lilymagicals

“Sorry about last time ya.”

Toneri sudah berada di depan gerbang keberangkatan karena sebentar lagi cowok itu akan melakukan check in dan segera masuk ke dalam pesawat yang sudah menunggunya. Siang itu, Hinata, Neji, dan Naruto ikut mengantar kepulangan cowok blasteran Inggris itu.

“Halaaah santai. Gue sangat mengapresiasi itu kok.” kata Naruto sambil nyengir lebar dan melanjutkan, “Justru gue yang minta maaf. Karena yaa… preferensi gue masih cewek.”

Toneri mengangguk saja, namun di dalam hati ada rasa penyesalan karena dia nggak bisa sekedar nongkrong dengan Naruto lagi dalam waktu dekat. Meskipun pada awalnya mereka berdua nggak akur dan saling mengejek, nyatanya toh mereka merasa bisa jadi teman baik kalau diberikan lebih banyak waktu dan kesempatan.

Seperti kata Hinata, Naruto itu punya daya tariknya sendiri sehingga bisa membuat banyak orang nyaman berteman dengannya.

Suara pengumuman yang menandakan kalau pesawat yang akan Toneri naiki sudah siap kini terdengar, mengimbau para penumpangnya agar segera masuk karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas.

“Toneri, take care yaa. Kalau udah landing, kabarin kita yaa!” Hinata memberikan pelukan selamat jaln untuk temannya. Kemudian Neji menyusul dan bilang, “Salam buat Om sama Tante ya.”

I’ll note that babes. Thank you ya kalian berdua sudah nemenin I selama di Konoha. Kalian bertiga kalau mau ke England, don’t forget untuk ngabarin I ya.” balas Toneri.

“Woy, lo gak mau peluk gue juga???”

Toneri memberikan seringaian untuk Naruto setelah mendengar cowok bersurai keemasan itu membuka lengannya lebar-lebar, mengundang Toneri untuk merasakan pelukannya. Jadi lah mereka dua berpelukan seperti yang Hinata dan Neji lakukan kepada Toneri tadi.

Sebelum melepasnya, Toneri berkata dengan cukup serius dan kalimatnya itu hanya bisa didengar oleh Naruto. “Take care of Hinata, kalau sampai I tahu dia menangis karena you, I’ll kick you balls.

Naruto belum pernah melihat Toneri seserius itu, karena biasanya cowok bule itu tengil setengah mampus. Naruto jadi menelan ludahnya susah payah, tapi kemudian membalas perkataan cowok itu dengan percaya diri, “Gak bakal! Gue ini selucu badut, yang ada Hinata capek ketawa kalo sama gue.”

“Good then.”

Setelahnya, ketiga orang yang mengantar toneri melambaikan tangan sampai sosok cowok itu benar-benar nggak terlihat lagi.

Ikatan rambut Shikamaru sudah mengendur, membuat beberapa anak rambut yang biasa terikat jadi jatuh ke dahinya. Begitu juga dengan Naruto, surai pirangnya mencuat-cuat dengan tidak beraturan. Jangan lewatkan bagaimana kuyunya kedua mata mereka pada sore itu, yang jelas, proses menyusun Laporan Pertanggung Jawaban adalah yang paling bertanggung jawab atas penampilan acak-acakan dan lemasnya mereka kali ini.

Sama seperti Sasuke, Neji, Sai, Chouji, dan kepala departemen HIMAHI lainnya yang sedang berkumpul bersama staff departemen masing-masing di tempat yang mereka pilih untuk menyusun LPJ—Shikamaru dan Naruto selaku sepasang ketua dan wakilnya, melakukan hal yang sama sejak pagi hingga sore di kontrakan yang biasa mereka jadikan basecamp.

Naruto sudah berkali-kali terdistraksi dan berakhir dengan rebahan sambil scroll tiktok di layar ponselnya selama proses pengetikan laporan tersebut. Dan pada akhirnya, dia menyerah. “Shik, udah dulu yuk.” kemudian cowok itu menekan shortcut CTRL+S untuk menyimpan file laporan yang belum selesai disusun itu.

Shikamaru yang semula sibuk sendiri dengan laporan bagiannya berpikir bahwa ada baiknya mereka istirahat. Namun sebelum itu, Shikamaru yang lumayan perfeksionis berkata, “Mana sini gue cek dulu bagian lo.”

Beliau ini memang malas dan mageran, tapi bukan menjadi masalah besar buat Shikamaru kalau sudah dituntut untuk menjadi profesional, teliti, dan pintar mengatur waktu.

“Masih banyak typo-nya nih, ntar dibenerin ya. Isinya udah oke, tapi analisis nya tulis yang lebih detail coba. Kayaknya bagian kendala proker ada banyak deh, gue simpen catetannya kok.” Shikamaru menjelaskannya secara rinci, sedangkan Naruto menganggukan kepalanya saja. Kemudian Shikamaru menyerahkan kembali laptop Naruto setelah berkutat selama beberapa menit pada layarnya. “Abis ini kita cari makan. Sisanya dilanjut besok.”

Naruto menghela nafasnya lega karena pada akhirnya sesi tempur mereka hari ini selesai juga. “ANJING AKHIRNYAAAAA.”

Untuk me-recharge kembali energi mereka, keduanya memang sengaja datang ke restoran terdekat alih-alih memesan makanan secara online. Shikamaru bilang setelah ini dia akan bertolak ke apartemen Ino terlebih dahulu sebelum kembali menyusun laporan. Karena tadi Naruto nebeng mobil Shikamaru, maka mau nggak mau dia ikut saja.

Sesampainya di depan pintu apartemen Ino, Shikamaru langsung menekan tombol dengan angka-angka sandinya dan hal itu mengundang pertanyaan julid Naruto. “Buset! Udah tau aja password apartemen nya, jangan-jangan kalian udah kumpul kebo ye??”

“Pala lo.”

Shikamaru melenggang santai saja sedangkan Naruto yang mengekorinya dari belakang. Kemudian keduanya menemukan Ino yang ternyata sedang bersama Hinata sedang melakukan hal yang sama seperti Shikamaru dan Naruto beberapa saat lalu.

Kondisi kedua cewek itu pun nggak berbeda dengan mereka. Naruto sempat shock karena sebelumnya, dia nggak pernah mendapati Ino dan Hinata seberantakan ini. Cowok itu sampai harus diam-diam menjepret foto kedua cewek itu, yang nantinya bakal Naruto buat untuk sticker meme wahatsapp. Karena asli deh, kedua cewek itu sekarang kelihatan seperti gembel.

Rambut pirang Ino dicepol asal-asalan, dan rambut Hinata yang biasa tertata lurus rapi, sekarang bentukannya sudah seperti rambut singa.

Bahkan waktu Shikamaru dan Naruto datang pun, dua cewek itu belum juga menyadari saking fokusnya pada layar laptop masing-masing dengan jemari tangan yang sibuk bergerak dengan cepat di atas keyboard. Shikamaru sampai harus mengetuk-ngetuk meja untuk mencuri atensi mereka. Setelah itu, Ino dan Hinata akhirnya menoleh juga.

