Sesuai rencana, proses pendekoran apartemen Ino sudah hampir selesai, mereka cuma butuh finishing touch saja. Rencana nya setelah ini mereka akan bertolak ke kaepci bersama Shikamaru yang masih belum tahu apa-apa.
“Aduuuh laper guys. Makan yuk.”
Suara Chouji menggema di seluruh ruangan apartemen Ino. Apa yang cowok itu barusan bilang adalah sebagian dari sandiwara yang nggak 100% sandiwara karena Chouji memang betulan laper.
Kiba menyahut. “Sama brou. Kaepci yukk.”
“Hayuu.” Sai ikutan menimpali dan menyuarakan kesetujuannya.
Sedangkan Shikamaru yang sedang rebahan di salah satu sofa apartemen bertanya. “Ada promo apa di kaepci?”
Waduh. Tenten yang masih berkutat dengan sisa balon yang belum diisi angin sih berharap Shikamaru nurut-nurut saja dan nggak banyak tanya. Tapi ya pada dasarnya kaepci adalah golongan makanan agak fancy buat mahasiswa kos-kosan seperti mereka, sehingga bikin mereka bakal berpikir dua kali buat memutuskan untuk makan di sana. “Banyak promo tau, gue kemarin habis dari sana!”
“Goput aja lah. Gue mager.”
Nah.
Nah kan.
Satu kata keramat itu yang bikin semua orang kecuali Shikamaru sangat jengah mendengarnya. Neji merasa kalau Shikamaru bisa memilih buat rebahan seumur hidup, kahim nya itu bakal setuju tanpa melayangkan keberatannya.
“Kalo makan di sini entar kotor atau dekorasi nya rusak lagi.” kata Hinata sambil melirik teman-temannya dan cewek itu langsung menemukan raut-raut yang lega sebab dia baru saja memberikan alibi yang sangat brilian.
Chouji menghampiri Shikamaru dan menarik tangan si kahim yang sedang berulang tahun itu. “Ayok lah Shik. Bisa-bisa Ino ngamuk kalo tau lo mau makan aja mager.”
Senjata paling jitu supaya Shikamaru mau gerak adalah Ino, dan Chouji amat tahu akan hal tersebut.
“Hhhhh yodah ayok.”
Mantap. Timing nya sangat pas. Ketika Shikamaru akhirnya mau gerak, Sakura yang sudah duluan ada di kaepci memberikan aba-aba kalau mereka bisa otw saat itu juga dari apartemen.
Di perjalanan, Shikamaru seperti biasa nggak banyak aksi. Dia juga sama sekali nggak menaruh curiga kalau sebentar lagi dia bakal jadi pangeran semalam di pesta ulang tahunnya. Sesampainya di kaepci, Shikamaru langsung berjalan menuju meja kosong, tentu saja karena dia beralasan malas ngantri buat order, jadi dia bilang ke Chouji untuk menyamakan menu pesanannya.
Waktu Shikamaru sedang anteng duduk sambil ngescroll tiktok, tiba-tiba ada mas-mas berseragam kaepci yang menghampirinya. “Maaf mas, meja ini sudah di booking.” sehingga memaksa Shikamaru supaya bangkit dari posisi duduknya.
“Oh oke, maaf mas.”
“Baik. Buat tempat duduk dan meja nya bisa ikut saya ya mas.”
“Gapapa mas saya bisa cari sendiri.”
“Sebentar ikut saya saja ya mas.”
Karena enggan buat menolak dan mendebat lagi, Shikamaru terpaksa mengikuti pegawai kaepci itu dari belakang. Kemudian dia sampai di salah satu sudut ruangan yang sudah dihias oleh balon-balon dan identik dengan perayaan pesta ulang tahun.
Berbeda dengan apa yang Shikamaru lihat di apartemen Ino, dekorasi yang ada di kaepci jelas adalah dekorasi ulang tahun buat anak kecil. Shikamaru sempet menggerutu karena yang bener aja… masa dia di antar ke tempat tersebut sama mas mas kaepci, pasti ada kesalahan.
Tapi yang jadi highlight di matanya adalah bagaimana dekorasi tersebut identik dengan karakter animasi Bambi dari film lawas yang sering dia tonton waktu masih kecil.
Nah kalau sudah berhubungan dengan bambi atau anak rusa. Pasti lah kalian teringat pada satu orang? Yap. Shikamaru.
