.

“Pffft liat deh, Ino!”

Baru ketika Shikamaru meminta perempuan itu buat melihat ke arahnya, Ino mengalihkan perhatian kemudian. Bukannya mendapati Shikamaru, perempuan itu malah melihat sebuah lingerie yang Shikamaru angkat sampai menutupi wajahnya.

“Anjrit, Shikamaru! Turunin!”

Shikamaru melihat satin lembut yang ada di tangannya dan Ino secara bergantian sampai mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk seringaian, “Coba pake ini dong, gue pengen liat!”

“Ih apaan deh lo, siniin itunya!”

“Itunya apa??”

“Astaga itu yang lagi lo pegaaang, Shikamaru.”

“Kalo gue kasih, lo harus pake tapi No.”

“Yang bener aja!”

Ino langsung berusaha merebut lingerie yang masih Shikamaru pegang, namun karena keseimbangannya yang oleng saat mencoba meraih lingerie tersebut, Ino jatuh terduduk di pangkuan Shikamaru.

“Shik ah! Sakit kan pantat gue, siniin nggak!”

Ino tidak segan untuk menatap langsung lawan bicara tepat di sepasang matanya, tanpa menghiraukan jarak yang hampir tidak ada di antara mereka. Shikamaru menjadi yang pertama untuk menyadari betapa dekatnya tubuh mereka menempel saat ini, tiba-tiba intuisi jahil nya mereda dan mengalah untuk memberikan Ino apa yang perempuan itu minta.

“Kenapa sih nggak mau dipakai? Bukannya lingerie ini fungsinya buat tidur ya.” tanya Shikamaru, yang secara tidak sadar melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Ino.

“Gue mau aja pake, tapi nggak di depan lo!”

“Kenapa tuh? Kan kita udah nikah.”

Rona yang langsung muncul di permukaan pipi Ino membuat Shikamaru merasa geli. Bersahabat dengan Ino selama bertahun-tahun membuat Shikamaru tidak menyangka kalau perempuan itu bakal merona karenanya.

“Emang kenapa sih lo pengen banget lihat gue pakai lingerie? If I remember correctly, lo itu udah pernah ngeliat gue pakai ginian doang.” jelas bukan Ino namanya kalau perempuan itu tidak mendebat sebuah pertanyaan dan melemparnya pertanyaan lain.

“Beda lah, kan sekarang lo istri gue.”

Such a pervy.

“Enak aja!”

Sebelum Ino kembali mendebat, suara bel rumah terdengar dan membuatnya menyadari posisi seperti apa yang sedang membuatnya terperangkap ketika perempuan itu hendak beranjak. Sekarang Ino bisa melihat dengan jelas bagaimana lengan lelaki itu memgular di sekitar pinggangnya.

Ding dong!

“Shik, I think we have a guest.” kata Ino sambil berbisik.

Shikamaru menghela nafas, merasa sedikit menyayangkan karena posisi intimate mereka diganggu oleh suara bel yang menandakan kedatangan pengunjung dan membuatnya harus mengembalikan jarak yang semula terkikis di antara mereka berdua. Belum lagi Shikamaru harus menggerutu karena ini sudah cukup malam untuk tamu berkunjung.

Yeah. Biar gue aja yang buka.”

Dengan begitu, Ino berhasil merebut lingerie dan melesat menuju ke kamarnya untuk menyimpan kain tersebut, memastikan Shikamaru tidak akan melihat kain itu lagi.