“Coba kalian berdua ngaca dah, udah kaya zombie.” kata Shikamaru.

“Kaya gembel juga, Pak.” imbuh Naruto.

Dengan tenaga yang tersisa, Hinata merapikan sebentar rambutnya dan area sekitarnya yang dikelilingi oleh sampah-sampah bekas bungkus snack yang berserakan. “Aduhh maaf berantakan yaaa.”

Naruto buru-buru menghentikan apa yang sedang Hinata lakukan karena cowok itu merasa prihatin saja, sudah capek, masih harus beberes pula. “Udah-udah! Sini biar gue yang beresin, lo makan dulu aja sana Hinata. Belom makan kan??”

“Wah iya belum makan, nggak kerasa.” Hinata meringis sebab dia nggak bisa bohong kalau perutnya sudah mulai keroncongan.

“Yaudah sana! Itu gue sama Pak Kahim bawain kalian makanan!”

Hinata beranjak untuk mengambil bungkusan makanan yang Shikamaru bawa. Sedangkan Ino sang tuan rumah, masih belum juga menghiaraukan sekitarnya.

“Ino, gue nggak ada tenaga buat geret lo kesini. So get up and eat, now.” kalimat Shikamaru bukanlah sebuah permintaan, namun perintah.

Tapi bukan Ino namanya kalau cewek itu nggak membantah. “Ntar, nanggung.” Katanya singkat.

“Gue emang gak ada tenaga buat geret lo, tapi kalau buat telfon Om Inoichi masih bisa lah.”

“ARGHHH MALES BAWA-BAWA PAPI.”

Ino yang semula sama sekali nggak bersuara langsung mengeluarkan suaranya yang menggelegar. Hal itu membuat Naruto dan Hinata geleng-geleng kepala. Setelah itu, cewek bersurai pirang itu ikut bergabung dengan Hinata untuk makan.

Naruto melihat kedua cewek itu makan dengan lahap, ada rasa yang menggelitik perutnya ketika melihat cara makan Hinata yang berkecepatan tinggi. Sebab biasanya cewek itu makan pelan-pelan, anggun, dan elegan. “Pelan-pelan Hin, entar keselek.”

“Hehe.”

Shikamaru kembali memindai bagaimana berantakannya kondisi apartemen Ino saat ini, “Kalian berdua kalo ngerjain LPJ yang biasa aja lah. Jangan diforsir, kita masih punya banyak waktu.”

“Biar sekalian selesai hari ini kalo bisa. Abis itu bisa rebahan!” Ino yang merasa kurang setuju kemudian bilang masih sambil mengunyah makanannya.

“LPJ kelar sih kelar, abis itu ntar kalian tipes.”

“Anjir jangan sampe, Pak!” celetuk Naruto sambil meringis.

“Makanya. Ngerjain sewajarnya aja. Kalian semua nih tanggung jawab gue. Gue gamau kalian sampe sakit cuma karena LPJ doang.”

Hinata mengangguk saja pertanda mengerti tentang kekhawatiran ketua himpunannya. Di sisi lain, Ino menatap ke arah Shikamaru, tatapannya kelihatan lelah, namun yang membuat Ino terlihat lucu menurut Shikamaru adalah mulutnya yang masih belum berhenti mengunyah.

“Telen dulu Ino.”

“Lo ngomong begitu juga terapin ke diri sendiri, awas aja!” cewek itu mengangkat telapak tangannya yang sekarang sudah membentuk sebuah bogem yang dia arahkan ke Shikamaru setelah berhasil menelan kunyahannya.

Naruto menepuk dadanya sendiri sebagai gesture kalau Ino bisa percayakan Shikamaru ke cowok itu. “Tenang aja Incess, Pak Kahim bakal aman selama ada gue!”

Setelah Ino dan Hinata selesai makan, Shikamaru pamit karena masih ada beberapa hal yang harus dia lakukan. Sebelumnya, dia memberikan Naruto sebuah opsi. “Lo mau ikut gue apa di sini aja??”

“Emang lo mau kemana pak?”

“Ke kosan gue nengok Chouji, kos Sakura dia lagi sama Tenten, abis itu kos Lee sama Shino, terakhir ke apart Neji. Nengok aja, siapa tau butuh sesuatu. Kalo Sai sama Sasuke barusan ngabarin katanya udah aman sih mereka.”

Naruto sadar bahwa Shikamaru punya perhatian yang amat tinggi terhadap rekan-rekannya. Pada saat itu juga, Naruto dibuat kagum olehnya. Karena nggak ada yang bisa lakukan selain memberikan dukungan buat inisiatif Shikamaru, Naruto dengan senang hati mengikuti kemana ketuanya hari ini akan pergi.

“Gue ikut lo, Pak. Jangan sendirian, gue juga mau bantu.”

Dan Shikamaru tersenyum simpul. “Ke bakery dulu ya, beli roti buat amunisi mereka.”

“MELUNCUUUUR.”

Sekarang Naruto beserta teman-temannya duduk melingkar sambil menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Kushina dan Minato.

Sebelumnya Pak Kakashi tiba-tiba datang entah dari mana, ya nggak kaget juga sih mengingat Pak Kakashi juga tinggal di komplek yang sama dengan kontrakan Naruto dan kawan-kawan. Jadi lah beliau sekalian ikut perayaan tersebut karena Pak Kakashi juga kenal dengan kedua orang tua Naruto.

Di tengah-tengah agenda makan, Naruto bilang ke Bundanya. “Bun, bunda nggak mau sekalian spill nih? Temen-temen adek udah pada excited tau!”

Teman-teman yang Naruto sebutkan itu sontak menghentikan kunyahan mereka. Shikamaru sebagai ketua himpunan jadi nggak enak sendiri karena kesannya seakan-akan mereka ini kepo dengan urusan keluarga Wijaya.

Tapi di sisi lain, Kushina malah kelihatan bingung. “Spill apa dek maksudnya??”

“Bun, adek bakal punya adek baru kan?? Bunda lagi hamil kan?”

“Uhuk!”

Kushina terbatuk dan Minato yang ada di sebelahnya langsung menyerahkan segelas air putih untuk Kushina minum. Heningnya ruangan tersebut nggak boleh dilewatkan, dan suasana tiba-tiba jadi canggung.

Namun hening dan kecanggungan tersebut langsung hilang waktu suara Kushina yang menggelegar tiba-tiba terdengar.

“ADEK YA ALLAH KALO NGOMONG YANG BENER DEK!” Kushina memberikan sebuah pukulan di bahu putranya.

“HAH GIMANA BUN??”

“YA ENGGAK LAH! Mana ada Bunda hamil lagi???!”

“Terus yang kemaren-‪kemaren apa bun?? Dari red velvet, martabak, rujak mangga muda?? Bukannya Bunda lagi ngidam???”

