lilymagicals

Ino bingung kenapa suhu di dalam apartemennya seperti terasa berbeda. Seharusnya suhu nya nggak akan terasa begini apalagi apartemennya sudah dia tinggal kosong dari tadi siang, kenapa Ino bisa tahu? Karena dia cukup sensitif aja sih sama hal-hal yang seperti itu.

Yang lebih mengagetkannya lagi adalah waktu Ino melangkah semakin dalam ke aprtemen, tiba-tiba ada sesuatu yang mencengkeram salah satu pergelangan kakinya sampai membuat cewek itu tersentak heboh.

“ANJIR ANJIR SHIKA KAKI GUE!!”

“Kaki lo kenapa??”

“Kaya ada yang pegang.”

“Ada hantunya kali.”

“Anjir lo mah!”

Kemudian waktu mereka berdua hampir sampai di depan ruang TV, ada cahaya dengan warna keemasan yang berpendar, seperti sebuah cahaya lilin. “Shik, ini ada yang ngepet sama jaga lilin kah di aprtemen gue??”

Hadeh. Susah-susah bikin surprise, eh malah dibilang ada yang lagi jaga lilin. Shikamaru berdecak dengan kelakuan cewek itu kemudian bilang. “Noh liat.”

Seruan dan letupan confetti langsung memenuhi seisi ruangan. Ino merasa deja vu karena baru saja tadi dia melakukan selebrasi yang serupa tapi kali ini, dia yang jadi bintang utamanya.

“HAPPY BIRTHDAY INCESSSSS!!”

“Shik? Ini bukan arah ke tempat apartemen gue loh?”

Ino merasa heran dan melayangkan protesnya sebab Shikamaru mengemudikan mobilnya ke arah yang berlawanan dari arah apartemen nya.

“Iya, gue mau muter-muter dulu sama lo.”

Adalah benar, Shikamaru dan siasatnya untuk mengulur waktu sampai tengah malam nanti sebelum mereka kembali ke apartemen Ino karena teman-temannya yang lain sedang melakukan finishing terhadap hal-hal tentang dekorasi perayaan ulang tahun Ino yang belum sempat mereka selesaikan sebelumnya.

“Muter-muter kaya orang gabut aja lo!”

“Ya mumpung masih bisa gabut.”

Malam hari itu, jalan yang mereka lewati sudah sepi, maklum karena sudah menjelang tengah malam. Sama halnya dengan keadaan di dalam mobil, Shikamaru dan Ino diselimuti sunyi. Sesekali cewek yang sebentar lagi bertambah usia seperti Shikamaru menyenandungkan lagu yang diputar lewat stereo mobil.

“Lo tuh, bisa gitu ya diem-diem bikin pesta ulang tahun di kaepci.” kata Shikamaru dengan santai.

Ino terkekeh saja, merasa puas dengan rencananya yang telah berhasil. “Lucu kaaan?! Pas masih kecil kan lo dulu nggak pernah rayain ulang tahun di kaepci!”

“Emang gapernah. Dulu gue kadang suka bayangin, kapan ya si mamah mau bikin pesta ulang tahun buat gue di kaepci. Tapi gapernah tuh. Yang ada ulang tahun gue selalu diragain bareng sama ulang tahun lo. That’s much better actually, meskipun super ribet tapi gue nggak bisa bayangin ulang tahun tanpa lo.”

Untung saja cahaya di dalam mobil remang-remang, sehingga bisa dengan sukses menyembunyikan rona merah di pipi Ino ketika Shikamaru berbicara panjang seperti itu. “Then there will always be more birthday that we can celebrate together hehe.”

Shikamaru tersenyum, menunjukan kalau apa yang Ino bilang sudah disegel menjadi sebuah lifetime promise.

“Udah malem, mau balik?”

“Boleeeh.”

Mobil sudah terparkir di pelataran parkir gedung apartemen Ino, namun keduanya nggak merasa buru-buru untuk beranjak keluar dari mobil tersebut. Ino mengecek ponsel nya yang sekarang menunjukan pukul 11 lewat 59 malam.

“Shika shika! Ada satu menit lagi sebelum ulang tahun lo berakhir. Lo boleh minta satu permintaan terakhir dari gue!” tukas Ino manis.

Shikamaru bergumam saja karena nggak tahu dia harus minta apa sedangkan detik demi detik semakin terbuang. Dia menghadapkan wajahnya agar bisa melihat wajah Ino di bawah pencahayaan mobil yang temaram. “Hmm. Apa ya?”

“Ah lama lo! Sini.”

“Sini kemana?”

“Sini deketan!”

Nggak perlu disuruh dua kali, Shikamaru benar-benar mendekatkan dirinya seperti yang Ino perintahkan. Saat itu juga cowok itu bisa merasakan manisnya bibir Ino yang mengecup bibirnya sendiri.

“Heeee ini mah lo yang modus ya pengen cium-cium gue?” cowok itu menyeringai dan menggoda Ino ketika bibir mereka sudah berpisah.

“Apaan! Waktu lo udah habis nih!”

Tepat pukul 00:00, Ino berniat untuk membuka pintu mobil dan keluar. Namun pergerakannya ditahan oleh Shikamaru. “Bentar. Gue personally belum minta sesuatu dari lo.”

“A-pa? Lo mau minta apa?”

Tangan cowok itu bergerak menyusuri surai pirang Ino yang lembut, dia menyampirkan poni panjang cewek itu yang menjuntai sampai menutupi sebelah matanya ke belakang telinga. Dengan begini, Shikamaru bisa melihat dengan jelas dua manik sebiru langit yang selalu dia kagumi.

“Gue nggak akan minta banyak.” Katanya sambil tersenyum. “Tapi kalau gue minta supaya lo jangan kemana-mana, jangan tinggalin gue. Lo mau nggak?”

“Iya, gue nggak akan kemana-mana, Shika. Gue janji.”

“Gue juga janji. Selama lo nggak kemana-mana, gue bakal terus di sini. Kalaupun lo kemana-mana, bakal gue kejar sampai kemana pun.”

Kemudian Shikamaru dan Ino menghadiahi ulang tahun keduanya dengan pangutan di bibir yang dalam setelah mengucap janji yang bagi Shikamaru, akan dia ingat sampai kapanpun.