Meskipun hint nya sudah sangat jelas, otak Shikamaru nggak sampai ke sana. Dia sudah siap buat meninggalkan spot tersebut sampai dia dikagetkan oleh segerombolan muka-muka super familiar yang sudah pakai topi ulang tahun dan berseru sambil menaburi confetti; “Happy birthday Pak Kahim!!”
Tentu saja, reaksi pertama yang Shikamaru berikan adalah melongo ngang-ngong dan setelahnya, dia langsung berdecak. “Yang bener aja lah woiii. Yakali.”
“Yakali gak skuy! Yuk Shikamaru, lo duduk dulu gih di situ.” Naruto menggiring Shikamaru untuk duduk di ‘singgasana’ nya malam ini. Bocah oren itu bersiul, dan keluarlah Ino sambil membawa sebuah kue ulang tahun di tangan.
“ANJIR KUE NYA.” Kiba ngakak parah setelah melihat kue Shikamaru yang Ino bawa dengan lebih jelas. “KENA ULTI LEWAT CAKE.”
“Tiup lilin nya nanti dulu ya! Karena kita udah bentuk kepanitiaan, jadi harus sesuai urutan rundown!” Ino tergelak dan langsung meletakan kue uniknya di meja yang sudah disiapkan.
Cewek itu menerima sentilan di dahi dari Shikamaru yang sedang menyeringai. “Ini pasti kerjaan lo.”
“Iyaa ini semua kerjaan gue, lo makasih nya nanti aja hehe!”
Kemudian jalannya pesta diambil alih oleh Naruto sebagai MC, dia mempersilahkan Shikamaru buat mengucapkan sepatah dua patah kata sambutan yang tentu saja diprotes oleh kahim nya ini, tapi tetap saja ujung-ujungnya Shikamaru bilang. “Sumpah kata gue kalian aneh sih, mau aja disuruh-suruh Ino.”
“Hmmmm, tuh di toilet ada kaca, Pak. Siapa tahu butuh.” Sasuke nyeletuk dengan sindiran tersirat kalau Shikamaru secara nggak langsung juga nyuruh-nyuruh mereka buat bantuin dia bikin surpris untuk Ino yang direspon dengan kekehan lainnya.
“Hehe.”
Naruto mengambil alih kembali mic nya, “Yaudah habis ini kita lanjut ice breaking ya! ATP tolong siapin.”
Kiba langsung bergerak begitu diberi aba-aba, dia dibantu oleh Chouji menata kursi yang jumlahnya ada duabelas secara melingkar.
“Nah gue jelasin dikit. Intinya kita mau rebutan kursi. Kita bakal jalan melingkari kursi tersebut diiringi lagu, pas lagu nya udah stop, kalian udah harus dapet tempat duduk. Yang ga dapet tempat duduk berarti tereliminasi!”
“Kalo menang dapet hadiah apa bang?”
Ino langsung berseru, “Dapet piring cantik! Sama doa dari Pak Kahim!”
“Yeeeeu.”
Game ice breaking dimulai, dan bukan mereka namanya kalau nggak rusuh serta gaduh. Ada yang protes karena tereliminasi dengan tidak adil, yang protes karena lagu nya nggak kedengaran, ada yang mau nya joget waktu lagu girlband dua kali dan hitampink diputarkan, sampai ada yang masih saja protes ketika Rock Lee jadi pemenang game ice breaking tersebut.
Belum sampai di puncak acara, mereka semua sudah ngos-ngosan.
“MANA SUARANYAAAA?!?! MASIH SEMANGAAAT??”
“Naruto jangan kenceng-kenceng, kasian pelanggan lain!”
“Oh iya maap hehe. Shik! Pinjem korek, nih buat nyalain lilin di kue elu.”
Dan lilin pun menyala. Shikamaru dipersilahkan buat make a wish sebelum meniupnya. “Eh Ino, sini lah. Males banget masa yang di sebelah gue pas lagi make a wish si Naruto!”
“WAHHHH DISKRIMINASI! Padahal gue sama Ino sama-sama pirang and matanya biru!” Naruto berseru nggak terima lewat mikrofon, tapi tentu saja, itu cuma bercanda.
Sakura mendorong Ino untuk berdiri berdampingan dengan Shikamaru yang semula Ino sempat protes karena ini kan ulang tahun Shikamaru. “Udah sanaa, jangan kelamaan!”
“Dasar, bisa apa lo tanpa gue huuuu.” seperti biasa, Ino masih sempat-sempatnya meledek Shikamaru.