Kushina sudah siap mencak-mencak namun Minato menahan istrinya dan perlahan-lahan memberikan Naruto pengertian. “Adek… Bunda kamu kan emang doyan ngemil… Bukan lagi hamil.”

“Hah… Beneran, Bun??” Naruto bertanya sekali lagi, kali ini sambil menyelami kedua netra Bundanya untuk mencari sebuah kebohongan di dalamnya. Namun cowok itu nggak menemukan apapun.

“Beneran adek… Ngapain juga di umur segini bunda punya anak lagi!”

“HUAAA BUNDAAAAAA.” Naruto langsung menghambur ke pelukan Kushina sambil menangis. “Bundaaaa, adek udah khawatir banget Ya Allah bunda.”

“Eh eh kenapa kok malah nangis?!?!”

Pecahnya tangisan Naruto membuat Kushina dan Minato sedikit panik, sedangkan teman-teman yang menyaksikan jadi heran.

Lebay sih, tapi ya nggak apa-apa. Karena Lebay adalah nama tengah Naruto.

Namun tangisan Naruto itu bukan tanpa sebab. Naruto sering mendengar kalau proses melahirkan adalah sebuah perjuangan antara hidup dan mati. Sejak kecil, Naruto sudah amat tahu bagaimana perjuangan sang Bunda waktu sedang mengandung dirinya sampai ke tahap proses melahirkan.

Kalau mendengar cerita itu sekali lagi, Naruto semakin dibuat merasa bersalah karena telah membuat bunda nya merasakan sakit yang nggak akan bisa cowok itu rasakan—apalagi ketika melahirkan. Naruto nggak mau Bunda nya menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk sebagai wanita hamil, apalagi di usia beliau yang sudah nggak muda lagi.

“Bunda, adek gamau bunda ngerasain sakit lagi kaya waktu dulu Bunda mau lahirin adek. Proses melahirkan kan sakit ya Bun, adek takut Bunda kenapa-napa lagi…”

Mendengar apa yang baru saja Naruto katakan, Kushina jadi semakin mengeratkan pelukannya. Perempuan itu mengusap kepala dan punggung putranya dengan lembut. “Adek… Narendra, dengerin Bunda ya sayang… Sakit yang bunda rasain dulu itu nggak sebanding dengan kebahagiaan Bunda sekarang yang sudah punya anak sehat dan hebat kaya kamu. Rasa sakit itu adalah harga yang harus dibayar supaya Bunda bisa punya kamu di dunia ini. Dan Bunda nggak akan menukar kamu untuk apapun, untuk dunia sekalipun.”

Dan kalimat itu yang membuat nggak cuma Naruto yang menitikan air mata, tapi Minato dan beberapa teman-teman Naruto seperti Sakura, Hinata, Ino, dan Rock Lee juga sukses menumpahkan air mata mereka karena terharu.

“Bundaaaa huhu.” Naruto sekarang memperlihatkan wajahnya yang sembab, bahkan ingusnya hampir keluar. Di mata Kushina, Naruto yang kini genap berusia dua puluh satu di depannya ini masih sama dengan Naruto ketika Kushina pertama kali lihat terlahir di dunia. “Bunda… Makasih ya udah ngelahirin adek.”

Kushina mengusap air mata putranya, “Iya adek, terima kasih ya sudah terlahir jadi anak bunda. Thank you for being born.

“Ayah Bundaa, peluk dong hehe.”

Dan keluarga kecil itu saling menautkan ikatan mereka dengan sebuah pelukan yang diiringi tepukan tangan dari teman-teman HIMAHI dengan Sai yang nggak lupa mendokumentasikan momen tersebut.

Waktu Kushina melepaskan pelukannya dari Naruto dan Minato, perempuan itu menatap satu persatu teman-teman Naruto sambil menyeringai yang bikin mereka ngeri-ngeri sedep. “Adek, kamu kenapa mikir kalau Bunda lagi hamil?? Siapa yang bilang?”

“SAI BUN YANG BILANG!! OMELIN AJA DIA BUN!!” jawab Naruto bersemangat, karena ini saat nya dia balas dendam setelah berhari-hari dibuat overthinking oleh cowok berkulit pucat itu.

“Tante, ampun tante hehe.” Sai sudah siap-siap buat ngacir tapi dia berhasil ditangkap duluan oleh Kushina.

Tapi perempuan itu justru memberikan Sai sebuah pelukan dan usapan di punggungnya alih-alih mengomelinya. “HAHAHA. Lucu deh kamu nak Sai! Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ke tante ya! Makasih udah jagain Naruto selama di kontrakan.”

Sai mengangguk di dalam pelukan Kushina, karena meskipun beliau ini bukan Ibunya, tapi rasa kerinduan Sai terhadap Ibu kandungnya yang sudah pergi ke surga bisa terbalaskan dengan pelukan mendadak dari Tante Kushina. “Makasih ya tante.”

Acara kecil-‪kecilan itu berakhir dengan sesi foto bersama. Namun nggak sampai di situ, Bunda Kushina dan teman-teman Naruto lainnya lanjut bercengkerama, nggak ketinggalan sambil meledek si pemeran utamanya hari ini.

Naruto nggak pernah merasa sebahagia ini. Dia merasa nggak perlu meminta lebih kepada Tuhan kalau disekelilingnya sudah ada keluarga dan teman yang saling mengasihi.

Selamat ulang tahun, Narendra Utara Wijaya!

Sewaktu Naruto diberi tahu kalau Ayah dan Bunda nya bakal berkunjung ke kontrakan hari ini, jujur saja Naruto semakin dibuat nggak tenang. Biasanya kunjungan kedua orang tuanya ke kontrakan bakal dia nanti-nantikan, tapi kali ini ada yang Naruto rasakan akan berbeda dan dia harus menyiapkan diri buat menghadapi nya.

Karena di kepala Naruto, mungkin saja orang tuanya berkunjung ke kontrakan tempat dia tinggal dengan maksud dan tujuan untuk memberitahunya kalau Bunda Kushina sekarang sedang hamil, dan itu artinya Naruto akan segera punya adik.

Memang nih nyatanya narasi kalau dia bakal punya adek sudah melekat di otak Naruto selama berhari-hari sampai membuatnya overthinking dan bikin dia lupa sama hari juga tanggal.

“Naruto kamu nggak apa-apa?” Hinata bertanya karena merasa khawatir dengan kondisi Naruto karena dari tadi cowok itu bukan seperti Naruto yang Hinata kenal. Untung saja Hinata menemani Naruto ke bakery buat ambil kue, kalau nggak ya cowok itu bakal bengong terus sepanjang misi penjemputan kue.

“Gapapa kok Hin hehe.”

“Kalau ada masalah, cerita yaa.”

“Iyaaa makasih hehe.”