Sesuai rencana, proses pendekoran apartemen Ino sudah hampir selesai, mereka cuma butuh finishing touch saja. Rencana nya setelah ini mereka akan bertolak ke kaepci bersama Shikamaru yang masih belum tahu apa-apa.

“Aduuuh laper guys. Makan yuk.”

Suara Chouji menggema di seluruh ruangan apartemen Ino. Apa yang cowok itu barusan bilang adalah sebagian dari sandiwara yang nggak 100% sandiwara karena Chouji memang betulan laper.

Kiba menyahut. “Sama brou. Kaepci yukk.”

“Hayuu.” Sai ikutan menimpali dan menyuarakan kesetujuannya.

Sedangkan Shikamaru yang sedang rebahan di salah satu sofa apartemen bertanya. “Ada promo apa di kaepci?”

Waduh. Tenten yang masih berkutat dengan sisa balon yang belum diisi angin sih berharap Shikamaru nurut-nurut saja dan nggak banyak tanya. Tapi ya pada dasarnya kaepci adalah golongan makanan agak fancy buat mahasiswa kos-kosan seperti mereka, sehingga bikin mereka bakal berpikir dua kali buat memutuskan untuk makan di sana. “Banyak promo tau, gue kemarin habis dari sana!”

“Goput aja lah. Gue mager.”

Nah.

Nah kan.

Satu kata keramat itu yang bikin semua orang kecuali Shikamaru sangat jengah mendengarnya. Neji merasa kalau Shikamaru bisa memilih buat rebahan seumur hidup, kahim nya itu bakal setuju tanpa melayangkan keberatannya.

“Kalo makan di sini entar kotor atau dekorasi nya rusak lagi.” kata Hinata sambil melirik teman-temannya dan cewek itu langsung menemukan raut-raut yang lega sebab dia baru saja memberikan alibi yang sangat brilian.

Chouji menghampiri Shikamaru dan menarik tangan si kahim yang sedang berulang tahun itu. “Ayok lah Shik. Bisa-bisa Ino ngamuk kalo tau lo mau makan aja mager.”

Senjata paling jitu supaya Shikamaru mau gerak adalah Ino, dan Chouji amat tahu akan hal tersebut.

“Hhhhh yodah ayok.”

Mantap. Timing nya sangat pas. Ketika Shikamaru akhirnya mau gerak, Sakura yang sudah duluan ada di kaepci memberikan aba-aba kalau mereka bisa otw saat itu juga dari apartemen.

Di perjalanan, Shikamaru seperti biasa nggak banyak aksi. Dia juga sama sekali nggak menaruh curiga kalau sebentar lagi dia bakal jadi pangeran semalam di pesta ulang tahunnya. Sesampainya di kaepci, Shikamaru langsung berjalan menuju meja kosong, tentu saja karena dia beralasan malas ngantri buat order, jadi dia bilang ke Chouji untuk menyamakan menu pesanannya.

Waktu Shikamaru sedang anteng duduk sambil ngescroll tiktok, tiba-tiba ada mas-mas berseragam kaepci yang menghampirinya. “Maaf mas, meja ini sudah di booking.” sehingga memaksa Shikamaru supaya bangkit dari posisi duduknya.

“Oh oke, maaf mas.”

“Baik. Buat tempat duduk dan meja nya bisa ikut saya ya mas.”

“Gapapa mas saya bisa cari sendiri.”

“Sebentar ikut saya saja ya mas.”

Karena enggan buat menolak dan mendebat lagi, Shikamaru terpaksa mengikuti pegawai kaepci itu dari belakang. Kemudian dia sampai di salah satu sudut ruangan yang sudah dihias oleh balon-balon dan identik dengan perayaan pesta ulang tahun.

Berbeda dengan apa yang Shikamaru lihat di apartemen Ino, dekorasi yang ada di kaepci jelas adalah dekorasi ulang tahun buat anak kecil. Shikamaru sempet menggerutu karena yang bener aja… masa dia di antar ke tempat tersebut sama mas mas kaepci, pasti ada kesalahan.

Tapi yang jadi highlight di matanya adalah bagaimana dekorasi tersebut identik dengan karakter animasi Bambi dari film lawas yang sering dia tonton waktu masih kecil.

Nah kalau sudah berhubungan dengan bambi atau anak rusa. Pasti lah kalian teringat pada satu orang? Yap. Shikamaru.

Meskipun hint nya sudah sangat jelas, otak Shikamaru nggak sampai ke sana. Dia sudah siap buat meninggalkan spot tersebut sampai dia dikagetkan oleh segerombolan muka-muka super familiar yang sudah pakai topi ulang tahun dan berseru sambil menaburi confetti; “Happy birthday Pak Kahim!!”

Tentu saja, reaksi pertama yang Shikamaru berikan adalah melongo ngang-ngong dan setelahnya, dia langsung berdecak. “Yang bener aja lah woiii. Yakali.”

“Yakali gak skuy! Yuk Shikamaru, lo duduk dulu gih di situ.” Naruto menggiring Shikamaru untuk duduk di ‘singgasana’ nya malam ini. Bocah oren itu bersiul, dan keluarlah Ino sambil membawa sebuah kue ulang tahun di tangan.

“ANJIR KUE NYA.” Kiba ngakak parah setelah melihat kue Shikamaru yang Ino bawa dengan lebih jelas. “KENA ULTI LEWAT CAKE.”

“Tiup lilin nya nanti dulu ya! Karena kita udah bentuk kepanitiaan, jadi harus sesuai urutan rundown!” Ino tergelak dan langsung meletakan kue uniknya di meja yang sudah disiapkan.

Cewek itu menerima sentilan di dahi dari Shikamaru yang sedang menyeringai. “Ini pasti kerjaan lo.”

“Iyaa ini semua kerjaan gue, lo makasih nya nanti aja hehe!”

Kemudian jalannya pesta diambil alih oleh Naruto sebagai MC, dia mempersilahkan Shikamaru buat mengucapkan sepatah dua patah kata sambutan yang tentu saja diprotes oleh kahim nya ini, tapi tetap saja ujung-ujungnya Shikamaru bilang. “Sumpah kata gue kalian aneh sih, mau aja disuruh-suruh Ino.”

“Hmmmm, tuh di toilet ada kaca, Pak. Siapa tahu butuh.” Sasuke nyeletuk dengan sindiran tersirat kalau Shikamaru secara nggak langsung juga nyuruh-nyuruh mereka buat bantuin dia bikin surpris untuk Ino yang direspon dengan kekehan lainnya.