“Yuk make a wish!”
Semua teman-teman Shikamaru, nggak lupa dengan badut kaepci yang ada di sana, langsung diam untuk membiarkan semua atensi tertuju pada si pangeran semalam.
Kedua tangan Shikamaru bertaut dan matanya terpejam, dahi nya juga berkerut pertanda dia sedang serius merapalkan doa dan harapan di hari ulang tahunnya. Di sampingnya, Ino menatap lekat-lekat ke arah cowok itu, ada perasaan yang membuncah di dalam hatinya sebab Ino telah melihat perkembangan dan bertumbuh bersama Shikamaru hingga saat ini.
Dari seorang anak yang nggak punya semangat ataupun motivasi, sampai menjadi seorang laki-laki yang masih minim semangat tapi sudah punya segudang motivasi dan seorang gentleman. Ino meneteskan air matanya sebelum ikut berdoa.
Lilin-lilin di atas kue meredup akibat tiupan Shikamaru, asapnya terbang di sekitar, sama seperti dengan doa dan harapan dari teman-teman terdekatnya—jajaran BPH dan kepala departemen HIMAHI, yang terbang bersama untuk meraih restu dan dikabulkan oleh Tuhan.
Pesta ulang tahun dilanjutkan dengan makan-makan dengan ayam kaepci dan pembacaan wish jar dimulai setelahnya. Shikamaru membaca satu persatu ucapan selamat ulang tahun yang ditulis secara anonymous oleh teman-temannya.
Beberapa wish ada yang ditulis secara serius, ada juga isinya bercanda seperti yang ini salah satunya yang dibacakan oleh Shikamaru sendiri. “Habede Pak Kahim, gue gatau mau kasih kado apa, tapi waktu itu lo pernah utang bensin 50rb di gue. Gak usah diganti uangnya—waduh ini dari siapa ya? Spill please, gue gak bisa ninggalin hutang siapa tau besok mati.”
“WOOOOOOYYY.”
“YANG BENER AJA PAK KALO NGOMONG.”
“BE SERIOUS SHIKAMARU.”
“NOT YOU DYING ON MY BIRTHDAY IT’S SUPPOSED TO BE MY TIME TO SHINE. DON’T STEAL MY SPOTLIGHT!!”
Tentu saja respon-respon yang keluar dari mulut teman-temannya juga beragam. Kadang memang mereka punya inside jokes sendiri yang isinya beberapa dark jokes, tapi buat kali ini rasanya kurang tepat yah.
Kemudian Sai bertanya. “Shik, lo punya utang seberapa banyak sampe gainget lo ngutang bensin ke siapa?”
Duar. Memang Sai kalo ngomong suka begitu, suka banget bikin orang yang jadi topik pembicaraannya seketika keki sendiri.
“Hehehe. Asli yang ini gue beneran lupa…”
Seseorang berdiri dan bilang. “Lo hutang ke gue, Shik.”
“SHINO!!”
Kalau member yang satu ini, eksistensinya memang terasa ada dan tiada, terasa nggak terasa. Makanya Shino ini sering banget dilupakan atau terlewat. Pada akhirnya Shikamaru bersikeras buat melunasi hutangnya, dan juga Shino yang berjanji buat memberi kahim nya itu kado ulang tahun nantinya, padahal sih nggak usah repot-repot ya.
Pesta ulang tahun Shikamaru sudah berada di penghujung acara. Kaepci juga sudah menunjukan tanda-tanda kalau mereka akan berhenti beroperasi pada malam itu. Sehingga sebelum digusur keluar, Ino sudah remponh sendiri buat memobilisasi teman-temannya menuju parkiran untuk pulang dan mengucapkan banyak terimakasih karena sudah membantunya.
Di sisi lain, Shikamaru berbisik pada Sakura kalau dia bakal membawa Ino night drive sebentar sampai tengah malam dan meminta mereka untuk stand by duluan di apartemen Ino, rencana untuk mengulurkan waktu yang diberi acungan jempol oleh Sakura.
Tiba-tiba saja tangannya sudah digandeng oleh Shikamaru. Dia nggak tahu Shikamaru datang dari mana karena cowok itu sempat menghilang.
“Pulang sama gue ya.” katanya.
Dan Ino nggak punya alasan untuk bilang tidak, jadinya dia mengangguk saja—karena ya, memang sudah semestinya sih mereka pulang bersama juga.