Waktu Naruto dan Hinata selesai menjemput kue red velvet pesanan Bunda Kushina yang juga beliau suruh untuk dibawakan ke kontrakan, cowok itu jadi super mager dan rasanya super berat buat pulang ke kontrakannya sendiri. Semata-mata karena belum siap menemui dan mendengarkan apa yang akan si Bunda katakan nanti.

Tapi mau mengulur waktu sampai selama apapun, Naruto akhirnya sampai juga di kontrakan. Dia terheran karena ada beberapa motor dan mobil yang Naruto kenali milik Shikamaru terparkir di sana—berjejer dengan mobil orang tuanya.

“Rame bener dah kaya lagi ada syukuran.” gumam cowok itu. Ketika dia membuka pagar, Naruto jadi sadar dan jadi tersenyum miris. “Lah iya kali ya emang ada syukuran? Syukuran kalo gue bakal punya adek lagi.”

Naruto semakin melangkah maju dengan Hinata yang mengikutinya dari belakang—dan kini jarak menuju pintu kontrakan sudah dekat, cowok itu bisa mendengar gelak tawa dari dalam sana.

“Assalamualaikum.” ucap Naruto memberi salam. Dan seketika semua orang yang sudah cowok itu perkirakan adalah orang tua dan teman-teman pengurus HIMAHI menoleh ke arahnya.

Naruto jadi pusat atensi pada saat itu juga. Sepasang netra birunya menjelajah ke seluruh penjuru ruangan dan nggak lama, pandangannya jatuh kepada tumpeng nasi kuning dan dekorasi bertuliskan “Happy Birthday Adek” lengkap beserta balon nya.

Tapi pikiran Naruto masih melayang entah kemana, masih sulit mencerna bahwa hari ini ternyata juga hari ulang tahun nya yang sempat dilupakan oleh diri sendiri.

Kushina menghampiri Naruto dan memberikan sedikit omelan untuk putranya. “Adeeeeek! Lama banget kamu datengnya, udah bunda tungguin juga! Ini temen-temen kamu juga pada nunggu kelamaan kan jadinya! Eh, halo Hinata!”

“Halo tante.” Hinata balik menyapa sambil tersenyum.

“Rada macet tadi bun.” Naruto menggaruk tengkuknya yang nggak terasa gatal, kemudian mengulurkan tangannya untuk menyerahkan sebuah bingkisan. “Nih Bun, red velvet pesenan bunda!”

Kushina menerima bingkisan tersebut dan menyalurkannya ke Sakura agar kue tersebut segera disiapkan untuk perayaan ulang tahun Naruto yang mana cowok itu masih kelihatan lemas.

Sehingga Minato yang menyadari hal itu jadi bertanya, “Adek kenapa lemes? Lagi sakit??”

“Hehe nggak kok Yah, gapapa.”

“Yaudah sini gabung sama teman-teman kamu. Biar langsung dimulai aja acaranya.”

“Ih tapi serius deh Yah. Adek gatau mau ada acara beginian!” protesnya yang hanya dibalas oleh Minato dengan seulas senyum.

Kemudian bergabunglah Naruto dengan teman-temannya. Mereka nggak melewatkan sesi-sesi meledek si wakil ketua himpunan yang sedang berulang tahun itu. Mau selemas apapun, Naruto masih punya cukup banyak energi untuk membalas ledekan mereka sehingga suasana jadi hidup dan dipenuhi gelak tawa.

Acara dibuka oleh Minato—sebagai Ayah Naruto, yang berterimakasih karena teman-teman dekat putranya sudah hadir di acara syukuran hari lahir Naruto. Dengan Minato sebagai pemimpin doa, Naruto dibanjiri ucapan selamat dan doa-doa baik untuknya dari teman-teman.

Naruto pun cengar-cengir dan pada akhirnya, dia bisa tersenyum lebar juga hari ini, melupakan sejenak overthinking nya.

“Makasih banyak guys! Aduh gue jadi malu masa hehe.” katanya.

Teman-temannya berdecak, karena nyatanya biasanya cowok itu sendiri yang urat malunya putus.

Kiba menimpali, “HALAAAAH biasanya juga lo yang malu-maluin!”

“Duh ADEK gimana sih, udah gede masih suka malu-maluin.” kalau yang barusan dari Ino, sejak cewek itu tahu kalau Naruto dipanggil adek oleh orang tuanya. Ino jadi nggak berhenti-berhenti memangil Naruto dengan panggilan yang sama.

“JANGAN SEBAR AIB GUE GITU DONG GUYYYYS ADA AYAH SAMA BUNDA GUE NIH!!”

“HAHAHAHAH.”

Kushina lantas menggiring Naruto ke depan kue ulang tahun untuk sesi tiup lilin. Tapi cowok itu heran, karena Naruto kira kue red velvet yang ada di depannya ini akan Bunda nya makan sendiri alih-alih jadi kue ulang tahunnya.

“Bun, kok red velvet nya di sini? Kirain mau Bunda makan.” tanya Naruto sebelum sesi tiup lilin dimulai.

“Lho ya ndak! Ini buat ulang tahun kamu, masa ndak sadar?? Bukannya adek suka red velvet??” Kushina malah balik bertanya dengan heboh.

Dan lewat interaksi tersebut membuat semua teman-teman HIMAHI langsung tahu Naruto mewarisi sifat hebohnya dari siapa.

“Ih nggak tuh bun?? Kalo kue mah adek lebih suka blackforest!”

“LHO TIAP HARI KAMU BILANG SUKA RED VELVET RED VELVET TERUS KOK!!”

Naruto jadi semakin mengernyitkan alisnya. “NGGAK AH BUN MANA ADAAA!”

“JANGAN BOHONG YA KAMU DEK!!”

Lho… kok malah jadi berdebat begini. Minato sih sudah pasrah saja di pojokan kalau istri dan anaknya sudah begini.

“Err, Tante Kushina…” Sasuke buka suara untuk menengahi, “Kayanya red velvet yang Naruto maksud tuh red velvet idol kpop deh tante…”

“Hah???” Kushina sih nggak ngerti ya kenapa juga idol kpop punya nama yang sama dengan kue jadi beliau cuma bisa hah hoh doang. “OH HAHA BEDA YA DEK???”

“YA ALLAH BUNDAAAAA. LAIN RED VELVET ITU MAH BUUUN.”

Nah melihat kejadian tersebut, Sakura sepakat buat menamai adegan tersebut sebagai momen ‘maybe we got lost in translation’ di antara sepasang ibu dan anak itu hehe.

“Hehe yaudah yuk, tiup lilin aja sekarang.” Ucap Minato.

Sesi tiup lilin dilakukan nggak lama setelah itu dan Naruto mengulas senyum selebar mungkin waktu pipinya dicium oleh Ayah Minato dan Bunda Kushina, serta ketika dia mendapat pelukan hangat dari teman-temannya.

Setelah Ino bersusah payah menyeret Shikamaru buat kembali ke venue, akhirnya Pak Kahim menyerah saja dan bersedia buat menyanyikan satu lagu di panggung.