“Hehe.”

Naruto mengambil alih kembali mic nya, “Yaudah habis ini kita lanjut ice breaking ya! ATP tolong siapin.”

Kiba langsung bergerak begitu diberi aba-aba, dia dibantu oleh Chouji menata kursi yang jumlahnya ada duabelas secara melingkar.

“Nah gue jelasin dikit. Intinya kita mau rebutan kursi. Kita bakal jalan melingkari kursi tersebut diiringi lagu, pas lagu nya udah stop, kalian udah harus dapet tempat duduk. Yang ga dapet tempat duduk berarti tereliminasi!”

“Kalo menang dapet hadiah apa bang?”

Ino langsung berseru, “Dapet piring cantik! Sama doa dari Pak Kahim!”

“Yeeeeu.”

Game ice breaking dimulai, dan bukan mereka namanya kalau nggak rusuh serta gaduh. Ada yang protes karena tereliminasi dengan tidak adil, yang protes karena lagu nya nggak kedengaran, ada yang mau nya joget waktu lagu girlband dua kali dan hitampink diputarkan, sampai ada yang masih saja protes ketika Rock Lee jadi pemenang game ice breaking tersebut.

Belum sampai di puncak acara, mereka semua sudah ngos-ngosan.

“MANA SUARANYAAAA?!?! MASIH SEMANGAAAT??”

“Naruto jangan kenceng-kenceng, kasian pelanggan lain!”

“Oh iya maap hehe. Shik! Pinjem korek, nih buat nyalain lilin di kue elu.”

Dan lilin pun menyala. Shikamaru dipersilahkan buat make a wish sebelum meniupnya. “Eh Ino, sini lah. Males banget masa yang di sebelah gue pas lagi make a wish si Naruto!”

“WAHHHH DISKRIMINASI! Padahal gue sama Ino sama-sama pirang and matanya biru!” Naruto berseru nggak terima lewat mikrofon, tapi tentu saja, itu cuma bercanda.

Sakura mendorong Ino untuk berdiri berdampingan dengan Shikamaru yang semula Ino sempat protes karena ini kan ulang tahun Shikamaru. “Udah sanaa, jangan kelamaan!”

“Dasar, bisa apa lo tanpa gue huuuu.” seperti biasa, Ino masih sempat-sempatnya meledek Shikamaru.

“Yuk make a wish!”

Semua teman-teman Shikamaru, nggak lupa dengan badut kaepci yang ada di sana, langsung diam untuk membiarkan semua atensi tertuju pada si pangeran semalam.

Kedua tangan Shikamaru bertaut dan matanya terpejam, dahi nya juga berkerut pertanda dia sedang serius merapalkan doa dan harapan di hari ulang tahunnya. Di sampingnya, Ino menatap lekat-lekat ke arah cowok itu, ada perasaan yang membuncah di dalam hatinya sebab Ino telah melihat perkembangan dan bertumbuh bersama Shikamaru hingga saat ini.

Dari seorang anak yang nggak punya semangat ataupun motivasi, sampai menjadi seorang laki-laki yang masih minim semangat tapi sudah punya segudang motivasi dan seorang gentleman. Ino meneteskan air matanya sebelum ikut berdoa.

Lilin-lilin di atas kue meredup akibat tiupan Shikamaru, asapnya terbang di sekitar, sama seperti dengan doa dan harapan dari teman-teman terdekatnya—jajaran BPH dan kepala departemen HIMAHI, yang terbang bersama untuk meraih restu dan dikabulkan oleh Tuhan.

Pesta ulang tahun dilanjutkan dengan makan-makan dengan ayam kaepci dan pembacaan wish jar dimulai setelahnya. Shikamaru membaca satu persatu ucapan selamat ulang tahun yang ditulis secara anonymous oleh teman-temannya.

Beberapa wish ada yang ditulis secara serius, ada juga isinya bercanda seperti yang ini salah satunya yang dibacakan oleh Shikamaru sendiri. “Habede Pak Kahim, gue gatau mau kasih kado apa, tapi waktu itu lo pernah utang bensin 50rb di gue. Gak usah diganti uangnya—waduh ini dari siapa ya? Spill please, gue gak bisa ninggalin hutang siapa tau besok mati.”

“WOOOOOOYYY.”

“YANG BENER AJA PAK KALO NGOMONG.”

“BE SERIOUS SHIKAMARU.”

“NOT YOU DYING ON MY BIRTHDAY IT’S SUPPOSED TO BE MY TIME TO SHINE. DON’T STEAL MY SPOTLIGHT!!”

Tentu saja respon-respon yang keluar dari mulut teman-temannya juga beragam. Kadang memang mereka punya inside jokes sendiri yang isinya beberapa dark jokes, tapi buat kali ini rasanya kurang tepat yah.

Kemudian Sai bertanya. “Shik, lo punya utang seberapa banyak sampe gainget lo ngutang bensin ke siapa?”

Duar. Memang Sai kalo ngomong suka begitu, suka banget bikin orang yang jadi topik pembicaraannya seketika keki sendiri.

“Hehehe. Asli yang ini gue beneran lupa…”

Seseorang berdiri dan bilang. “Lo hutang ke gue, Shik.”

“SHINO!!”

Kalau member yang satu ini, eksistensinya memang terasa ada dan tiada, terasa nggak terasa. Makanya Shino ini sering banget dilupakan atau terlewat. Pada akhirnya Shikamaru bersikeras buat melunasi hutangnya, dan juga Shino yang berjanji buat memberi kahim nya itu kado ulang tahun nantinya, padahal sih nggak usah repot-repot ya.

Pesta ulang tahun Shikamaru sudah berada di penghujung acara. Kaepci juga sudah menunjukan tanda-tanda kalau mereka akan berhenti beroperasi pada malam itu. Sehingga sebelum digusur keluar, Ino sudah remponh sendiri buat memobilisasi teman-temannya menuju parkiran untuk pulang dan mengucapkan banyak terimakasih karena sudah membantunya.

Di sisi lain, Shikamaru berbisik pada Sakura kalau dia bakal membawa Ino night drive sebentar sampai tengah malam dan meminta mereka untuk stand by duluan di apartemen Ino, rencana untuk mengulurkan waktu yang diberi acungan jempol oleh Sakura.

