epilogue: whatever happened in suna, stayed in suna.
11:11 PM — PNMHI day 3
Seusai Ino makan malam dan minum obat, dia merasa cukup mengantuk dan memilih untuk segera membaringkan tubuhnya lagi di atas kasur. Sedangkan Shikamaru sempat masuk ke kamar mandi untuk numpang cuci muka, dan sekarang dia sudah keluar lagi mendapati Ino yang siap-siap baringan, “Udah mau tidur?” tanyanya.
Shikamaru bisa melihat Ino mengangguk, lalu dia berjalan mendekat ke tempat tidur.
“Iya, lo nggak mau balik ke kamar lo dan tidur?”
Shikamaru enggan beranjak pergi ke kamarnya sendiri, lagipula dia baru saja diberi kabar oleh Sasuke kalau teman-teman delegasinya sedang keluar untuk jalan-jalan malam. Jadi dari pada sendirian di kamarnya, Shikamaru lebih baik berada di sini bersama Ino, “Can I stay? Gue mau mastiin panas lo turun malam ini.”
Ino mengangguk dan menggeser tubuhnya ke sisi lain tempat tidur, kemudian menepuk bagian yang kosong, mengundang Shikamaru untuk berbaring di sampingnya, “Sini.”
Keduanya sudah terbiasa dengan berbagi tempat tidur, hanya untuk sekedar tidur dan beristirahat. Meskipun cukup sempit, mereka sama sekali nggak melayangkan protes. Justru dengan minimnya jarak di antara Shikamaru dan Ino sekarang, mereka bisa merasakan kehangatan yang membuat nyaman di tengah suhu ruangan yang rendah.
Ino dan Shikamaru berbaring dengan saling menghadap. Cewek itu bisa melihat ikatan rambut Shikamaru yang mulai mengendur sehingga beberapa anak rambutnya jatuh ke dahi cowok itu, membuat tangan Ino terulur untuk memainkan helai-helai lembutnya.
“Naruto bilang lo lari ngebut dari resto ke sini. Lucu banget, untung nggak diketawain sama delegasi lain hehe.” kata Ino sambil terkekeh.
“Gue kebayang-bayang muka papi lo.”
Ini mengernyit heran, “Kenapa sama papi?”
Shikamaru menghela nafas, kemudian menjelaskan, “Kan gue sudah janji bakal jagain lo. Nggak boleh sampe sakit, apalagi waktu jauh dari rumah. Inget pas kita camping pramuka waktu SMP dan lo sakit? Gue nggak mau itu kejadian itu keulang lagi.“
Ino tersenyum melihat ketulusan yang terpancar dari kedua manik mata Shikamaru yang sudah mulai layu karena mengantuk. Pasti hoax kalau dirinya pingsan dari Sasuke tadi itu berat untuk Shikamaru dengar, wajahnya yang pucat dan keringat yang mengucur di pelipis masih sangat jelas di kepala Ino. “Don’t worry, habis ini pasti gue sehat terus.”
“Besok nggak usah ikut city tour. Istirahat aja.”
Sudah jelas respon yang Ino berikan adalah gelengan kepala yang kuat. “Enak aja! Yakali gue skip bagian terserunya.”
Shikamaru tahu nggak semestinya dia mendebat keinginan Ino apalagi mengetahui kalau cewek itu keras kepala bukan main. Meskipun masih khawatir, Ino kembali mencoba untuk meyakinkan Shikamaru, “Lihat aja besok gue bangun dengan semangat empat lima!!”
Shikamaru tertawa kecil dan mengangguk lalu memejamkan matanya sambil mengambil tangan Ino yang bertengger dikepalanya untuk digenggam, berharap mendapat ketenangan dari jemari mereka yang bertaut. Setelah itu, dia mengarahkan tanggan Ino ke bibirnya untuk memberikan kecupan-kecupan lembut yang tanpa Shikamaru sadari, membuat rona merah muncul di wajah Ino.
Entah apa maksud dari kecupan-kecupan itu, intinya Ino merasakan sebuah desiran yang membuat hangat hatinya.
Sebagai satu-satunya yang masih belum terpejam, Ino melihat adanya kerutan di dahi Shikamaru, dia ingin kerutan itu hilang. Ino ingin Shikamaru berhenti berpikir dalam tidurnya, maka dia berikan juga Shikamaru satu kecupan di dahi.
Namun ketika bibirnya telah berpisah dengan dahi Shikamaru, dua pasang mata bertemu. Akuamarin bertemu cokelat pekat yang menatapnya dalam, sampai rasanya bisa menembus.
Kali ini Ino berdebar kencang, beruntung pencahayaan kamar hotel remang-remang sehingga rona merah di pipinya bisa dia sembunyikan dari Shikamaru.
Sejak kapan berada di dekat Shikamaru—cowok pemalas yang dikenalnya sejak lahir dan cowok yang selalu bilang kalau dia ini merepotkan—bisa jadi semendebarkan ini?
“You kissed me.” Shikamaru bergumam dengan nadanya yang kelewat rendah, membuat bulu kuduk Ino semakin meremang.
“Ye—yeah. On the forehead—lo kerung.”
Setelahnya, untuk menghindari kecanggungan, Ino berbalik memunggungi Shikamaru. Namun cowok itu semakin mempersempit jarak dan melingkarkan lengannya di pinggang Ino, juga menyembunyikan wajahnya di ceruk leher cewek itu.
“Sleep, Ino. Get better soon. Gue nggak baik-baik aja kalau lo sakit.”
Stupid Shikamaru. Ino nggak yakin setelah ini apakah dia bakal bisa tidur atau sebaliknya. Mudah-mudahan sih bisa, lagipula ini bukan kali pertamanya mereka tertidur dengan posisi sedekat ini.