“Anjir dah bener-bener. Mau nyanyi lagu apaan gue??” protesnya setelah membentuk lingkaran kecil dengan pengurus inti himpunan yang beberapa dari mereka akan bergabung dalam tim band yang bakal mengiringi Shikamaru nanti.

“Lagu lawas juga aje, kan ini retro-retro-an!” usul Naruto.

“Aduh anjir, jayus banget tiba-tiba gue nyanyi.”

“Shik, ayo stand by.” Sasuke mengisyaratkan kalau dia harus segera standby di backstage.

Nggak pakai lama, mereka sudah naik ke atas panggung. Sebelumnya Shikamaru sudah membisikkan ke tim nya sebuah judul lagi yang akan dia nyanyikan. Waktu Pak Kahim sudah siap bernyanyi, dia memberikan sepatah dua patah kata yaitu; “Duh jadi gaenak tiba-tiba nyanyi. Semoga kalian ga malu punya kahim kaya gue ya hehe.”

Jelas saja, pernyataan Shikamaru barusan langsung ditampik oleh semua audiens. Nggak ada yang namanya gagasan kalau mereka bakal malu punya ketua himpunan seperti Shikamaru. Buktinya ada pada gemuruh tepuk tangan yang menyambut nya sesaat musik mulai dimainkan.

Dan ternyata, bait-bait lagu yang Shikamaru bawakan sangat relatable buat kalian yang terjebak di posisi ketika menginginkan seseorang, tapi kalian nggak bisa mendapatkannya. Kurang lebih juga lagu ini relate dengan Shikamaru sendiri di beberapa potongan liriknya.

Judulnya adalahnya adalah Kala Cinta Menggoda dari Chrisye.

Sesuai dengan janji yang pernah Ino lontarkan waktu mereka masih kecil setelah Shikamaru memenangkan lomba menyanyi di komplek perumahan mereka dalam rangka merayakan hari jadi Konoha.

Waktu itu Ino kecil bilang, “Shika, kalau suatu saat lo nyanyi di panggung lagi, gue bakal ada di barisan paling depan buat nonton lo!”

Dan di sana lah Ino menepati janjinya. Tepat berada di depan Shikamaru dan cowok itu bisa melihat betapa berkilau nya sepasang manik sebiru langit kesukaannya. Momen itu Shikamaru gunakan untuk menyanyikan chorus dari lagu sambil menatap Ino dalam-dalam.

Maka Izinkan-lah aku mencintaimu Atau boleh kah aku sekedar sayang padamu? Maka Izinkan-lah aku mencintaimu Atau boleh kah aku sekedar sayang padamu?

Namun, tanpa memperhatikan lirik yang dinyanyikan cowok itu, Ino hanya terpaku dengan bagaimana bersinarnya Shikamaru. Shikamaru jelas menikmati berada di atas panggung. Dan semua orang pun setuju kalau Pak Kahim mereka ini benar-benar bersinar di atas sana.

Malam itu—dengan segenap aura yang dia pancarkan, Shikamaru resmi dinobatkan oleh mahasiwi HI Konoha sebagai kandidat teratas cowok kita bersama—otomatis membuat Sasuke dan Neji jadi turun peringkat yang semula menempati posisi dua teratas.

Naruto menenteng tas-tas belanja hasil mengitari seluruh sisi dan sudut mall tersebut dengan Hinata. Untung saja mall itu punya outlet khusus yang berisikan outfit-putfit dengan gaya retro jadi Naruto nggak perlu pusing, dia nggak membutuhkan waktu yang banyak buat menggesek kartu debit nya dan dua kantong belanja kini sudah ada di tangan.

Malahan tuh… Hinata punya kantong belanjaan yang lebih banyak padahal tadinya cewek itu sama sekali nggak berniat buat belanja. Yah namanya juga cewek, se-kalem apapun dia, kalau sudah berada di mall juga pasti bakal kalap.

“Aduh maaf ya Naruto, kamu jadi harus bawain kantong belanjaan aku. Padahal niatnya aku gamau belanja loh…” kata Hinata sambil meringis.

Sedangkan Naruto sih santai saja, dia lebih merasa bersyukur Hinata mau ikut menemaninya belanja. Dia nggak tahu bakal bagaimana kalau cewek itu nggak ikut. “Yaelaaah, santai! Segini doang mah ga berasa hehe.”

Sebenarnya Naruto dan Hinata sudah selesai dengan agenda shopping mereka, keduanya kini sedang duduk di salah satu tempat yang disediakan sambil makan eskrim. Tapi bukan Naruto kalau nggak berulah, dia nggak sengaja nyenggol tangan Hinata sehingga eskrim nya mengenai hidung cewek itu.

“HINATA MAAF.”

Naruto heboh. Hinata keki sendiri.

Sebab Naruto dengan refleks mengusap hidung Hinata dengan jempolnya supaya es krim nya hilang. Dan tahu apa yang bikin Hinata jadi melongo? Sisa eskrim yang sekarang ada di jempol Naruto itu dia jilat dengan santai.

“Err… Naruto.”

“Yaaa??”

“Aku pakai foundation loh.” kata cewek itu singkat, yang mana membuat Naruto menaikkan sebelah alisnya.

“Oh ya, terus-terus??”

“Mungkin es krim yang kamu jilat tadi udah kecampur sama foundation yg nempel di hidung aku.”

Naruto masih belum paham. “Hah??”

Foundation is not edible.

“HAHH??!?!” cowok itu panik seketika, “HINATA GUE GAK BAKAL MATI KAN???”

Tawa Hinata pecah setelahnya. Reaksi Naruto memang terlalu berlebihan, karena mau bagaimana-pun, orang nggak bakal mati kalau ngejilat es krim yang sudah ketempelan foundation… nggak tau kalau sakit perut. Tapi itulah yang selalu bikin cowok itu kelihatan menggemaskan.

“Coba kita pantau sampai besok ya Naruto, kalo kamu masih bisa bangun berarti aman.” seringaian di sudut bibir Hinata nggak membuat cowok itu merasa lega, namun memekik heboh. “HINATA ANJIR!! YANG BENER AJA LO!!”

“HAHAHA bercanda Naruto! Besok-besok kalau dikasih permen sama stranger jangan diterima ya!”

Waktu nggak terasa sampai es krim mereka sama-sama habis. Hinata ngecek ponselnya dan setelah itu dia bilang kalau dia harus segera pulang, karena ya sudah cukup malam. “Naruto, aku pamit yaa. Kamu pulang sendiri gapapa kan?”

“Lah?? Ayo gue anter aja!” tanya cowok itu balik sambil tersenyum lebar.

“Nggak usah, aku dijemput Toneri kok!”

Senyuman lebar Naruto itu kian memudar setelah mendengar nama si bulay disebutkan. Mau mendebatpun rasanya nggak enak, apalagi setelah Hinata bilang kalau si bulay sudah on the way dalam misi penjemputan cewek itu.

“Oh yaudah, gue temenin lo di lobby sampe si bulay dateng kalo gitu.”