Tiba-tiba saja tangannya sudah digandeng oleh Shikamaru. Dia nggak tahu Shikamaru datang dari mana karena cowok itu sempat menghilang.

“Pulang sama gue ya.” katanya.

Dan Ino nggak punya alasan untuk bilang tidak, jadinya dia mengangguk saja—karena ya, memang sudah semestinya sih mereka pulang bersama juga.

Hari pertama pertandingan voli sama ramainya dengan hari-hari sebelumnya. Padahal panitia sempat pesimis bakal sedikit yang datang karena dari tadi sore turun hujan yang cukup deras. Untung saja cuaca mau diajak bekerja sama sehingga waktu pertandingan akan dimulai, cuaca malam itu sudah terang meskipun membuat aspal lapangan fisip jadi agak becek karena lapangan tersebut bukan lapangan indoor.

Tim voli putra angkatan 19 telah melakukan pemanasan sebelum pertandingan dimulai, meregangkan otot-otot mereka supaya bisa bermain dengan optimal. Sekarang mereka berada di area pertandingan melawan tim putra dari angkatan 2022.

Pertandingan berjalan dengan intens, baik tim angkatan 2019 dan 2022 ternyata sama-sama bisa mengimbangi permainan dengan baik. Prediksi Neji yang dikira bakal dengan mudah masuk ke semi-finale ternyata salah, lawan mereka jago juga di lapangan. Yah meskipub saat ini score di set pertama game masih unggul dimiliki oleh angkatan 2019 sih.

Pukulan-pukulan smash sebelumnya yang dilakukan Naruto sukses mencetak skor, membuat para mahasiswa cewek apalagi maba jadi heboh meneriaki namanya sambil terkagum-kagum. Bukan rahasia umum lagi kalau kadar karisma Naruto meningkat drastis ketika dia sedang ada di lapangan. Bocah oren itu memang pada dasarnya sangat atletik, jadi olahraga manapun sebetulnya dia bisa memainkannya.

“Naruto smash!!” Shikamaru berteriak ketika pukulan bola dari tim lawan menuju ke Naruto dan punya peluang besar untuk dipukul secara smash.

Naruto siap melompat untuk meraih bola yang melambung tinggi, namun sialnya karena permukaan lapangan yang licin, tumpuan Naruto kurang sempurna sehingga keseimbangannya ikut oleng. Meskipun Naruto tetap berhasil memukul bola itu dengan sekuat tenaga dalamnya, ternyata pukulannya nggak mengarah ke arah yang dia tuju.

DUG!

“Aduh!”

Benar sekali, bola yang dipukul Naruto itu mengenai kepala seseorang. Tau siapa orangnya?

“Hinata hidung kamu berdarah!”

Benar sekali lagi. Korban insiden kali ini adalah Hinata, cewek itu merasakan sesuatu yang dingin mengalir dari hidungnya, namun pandangannya keburu kunang-kunang duluan. Setelah itu menggelap.

Toneri yang duduk di barisan penonton dan nggak jauh dengan Hinata langsung sigap menggotong cewek itu dan berlari menuju parkiran mobil, dia membawa Hinata ke rumah sakit, disusul oleh Neji yang juga langsung melesat meninggalkan lapangan pertandingan.

Naruto? Nge-freeze saja karena masih berusaha mencerna apa yang barusan terjadi.

Pembukaan secara simbolis IR Sport Week oleh ketua himpunan disambut ramai oleh seluruh peserta dan panitia. Tiupan dari trompet dan suara irama pukulan galon kosong menambah keramaian dan euforia pada malam itu.

Shikamaru berpesan kepada semua yang hadir agar menikmati jalannya pertandingan, bermain dengan sportif, dan menghindari cidera fisik.

Pertandingan badminton set pertama adalah HI 2019 melawan squad dosen. Satu tim terdiri dari pasangan putra dan putri. Sakura dan Sasuke menjadi perwakilan tim dari HI 2019, mereka berdua merasa ngenes sendiri karena harus melawan squad dosen yang berisikan Pak Kakashi dan Prof. Tsunade.

Ino sedang asal memijit bahu Sakura sebagai bentuk memberikan semangat. Namun bukan Ino kalau belum meledek Sakura. “Mampus jidat, lawan lo Prof. Tsuna!”

“Hufft, nggak cuma Prof. Tsuna. Pak Kakashi loyo-loyo gitu ternyata OP astagaaa.” Sakura meniup poninya dan mengangkat tangan untuk mengikat rambut sebahunya. “Guys kalo kita kalah maaf yaaah.” lanjutnya.

“BABAT HABISS.”

“Beda kedudukan bukan berarti beda nyali, Sak!”

“Letsgoooooo.”

Begitulah beberapa seruan dan kata semangat yang kompak dilempekan oleh anak-anak HI 19 kepada Sakura. Sasuke di sisi lain sih santai saja ya, dia memang nggak ada niatan buat memberikan angkatannya kemenanangan, tapi tenang saja, Sasuke bakal tetap berusaha semaksimal mungkin kok.

Ketika panitia mempersilahkan mereka buat masuk ke area pertandingan. Sasuke merangkul bahu Sakura dan mengulurkan kepalan tangannya untuk fist bump, “Yuk.”

Sakura langsung tersenyum dan berapi-api ketika sudah berhadapan dengan Prof. Tsuna dan Pak Kakashi di balik jaring-jaring net.

Prof. Tsunade menunjuk Sakura dengan raketnya. “Ayo Sakura! Menang lawan kami proposal skripsi kamu saya acc, awal bulan depan sempro!”

“JIAAAH SEMPRO JALUR SPORT WEEK.”

“IHH SAYA JUGA MAU PROF KALO KAYA GITUUUU.”

“BISA LANGSUNG LULUS SEMPRO AJA GA PROF KALO MENANG LAWAN SQUAD DOSEN???”

Prof. Tsunade berseru yang langsung membuat heboh para penonton terutama teman-teman seangkatan Sakura.

Sakura sendiri sih meringis saja, Prof. Tsunade ini memang dosen pembimbing skripsinya, tapi ngeri juga kalau bulan depan tiba-tiba sudah disuruh semprop, apalagi sekarang sudah otw memasuki akhir bulan.