“Makasih Naruto!”

Gemerlap cahaya lampu adalah salah satu highlight dari acara malam ini, IR Retro Night di mana highlight utama dari acara itu sendiri adalah mahasiswa HI Konoha yang hadir dengan mengenakan pakaian retro sesuai dengan dresscode yang di tentukan. Sebenarnya nggak cuma mahasiswa sih, jajaran dosen dan staff departemen HI juga turut hadir meramaikan acara pada malam itu.

Acara sudah dibuka sejak tadi dengan agenda potong kue oleh ketua himpunan karena kebetulan, IR Retro Night ini selain puncak acara dari IR Sport Week, adalah acara simbolis untuk merayakan hari jadi HIMAHI yang bertepatan di bulan yang sama.

“Pada cantik-cantik sama ganteng-ganteng banget dah!” sepasang netra Naruto menjelajahi sekitar, dan sejauh mata memandang, dia bisa melihat para hadirin dengan senyum yang terpatri di bibir.

“Gandengan lo malem ini siapa, Nar?” tanya seseorang di sebelah bocah oren itu.

Naruto menjawab dengan santai namun miris, “Sai hehe.” jelas miris karena sudah jelas gandengan resmi Sai adalah Hanabi. Tapi ya kalau kata Sai sih, gandengan kan gak harus satu, dua atau lebih juga nggak apa-apa.

“Pffft. Padahal lo orang yang paling ngeribetin soal masalah gandengan.”

“Apa itu gandengan?? Udah kaya truk aja gandeng-gandengan!!” katanya sewot, namun sedetik kemudian Naruto bertanya ke lawan bicara. “Mana si Incess??” seolah-olah secara otomatis tahu kalau gandengan lawan bicaranya ini nggak lain dan nggak bukan adalah Ino.

Ya siapa lagi kalau bukan Shikamaru yang sekarang jadi lawan bicara Naruto. “Tadi mah lagi ngobrol sama Deidara.” jawabnya singkat.

Tak berbeda dengan Naruto, Shikamaru juga melihat satu-persatu sisi dan sudut rooftop venue retro night dan merasakan suatu hal yang membuatnya merasa berbesar hati karena semua hadirin kelihatan menikmati acara tersebut.

Shikamaru bisa melihat beberapa mahasiswa baru yang berkumpul di satu titik yang dia bisa tebak karena merasa masih canggung untuk bergabung dengan kakak tingkat mereka, sangat kontras dengan bagaimana mahasiswa angkatan tua yang kelihatan nggak punya malu dan daritadi sudah nyomotin snack yang tersedia seperti manusia-manusia kekurangan gizi.

Dan satu hal yang paling membuat perasaan Shikamaru kian membuncah adalah ketika dia melihat rekan-rekan nya di himpunannya satu persatu.

Dari tempat Shikamaru berpijak, dia bisa melihat Ino yang ternyata kini sidah terlibat dalam perdebatan sengit dengan Kiba dan Sai sebagai PDD abadi, mendokumentasikannya. Biasanya sih kalau sudah begitu artinya cewek itu sedang jadi bahan roasting kedua cowok itu. Kemudian ada Chouji yang sepertinya mengikuti jejak mahasiswa tua sebagai snack hunter. Shino yang tengah menggendong Mirai dan Hinata yang mencoba buat bermain dengan putri kecil si dosen. Sakura dan Sasuke yang entah sedang berbicara apa. Ada juga Lee, Neji, dan Tenten yang masih berusaha kelihatan nggak lelah meladeni Pak Guy.

Entah kenapa, waktu melihat mereka, Shikamaru merasa seperti seorang ayah yang melihat anak-anaknya. Karena bagaimanapun, salah satu tugas Shikamaru sebagai ketua himpunan adalah bertanggung jawab atas anggota-anggotanya. Mereka yang selama ini sudah menjadi pilar yang menopangnya agar selalu kokoh. Meekipun nggak sebetapa, Shikamaru berharap keringat, air mata, dan keluh kesah mereka akan terbayarkan dengan layak.

Pokoknya rasa itu nggak bisa dideskripsikan deh.

Naruto menyenggol lengan Shikamaru, untuk meminta atensi darinya. “Pak, udah sampai sejauh ini kita Pak.” kemudian dia merangkul lengan ketuanya.

Shikamaru tersenyum simpul, “Mau bilang nggak kerasa kalau waktu berjalan dengan cepat, tapi nyatanya nggak gitu juga. Karena nggak bisa cuma dihitung pake jari seberapa banyak kita sudah terseok-seok selama jadi pengurus inti HIMAHI.”

“Hmm. Tapi kaga kerasa yakan? Meskipun terseok-seok, kaga kerasa bentar lagi kita bakal mubes akhir masa jabatan. Padahal dulu gue masih inget banget pas calonin diri jadi kahim lawan lo sama Sasuke, Pak.” sang wakil ketua himpunan terkekeh, sekelibat ingatan masa lalu menghampirinya.

Shikamaru dan Naruto bernostalgia bersama.

“Ck. Bener juga, kenapa jadi gue yang kepilih jadi kahim ya??”

“Duh. Gue malah males banget pak bayangin kahim HIMAHI selain lo!”

Kesempatan nostalgia singkat keduanya terpaksa diinterupsi dengan suara Sasuke dari mikrofon, menandakan dirinya sebagai Master of Ceremony yang akan segera memulai sesi hiburan pentas seni. Sasuke meminta semua hadirin untuk merapat ke arah panggung, membuat para beberapa hadirin turut berdiri di samping gandengannya masing-masing (bagi yang punya).

Setelah beberapa penampilan seperti stand up comedy, dance, dan drama singkat. Sasuke naik lagi ke atas panggung untuk mengumumkan performance selanjutnya. “Wah, habis ini kita bakal masuk ke beberapa band performances nih. Kalian bakal kaget sih siapa yang mau tampil setelah ini.”

Tentunya perkataan Sasuke barusan langsung membuat para hadirin jadi penasaran.

“Bener banget Kak Sasuke! Kita spill sekarang kali ya?” timpal Hanabi yang kebetulan adalah rekan MC Sasuke pada malam itu.

“Yaudah, daripada keburu basi. Please welcome, SQUAD DOSEN!”

Suara gemuruh dan sorakan mengiringi para bapack-bapack dosen yang naik ke atas panggung. Nggak satupun dari mereka bakal expect kalau dosen-dosen sudah menyiapkan penampilan khusus merek.

“Anjirt?!?! Pak Kakashi vokalisnya?? Beliau kalo nyanyi masker nya dibuka ga ya??” Ino bertanya heboh waktu Kakashi berdiri di depan stand mic utama.

Sakura menimpali. “Tanya Naruto coba! Dia sama Sasuke pernah karaokean sama beliau!!”

“HAHAHA NGGAK DIBUKA ANJIR.”

Hmmm. Penonton kecewa.