Pertandingan resmi dimulai ketika suara peluit terdengar. Tim Sakura-Sasuke berkesempatan melakukan servis pertama untuk memulai pertandingan. Setelahnya, setiap pukulan yang disuguhkan membuat kedua tim bergerak dengan gesit sebab pertandingan berjalan dengan intens.

Sasuke yang awalnya santai saja jadi ikutan ambis melihat Sakura dan tentu saja, setiap gerakan yang dilakukan pacarnya itu membuat Sasuke ingin get on his knees dan bilang ‘step on me, mommy.’ kalau saja dia tidak sedang berada di tengah-tengah pertandingan.

Opening match badminton pada malam itu menjadi awal dari pertandingan-pertandingan selanjutnya yang kadar intensitasnya semakin meningkat. Masih di hari pertama sport week, semuanya sudah mandi keringat bersama dan akan begitu seterusnya untuk satu minggu ke depan.

International Relations Sport Week adalah program kerja dengan mengusung konsep pekan olahraga yang dilaksanakan oleh departemen Seni & Olahraga HIMAHI setiap dua kali dalam satu tahun, atau sama saja dengan satu kali dalam setiap semester perkuliahan.

Biasanya dalam satu minggu itu akan diadakan lomba-lomba dari beberapa cabang olahraga. Untuk tahun ini, cabang olahraganya adalah Voli, Badminton, Futsal, dan E-sport yang mana keempatnya adalah olahraga yang populer di kalangan anak HI Universitas Konoha. Nantinya setelah semua cabang olahraga selesai dilaksanakan, puncak dari program kerja ini adalah closing party yang biasanya berisikan pentas seni sekaligus awarding night sebagai penutup program kerja ini.

Program kerja ini adalah proker besar terakhir dalam periode kepunguran kabinet yang dipimpin oleh Shikamaru. Di awal periode kabinet kepengurusan Shikamaru, mereka sempat berencana untuk mengagendakan IR Festival atau festival musik seperti jurusan-jurusan lain, namun karena satu dan lain hal sebagai kendala, IR Festival belum bisa dilaksanakan tahun ini sebagai program kerja besar terakhir mereka. Jujur saja IR Sport Week ini nggak bisa dibilang besar-besar amat karena sasarannya cuma dosen dan mahasiswa HI, namun dari tahun ketahun, acara ini selalu berjalan dengan meriah.

Saat ini technical meeting IR SPORT WEEK sedang dilaksanakan di ruang 10. Semua perwakilan angkatan dan panitia termasuk Mas Yamato selaku staff administrasi jurusan sebagai perwakilan squad dosen hadir dalam kesempatan kali itu.

Rock Lee selaku ketua pelaksana proker tersebut menjelaskan dari A sampai Z mengenai hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan—seperti aturan permainan, alur permainan, dress code, dan lain-lain.

“Ada yang mau ditanyain lagi?” Lee memberikan kesempatan bagi para perwakilan yang hadir untuk kembali bertanya karena daritadi ternyata panitia dibanjiri pertanyaan mengenai teknis pelaksanaan sport week.

“Bang, kalo ada anak jurusan lain yang mau nontkn sport week boleh nggak?”

“Boleh ya, asal mematuhi peraturan sebagai penonton. Ada lagi?”

Salah satu perwakilan mahasiswa HI 2021 mengangkat tangannya.

“Iya silakan Code.”

Cornelius Devandra atau yang akrab dipanggil Code kemudian bertanya setelah dipersilakan. “Mau tanya bang, buat pentas seninya. Itu masing-masing angkatan wajib nyumbang 2 performance. Nah performance nya harus beda-beda atau boleh sama?”

Lee mengangguk pertanda menerima pertanyaan dari adik tingkatnya itu. “Sip makasih buat pertanyaannya. Kalau bisa 2 performance itu beda-beda ya, misal yang satu nyanyi, satu lagi dance. Tapi kalo mau sama juga gapapa sebenernya, yang penting tunjukin semangat muda kalian yang dipenuhi kreativitas itu lewat pentas seni nanti!! Oh sama jangan ngelebihin durasi aja sih hehe.”

Shikamaru tertawa saja melihat rekannya yang satu ini kalau sudah paling semangat untuk bawa-bawa tagline andalannya yang merupakan titisan dari Pak Guy, yaitu semangat masa muda.

“Okay kalo udah nggak ada yang ditanyain dan udah pada jelas semua. Kita akhiri technical meeting malam ini yaa!” kata Lee sambil bertepuk tangan sebagai penutup agenda malam itu, “Eh Pak Kahim, ada yang mau ditambahin gak??”

Shikamaru menerima mikrofon yang diulurkan oleh Lee, ketua himpunan itu memberikan beberapa buah kalimat singkat sebelum technical meeting resmi diakhiri. “Makasih buat temen-temen perwakilan angkatan dan Mas Yamato yang sudah hadir. Kami tunggu partisipasi kalian di lapangan, jaga diri dan rekan team kalian pas lagi main, jangan sampai cidera. Selamat malam.”

Dan sampai jumpa di IR Sport Week yang dimulai pada hari senin nanti! 🤟🏻

Jujur saja Naruto nggak tahu apa yang membuatnya kesal dengan eksistensi cowok berambut putih di hadapannya itu. Nggak ada yang salah sebetulnya, cuma Naruto merasa gaya bicara cowok ini cukup lebay setelah dia mendengarnya.

Where is Hinata?? OMG what is this? Why is this place sangat kumuh??”

Ekspresi wajah Naruto langsung berubah menjadi angry bird karena merasa sekre kesayangannya dihina. “Lo siapa anjir?? Dateng-dateng ngomong begitu. Dikira cakep lu??”

“Loh? Thanks, emang so many people bilang I handsome.”

“Dih????”

Nggak salah juga cowok itu bilang begitu karena memang nyatanya dia ganteng, cuma mana sudi Naruto mengakuinya.

So, where’s Hinata? I nggak lihat dia dimana-mana. I juga nggak lihat Neji here.”

“Jawab dulu anjir, lo siape?? Sok kenal amat.”

Cowok itu memandang Naruto dari atas ke bawah, kemudian berdecak mengejek. “I nggak ada urusan sama you, jadi why should I answer your question yang nggak bermutu itu??”

Saat itu juga rasa kekesalan Naruto meningkat drastis. Memangnya siapa sih cowok itu sampai meremehkan dia dan mengejek sekrenya? Apalagi cara berbicaranya itu loh, kalau kata Naruto dan netizen twitter sih cowok itu pakai bahasa kentut.

“Eh jangan sembarangan lo!! Gue wakahim di sini!!” Karena sudah kesal, Naruto yang biasanya nggak mau bragging tentang kedudukannya di himpunan, terpaksa harus melakukannya.

Namun yang membuat Naruto semakin kesal adalah bagaimana si cowok yang jadi lawan bicara—atau adu mekaniknya itu bertanya dengan nada polosnya, “What is a wakahim!?”

“LO—“

“Menurut I, you’re just a normie. Which I won’t waste my time with. Nggak worth the time.”

Muka Naruto sudah memerah, ditambah dengan suara cekikikan dari teman-temannya di dalam sekre. Sumpah Naruto sebel banget, bukannya membantu, mereka malah sibuk ngetawain.

Naruro nggak bakal percaya kalau orang aneh ini kenal dengan Hinata dan Neji, apalagi kalau sampai mengaku dekat. Rasanya Hinata dan Neji yang tingkat kewarasannya nggak perlu diragukan lagi berteman dengan cowok ini. Ew.

Hello dude?! Why are you malah bengong? Tolong find Hinata and Neji dong, I mau meet up sama mereka.”

“GUE BUKAN BABU LO YA ANJ—“

“Toneri!”

Belum sempat Naruto selesai mengumpat, sudah terdengar suara Neji yang sepertinya menyebutkan nama cowok yang daritadi membuat Naruto kesal dari jauh.

“Neji! My boy, finally you datang juga. I kangen banget sama you!”

Cowok itu langsung merangkul pundak Neji ketika sudah ada di dalam jangkauan. Tanpa Naruto sangka-sangka, Neji justru sumringah mendapat rangkulan si Toneri-Toneri itu. Membuatnya terheran karena kok bisa begitu ya?

“Kok bisa ada di sini??” sahut Neji.

Of course I can. I mau ketemu you and Hinata. I miss you guys. Especially you Neji, kenapa nggak ikut liburan ke England di rumah I kemarin??”

Sorry dude, got busy on holiday. Lebay juga ya lo, kemaren kan udah nemenin Hinata liburan dua minggu full di sana! Haha.”

Kalimat Neji langsung membuat Naruto yang masih diam saja di situ seketika jadi bertanya-tanya. Naruto juga jadi semakin berasumsi apa sebenarnya hubungan si Toneri lebay ini dengan duo Hayuningrat ini.

Apalagi setelah mendengar kalau ternyata Hinata liburan di eropa ditemani orang aneh ini.

Neji beralih dari Toneri ke Naruto, dia berinisiatif untuk mengenalkan keduanya karena tadi dengar-dengar, mereka sempat cekcok. “Naruto, sori lo bingung ya? Kenalin ini Toneri.”

Toneri menyahut lagi, “Ooooh jadi si normie ini namanya Naruto?”

“Ton, please.”

Cih. Naruto manyun-manyun karena nggak sudi buat kenalan dengan cowok itu.

Nggak lama kemudian, Hinata datang dengan berlari kecil untuk menghampiri Toneri dan Neji. Di situ, Naruto disuguhi pemandangan Hinata dan Toneri yang sedang cipika-cipiki.

“Toneri! Kamu nggak bilang mau kesini??” kata Hinata setelahnya.

Summer break is not over yet, my dear. I kan sudah janji sama you buat nyusul ke Konoha.” Toneri cengar-cengir.

“Yaampun harusnya kamu bilang aku dulu.”

Hinata menghadiahi senyuman lebar untuk cowok itu, intonasi dari cara berbicara Hinata kentara akan rasa senangnya. Membuat perut Naruto seketika mules. Apalagi sepertinya Hinata belum sadar kalau Naruto masih ada di sana, tepatnya di daun pintu sekretariat.

“Okay sebagai gantinya, can you show me around? I bosen banget stay di hotel alone.”

Hinata melirik jam tangannya, masih ada tersisa beberapa jam sebelum rapat HIMAHI yang diagendakan hari ini dimulai.

“Boleh-boleh. Sebentar ya aku bilang temen-temenku dulu.”

Ketika mau masuk ke sekre, Hinata berhenti tiba-tiba karena ada Naruto di ambang pintu menghalanginya. “Eh—Naruto??”

“Baru sadar ya Hin ada gue disini?” tanya Naruto dengan intonasi suaranya yang terkesan dingin.

“Maaf Naruto aku nggak lihat…”

Hmm. Segede ini sampe nggak keliatan?? Perasaan gue juga nggak invisible dah. Itu adalah kalimat yang Naruto tahan-tahan supaya tersimpan saja dan nggak diucapkan.

“Hinata, I saranin you jangan dekat-dekat sama dia. He is a normie.” celetuk Toneri.

“Toneri jangan bilang gitu ah. Maaf ya Naruto.” Hinata merasa canggung apalagi Neji sudah masuk duluan ke sekre sebelumnya, jadi harus dia sendiri yang menengahi dua cowok itu. “Temen-temen, aku nemenin Toneri jalan-jalan dulu yaa. Nanti balik lagi ke sekre kok sebelum rapat.” katanya seraya minta izin ke teman-temannya di dalam sekre.

“Yaah, nggak ikut kita makan bareng dong Hinataa?” tanya Sakura yang sedari tadi menonton interaksi mereka dari dalam sekre.

“Eum. Kayaknya skip dulu deh, next time yaa.”

“Hinata maaf nggak bisa ikut, masih ngurusin revisi rundown.” kata Neji dari pojok sekre sambil menunjuk laptopnya.

“Iya nggak apa-apa kak, aku berdua aja sama Toneri.”

Hal itu mengundang pertanyaan beberapa penghuni sekre, seperti Ino. “Si Toneri ini siapa nya kamu Hin??”

“Temen aku hehehe. Duluan ya temen-temen.”

Tanpa ada yang sadar, kekehan dan lambaian tangan Hinata ketika meninggalkan sekretariat membuat wajah Naruto jadi asem.

Did you wear protection last night?” tembak Ino dengan pertanyaannya tanpa melihat si lawan bicara, perempuan itu sedang fokus menunduk dan mengacak-ngacak menu sarapan nasi gorengnya dengan sendok.