“Mic test. Satu dua tiga.” suara Pak Kakashi terdengar, kali ini disambut antusias mengetahui beliau ini bakal menyanyi karena biasanya mahasiswa sih bakal ngantuk di kelas beliau ya karena mendengar suara Pak Kakashi waktu mengajar itu rasanya seperti dinyanyikan nina bobo. “Ndak apa-apa ya kalau dosen nyanyi? He he he.”

“NGGAK APA-APA PAAAAK.” seru para hadirin.

“Terserah aja bapak-bapak mau ngapain, asal jangan ghosting skripsi kami, Pak!” kata Naruto berteriak.

“Hee Naruto, kamu ngerjain skripsi saja belum tapi sudah bilang begitu!” balas Pak Iruka sang keyboardist. Seluruh hadirin ikut tertawa, karena lucu saja melihat Naruto di-ulti di depan banyak audiens.

Pak Kakashi bilang lagi sebelum benar-benar memulai penampilan. “Buat kalian. Bikin review penampilan band squad dosen sebanyak 1000 kata. Deadline nya hari senin besok ya he he he.”

Memang nih, dosen memang banyak mau, ya. Tapi tenang saja, yang barusan itu cuma bercanda.

“Selamat menikmati. How Deep is Your Love by Bee Gees, persembahan Squad Dosen.”

I know your eyes in the morning sun I feel you touch me in the pouring rain And the moment that you wander far from me I wanna feel you in my arms again

Dan tak disangka-sangka, ternyata bukan Pak Kakashi saja yang unjuk kebolehan. Pak Asuma, Pak Iruka, dan Pak Guy beserta Mas Yamato menggabungkan vokal mereka dan berharmonisasi untuk menyanyikan lirik berikutnya. Bagaimana dengan respon para mahasiswa? jelas mleyot seketika.

And you come to me on a summer breeze Keep me warm in your love, then you softly leave And it's me you need to show How deep is your love

How deep is your love, how deep is your love I really mean to learn 'Cause we're living in a world of fools Breaking us down when they all should let us be We belong to you and me

Meskipun didominasi oleh Gen-Z, gini-gini mereka juga nggak kudet soal lagu-lagu lawas, nyatanya lantunan tembang lawas yang Squad Dosen bawakan berhasil membuat para hadirin bersenandung dan ikut menyanyikan liriknya.

Anak muda, ini lah saatnya meromantisasi kehidupan kalian dan imajinasikan kalau kalian adalah pemeran utamanya.

Tapi kalau buat Sasuke sih, pemeran utama dan pusat dunianya pada saat ini adalah Sakura. Hehe.

Berdiri di sebelah panggung yang membuatnya harus terpisah dengan Sakura karena dia harus stand by sebagai MC, Sasuke memandangi kekasihnya yang ikut larut dalam ambience dari penampilan band squad dosen.

Sama seperti judul lagu yang dilantunkan, Sasuke jadi ikut bertanya-tanya di dalam benak. “Sakura, how deep is your love?

Selesai dengan lagu tersebut, Squad Dosen turun panggung disertai riuh tepuk tangan dari para hadirin. Selanjutnya, Karin yang digadang-gadang sebagai biduan HI 2019 naik ke panggung ditemani dengan Shino untuk Keyboard, C yang mengalungi Saxophone, Naruto siap membetot bass, Kiba dan gitarnya, serta Juugo dengan seperangkat drum nya yang siap digebuk.

Karin dan kawan-kawan akan membawa hadirin kembali ikut bersenandung dengan lagu yang berjudul C.H.R.I.S.Y.E—lagu anak jaman now banget karena banyak yang relate.

Para hadirin benar-benar seperti dibawa naik roller coaster, deh. Karena setelah itu, penampilan musikalisasi puisi Neji sukses membuat banyak dari para hadirin banjir air mata, ada juga yang hanya tergelak miris. Mereka nggak berhenti dibuat terkesima karena puisi Neji itu… sangat menyentuh. Di dalam nya ada pesan-pesan untuk mereka yang harus meninggalkan masa muda, ditampar irono dan realita karena harus menjadi dewasa terlalu cepat, kemudian ada bait-bait tentang ketakutan untuk bertambah dewasa—karena apa yang ada di depan mereka, masih semu, membuat mereka berdiri di ambang ketidakpastian.

Rasanya mereka nggak mau malam itu berakhir. Kalu bisa sih, mereka mau waktu supaya bisa dihentikan sebelum benar-benar back to reality.

Tapi tenang saja, untuk malam ini masih banyak penampilan yang menunggu mereka karena, kok. Karena malam masih panjang! Masih ada sesi DJ yang menanti mereka di penghujung acara, untuk mempersilahkan mereka menari sepuasnya seperti nggak ada hari esok.

Selain menghindari squad dosen dalam pertandingan, sebetulnya Shikamaru cs juga sangat ingin menghindari tim angkatan 2018 di lapangan, terutama pada pertandingan futsal.

Bukan berarti mereka ini nggak punya nyali. Tapi biasanya pertandingan di mana kedua tim tersebut jadi lawan satu sama lain, perkara baru bakal muncul, namun ajaibnya perkara itu bisa langsung terlupakan di keesokan harinya. Kata Shikamaru sih ‘ego mereka bakal keliatan pas udah di lapangan.’

Ternyata betul, pertandingan futsal kali ini adalah ajang adu ego. Mereka adalah kawan di mana saja, namun tidak dengan di lapangan.

Itachi pada hari itu hadir sebagai wasit dari awal pertandingan sampai sekarang yaitu pertandingan final tim futsal putra dari departemen HI angkatan 2019 dan 2018. Itachi memberi aba-aba agar kedua tim saling berjabat tangan sebelum pertandingan resmi dimulai.

Setelah itu pertandingan dimulai ketika peluit sang wasit dibunyikan. Suara dari para supporter yang terpisah menjadi dua kubu terdengar mendominasi area lapangan. Namun hal tersebut nggak membuat fokus kedua tim jaid buyar, mereka tetap fokus seperti jiwanya tiba-tiba kerasukan CR7 atau Son Heungmin.

Servis pertama dilakukan oleh tim 2019. Bola kini berada di bawah kendali Sasuke yang sedang membendung serangan lawan sebelum tim lawan sampai di area bermain timnya. Kemudian dia mengoper bola ke sisi kanan lapangan, namun sialnya bola itu nggak berhasil sampai di bawah kendali rekan timnya. Hal itu membuat Sasuke mendesis.

Kendali pada bola sudah ada pada tim 2018.

Biasanya Shikamaru bukan tipe anchor atau pemain bertahan yang offensive, namun saat ini dia dihadapkan dengan Hidan—kakak tingkat yang entah kenapa selalu jadi lawan by one nya di pertandingan futsal. Shikamaru dengan gesit bergerak untuk menghalangi Hidan supaya nggak maju mendekati gawangnya.

Hidan nggak menunjukan tanda-tanda kalau dia akan maju melewati Shikamaru, karena posisinya sekarang benar-benar sedang dihadang. Shikamaru menyeringai, dan raut Hidan super asem.