“Nggak, didn’t have time. Semalam kamu beringas banget.” sedangkan Itachi hanya menjawab ringan, ada sedikit tawa yang lelaki itu keluarkan.

Sumpah, rasanya Ino ingin memutar waktu dan bersiaga agar dirinya tidak jatuh dalam pengaruh alkohol yang membuatnya kehilangan akal. Seharusnya bukan masalah kalau semalam dia bercinta dengan suaminya sendiri, namun Ino tidak perlu bohong kalau fakta bahwa suaminya melakukannya tanpa menggunakan pengaman tadi malam bisa tidak menyingkirkan semua kekhawatirannya. Apalagi semalam, Ino sedang ada di masa suburnya, meskipun dia rutin minum pil nya, tapi siapa yang tahu?

Belum lagi fakta bahwa dia mengatahui kalau Itachi main di belakangnya dengan perselingkuhan itu. Seharusnya Ino benci dengan apa yang terjadi semalam, tapi semakin dia mengingat, semakin panas juga kedua pipinya. Perempuan itu bergidik, merasa bodoh dengan tindakannya sendiri.

“Ino? What’s wrong?” pertanyaan Itachi membuatnya tersentak dan kembali ke kesadarannya.

“Hah? Nggak, nggak apa-apa.”

Melihat tingkah laku istrinya yang sedang salah tingkah, mau tidak mau bibir Itachi terangkat secara otomatis. Sudah lama dia tidak melihat pemandangan seperti ini di pagi hari. Meskipun alasan dibalik tingkah Ino berkebalikan dengan apa yang sedang Itachi pikirkan sekarang.

It’s been a while. Last night was great.” Itachi angkat bicara lagi, kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Ino untuk memberikan kecupan di dahinya. “Thank you, Ino.”

Di dalam hati, Ino sedang memaki dan memberikan sumpah serapahnya pada suaminya sendiri. Di dalam hati juga, Ino bersumpah untuk tidak akan pernah goyah dan memastikan Itachi akan membayar semua apa yang telah lelaki itu perbuat.

Sesampainya di rumah, Itachi melihat Ino duduk sendirian di sofa ditemani sebotol anggur merah setelah menerima drunk text istrinya. Wajah perempuan itu sudah super merah yang menunjukan bahwa Ino sudah sepenuhnya mabuk, sesuai dengan ekspektasi Itachi. Lelaki itu melangkah semakin mendekat dan bergabung di bagian kosong sofa, tepat di sebelah istrinya.

Pecahan botol dan cairan merah wine masih tercecer dimana-mana, belum dibersihkan. Itachi langsung menghampiri Ino dan mengecek apakah wanita itu terluka. Helaan nafas lelaki itu keluarkan setelah memastikan bahwa tidak ada satupun goresan yang melukainya.

Ino yang sebagian besar kesadarannya sudah melahang menyadari seseorang yang hadir di sebelahnya dan melirik ke samping, mendapati Itachi sedang bersandar di sofa. “Oh? Haha welcome home!” kalimat sambutan Ino disertai sebuah cekikikan yang entah kenapa membuat Itachi merasa kurang nyaman. Sebab seperti ada sebuah ejekan yang terselip di sela-sela kalimat itu.

You’re drunk.” kata Itachi retoris, kemudian dia meraih gelas yang belum lagi disentuh oleh Ino dan menuangkan cairan anggur merah dari botolnya untuk dia minum sendiri.

Itachi dan Ino ditemani oleh keheningan, namun sesekali Ino mendengus dan masih tertawa.

Tangan kanan Ino tiba-tiba terulur untuk menarik paksa dasi yang masih melingkari leher Itachi, membuat jarak keduanya semakin dipersempit, Itachi bisa merasakan hidung mereka saling bersentuhan. “Itachi, lihat aku!”

Ketika Itachi mencoba membalas tatapan Ino, yang dirinya temukan untuk pertama kalinya adalah sebuah amarah dan keputusasaan dalam iris akuamarin Ino.

“Itachi, kita bukan orang baik. We hide behind each other’s mask.” ucap Ino mulai meracau.

Kalimatnya itu datang secara tiba-tiba tanpa Itachi duga. Lelaki itu pun punya waktu yang sulit untuk mencari apa arti dari kalimat istrinya. Selama ini Itachi mengira permainan belakang yang dia lakukan tidak terendus oleh Ino, sebab Itachi tahu seberapa tidak pedulinya perempuan itu padanya. Hal itu membuat Itachi sendiri tidak terlalu berusaha untuk menutupinya, meskipun dia tetap tidak ingin Ino mengetahui penghianatannya.

Apa yang Ino racaukan barusan harus Itachi terima kalau itu adalah sebuah fakta. “Ino, kamu ngelantur tapi ada benernya juga.”

Detik berikutnya digunakan Itachi untuk mengalihkan tatapannya dari manik akuamarin Ino, tangan kanannya diselipkan ke belakang kedua lutut Ino, dan tangan kirinya ada di belakang punggung mungil istrinya, menggendongnya ala bridal style untuk menuju ke kamar mereka berdua dengan Ino yang semakin merapatkan kepalanya ke dada Itachi. Lelaki itu berusaha untuk menghentikan Ino dan sesi minum-minumnya.

Itachi merebahkan istrinya setelah sampai di kamar, tangannya terulur untuk mengelus lembut surai-surai pirang Ino yang berantakan. Dia merasa getir melihat betapa cantik istrinya. Benar kata Deidara, Itachi tidak lebih dari sekadar lelaki kufur nikmat yang dengan sangat tidak tahu malu menghianati istrinya.

Ino bangkit dari posisi rebahannya dan merasakan pening yang membuat kepalanya berputar-putar karena efek samping alkohol yang dia telan malam ini. Pandangannya kunang-kunang ketika menatap suaminya, dan apapun yang Ino lakukan setelahnya disambut baik oleh Itachi.

Ino dengan tergesa-gesa mengikis jaraknya dengan Itachi, membuat bibir mereka saling bertemu dan lelaki itu bisa merasakan betapa rasa manis itu mendominasinya.

Perempuan itu bersuara di sela-sela ciuman. “Ini kan yang kamu mau, Itachi??”

Itachi hanya berusaha memperdalam pagutan bibir mereka sebagai jawaban, semakin mengeksplorasi rongga Ino ketika perempuan itu mempersilahkannya masuk. Satu hal yang tidak dia perhitungkan, adalah bagaimana bibirnya merasakan perih dan mengalirnya darah segar akibat gigitan kuat Ino. “Argh!”

“Itachi?”

“Ya Ino?”

Make love to me.

Dan Itachi tahu kalimat itu bukan sebuah permintaan, melainkan perintah yang harus dia penuhi. Meskipun keduanya tahu bahwa salah satu dari mereka sedang berada di bawah pengaruh alkohol.

But to the hell with it. Once their lips are connected, and once Ino was there on top of him, there’s no way Itachi would make it stop.

Shikamaru melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya entah untuk yang ke berapa kali. Wisudawan diperkirakan akan keluar dari auditorium sebentar lagi, pengurus himpunan juga sudah berkumpul di pelataran auditorium untuk menyambut wisudawan, tapi pasukan yang membawa buket bunga belum datang juga. “Ini yang bawa buket lama banget sih?”

“Macet kali pak, jalanan kan rame banget tiap wisudaan gini.” ucap Chouji.

Naruto kemudian menimpali, “Kata Sakura sih udah deket nih, gue ke parkiran aja kali ya. Buket yang mereka bawa kan banyak.”

Shikamaru menyetujuinya. Naruto dan Kiba langsung bertolak dari pelataran auditorium untuk menjemput pasukan buket bunga.

Untung saja tepat sebelum wisudawan keluar dari auditorium, buket bunga sudah siap untuk diberikan. Sai dan tim PDD menyebar ke berbagai lokasi untuk mendokumentasikan prosesi wisuda dan berbagai kegiatan setelahnya. Sedangkan Sasuke sebagai pemimpin tim LO bertugas untuk menjemput wisudawan bersama pendampingnya dan menggiring mereka untuk menuju spot departemen Hubungan Internasional dimana sudah terpasang backdrop untuk foto-foto dan perayaan lanjutan.

Sasuke menemukan Itachi dan beberapa wisudawan serta wisudawati HI yang dia kenali, kemudian langsung menghampiri mereka, “Koh Isaac!”

“Eh, adek. Kamu LO yang jemput kita ya ini ceritanya? Rombongan orang tua siapa yang jemput?” tanya Itachi.

Sasuke mengangguk, “Iya. Si Karin sama Jugo yang jemput beliau-beliau.” lalu beralih ke wisudawan lainnya, “Ayo kakak-kakak langsung kumpul sama anak HI lainnya ya di luar.”

Izumi selaku salah satu wisudawati yang ada di situ mengacungkan jempol. “Lead the way, Sas.”

Sasuke berjalan di depan mereka bersama Itachi yang ada di sebelahnya sambil merangkul sebentar pundak si abang sebagai gesture memberikan selamat.

Wisudawan dan wisudawati disambut dengan riuhnya ucapan selamat dan pemberian hadiah yang bentuknya beragam.

“CONGRATSSS KAAAK!! Haduuuh kenapa sih pada lulusnya cepet amat?? Kalo gue kangen gimana??” pekik Naruto heboh yang ditujukan ke mereka-mereka yang sudah diwisuda.

“Lah?? Ya ga gimana-gimana, belum tentu mereka juga kangen sama lo!” kata Deidara, salah satu angkatan 2018 yang turut hadir dalam selebrasi kelulusan teman-teman seangkatannya.

“Yeuuu mending lo diem deh bang dan kerjakan skripsi lo yang mangkrak itu!”

Itachi dan Nagato terkekeh melihat dua pirang di depannya ini cekcok seperti biasa, sebuah pemandangan yang sangat jelas bakal keduanya rindukan.

Melihat bagaimana perayaan dan selebrasi kelulusan ini berjalan, siapa sih yang nggak ikutan bahagia? Hampir semuanya yang ada di sana menampilkan senyum lebarnya ketika bercengkrama sampai berfoto bersama.

Shikamaru dan Ino menghampiri Temari dan menyalami cewek yang kini namanya sudah resmi tersemat gelar sarjana Hubungan Internasional. Ino menghambur ke pelukan cewek itu, “Congrats Kak Tem! Selamat dan semangat buat memasuki dunia yang sebenarnya!”

“Aih makasih cantik! Aduh, jangan bilang gitu dong. Gue jadi takut makin tambah dewasa nih ahaha.” kata Temari membuat orang-orang di sekitarnya jadi tergelak.

Shikamaru mengulurkan tangannya untuk menjabat Temari. “Selamat Teh, jangan lupa sama Konoha ya.”

“Ckck lebay banget, ya nggak mungkin lah!” Temari berdecak dan nyengir saja, “Semangat buat lo Shik, gue expect September tahun depan lo udah bisa pake toga juga!“

“Sip haha aamiin. Eh katanya si Gaara mau ketemu Tenten tuh di sini.” ucap Shikamaru.

Temari mengedarkan pandangannya sampai harus membalikkan badannya untuk menemukan salah satu adiknya sedang ngobrol dengan cewek yang rambutnya dicepol dua itu. “Anjir bisa banget lo bikin Gaara kenalan sama cewek! Makasih loh!”

“Haha santaai.”

Sebuah pengumuman yang memberikan aba-aba kalau sesi foto bersama sejurusan Hubungan Internasional kini terdengar. Sai menjadi yang bertugas untuk mengarahkan mereka untuk segera menuju spot berfoto di depan backdrop.

“Bang Hidan geseran dikit ke kiri—itu Bang Yahiko nunduk dikit deh, Bang Sasori ga keliatan di belakang.” kata Sai memberikan arahan.

“Udaaah belooom?? Pegel nih guaaaa.”

“Ih geser dikit dah lu gue ga keliatan!”

“Udah pas nih, jangan gerak-gerak lagi ya!” Sai kemudian berlari untuk bergabung di salah satu spot kosong.

Dan dalam hitungan ke sepuluh, potret sukses diambil. Menampakkan mereka yang memakai toga, memakai jaket himpunan, juga mereka yang memakai baju bebas. Tak lupa dengan senyum bahagia yang berbagai pose, membuat potret-potret yang telah diambil menjadi semakin kelihatan heartwarming.

Selamat untuk wisudawan dan wisudawati periode 2022! A brighter future and journey are waiting for you. 🎓