Sebenarnya bukan tanpa alasan kenapa mereka berdua punya perkara di lapangan. Ada dua alasan yang membuat Shikamaru super jengah dengan katingnya yang satu ini. Pertama, Hidan adalah salah satu dari sekian banyak cowok yang berusaha deketin Ino, tapi Hidan jadi satu-satunya cowok yang bikin Shikamaru turun tangan sendiri secara langsung supaya Ino nggak kepincut dengan si Hidan ini. Ibarat buaya yang ada di rawa-rawa, nah si Hidan ini adalah ketua paguyubannya, alias fakboi.

Kedua. Shikamaru dan Hidan pernah terlibat dalam satu group project dalam mata kuliah tempat Hidan mengulang. Namun namanya juga kating, mereka kadang bertingkah seenaknya ya. Nggak terkecuali Hidan, dia ghosting Shikamaru dan tugas kelompoknya. Karena Shikamaru mager buat mengkonfrontasi Hidan, makanya dia kerjakan sendiri tugas kelompok itu dan menghapus nama Hidan dari daftar kelompok tanpa ragu.

Jadi lah masalah mereka selalu dibawa ke lapangan, padahal dalam kehidupan sehari-hari, mereka akur-akur saja bahkan sering nongkrong bareng di banyak kesempatan.

Shikamaru berhasil merebut bola yang selama ini dipertahankan oleh Hidan, dan katingnya itu mengumpat dengan keras ke arah Shikamaru. “Woy kahim anjing!!” yang mana nggak cowok itu pedulikan dan memilih buat melanjutkan pertandingan.

Kali ini Shikamaru cukup berambisi buat membawa kemenangan untuk angkatannya. Dibantu dengan kinerja tim yang nggak kaleng-kaleng, maka kemanangan jatuh di tangan angkatan 2019 meskipun harus melewatkan serangkaian pertandingan yang cukup brutal ya bunda.

Dari sikut-sikutan, sliding-slidingan, saling mengumpat satu sama lain. Ngak apa-apa, toh pada akhirnya apa yang terjadi di lapangan, akan tetap stay saja di lapangan.

Serangkaian event IR Sport Week akhirnya berakhir pada sore itu. Semua mahasiswa HI yang hadir di sana melakukan selebrasi di lapangan atas kesuksesan event tersebut yang disertai dengan drama-drana lebay namun tanpa cidera fatal.

Selanjutnya, HIMAHI akan mempertemukan mereka semua di event closing party dan ajang pentas seni yang akan dilaksanakan pada minggu depan. Dan setelah itu, seluruh rangkaian program kerja besar kabinet kepengurusan Shikamaru akan resmi berakhir.

Shikamaru mengikat tali sepatunya sekali lagi sebelum benar-benar terjun ke lapangan tanding. Di lapangan, sudah ada Naruto, Kiba, Juugo, Neji, dan C yang sudah menunggunya siap bertanding di babak final melawan tim dosen diketuai oleh Pak Guy.

Angkatan 2019 yang lolos ke babak final pertandingan voli memang cuma tim putranya saja. Tip putri sudah kalah di babak putaran semi final setelah melawan tim putri angkatan 2018. Nggak apa-apa, namanya juga cuma buat seru-seruan.

“Guyyyyys. Kolor kalian jangan lupa talinya diiket juga, entar melorot kaya si Kiba tadi!” Ino berseru lewat mikrofon sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru lapangan, membuat gelak tawa dari mereka yang ada di sana lantas terdengar.

Kiba yang namanya disebut-sebut jadi tengsin sendiri. “Anjing, bisa nama gue gausah desbut ga?!??”

“Nanti tak belikan kolor yg bagus kalo kalian menang xixixixi,,,,” Pak Kakashi menimpali dari sebrang sambil mengacungkan jempol.

“Kalo kita yang menang, kita minta apa nih pak ke anak-anak?” Mas Yamato balik bertanya sambil mesem-mesem karena melihat lima mahasiswa di sebrangnya sedang ketar-ketir.

“Saya cukup minta mereka submit judul dan outline skripsi saja ke KTA he he he.” kata Pak Iruka, menunjuk para mahasiswa angkatan 2019 terutama bagi mereka yang belum setor judul skripsi seperti Naruto dan Kiba.

Bukan Pak Guy namanya kalau belum ngomporin dengan celotehan tentang semangat mudanya. “AYO ANAK-ANAK. BUKTIKAN MASA MUDA KALIAN YANG SEDANG BERMEKARAN LEWAT SKRIPSI KALIAN!!!”

Hal itu langsung mendundang berbagai seruan protes yang nggak benar-benar bentuk protes dari mahasiswa angkatan 2019 dan mahasiswa angkatan tua yang merasa relate seperti Yahiko dan kawan-kawan. “Yaaaah santai aja pak, jatah kita masih sampe semester 14.”

“Jangan bosen-bosen sama kita ya pak!”

Sedangkan dosen-dosen cuma bisa geleng-geleng kepala saja mendengarnya.

Setelah itu pertandingan dimulai.

Pak Guy memukul bola voli untuk servis sebagai tanda dimulainya pertandingan. Bola itu mengarah ke Naruto, dengan kecepatan tinggi, tapi Naruto malah menghindarinya seperti cacing kepanasan sehingga belum apa-apa tim dosen sudah mencetak skor pertama mereka.

“Woy! Lu ngapain malah ngehidar njir!” Kiba berseru sambil terheran-heran.

Naruto cuma bisa mengucapkan alibinya. “SEREM BANGET WEH PUKULAN PAK GUY. NGERI JUGA KALO KENA.”

Shikamaru merotasikan bola matanya, Neji dan Juugo geleng-geleng kepala, sedangkan C sang ketua angkatan nyengir saja.

“Yang bener ah mainnya!”

Baru setelah Naruto diberi wangsit oleh Neji, dia berubah menjadi serius dan nggak lagi haha-hihi.

“Aduh, ini medis punya salonpas ga ya? Nanti saya minta yo.” Pak Asuma bilang sambil meringis di tengah-tengah pertandingan.

Ternyata nggak cuma dosen-dosen saja yang jompo. Sepertinya semua pemain juga sudah mulai pegel-pegel, kecuali Pak Guy tentu saja.

Dari awal pertandingan sampai sekarang, kedua tim saling kejar-‪kejaran skor. Keringat mengalir di seluruh badan, baik tim 2019 maupun tim dosen. Pertandingan kali ini terasa dua kali lebih melelahkan, ditambah dengan sorak soraindari para penonton yang semakin membangkitkan adrenalin.

Ketika suara peluit terdengar sangat panjang setelah dalah satu tim berhasil mencetak score mereka, pertandingan resmi berakhir.

Kemenangan diraih oleh tim angkatan 2019 setelah banting tulang sampai terseok-seok. Namun hasilnya memuaskan juga, karena setelah sekian lama, baru kali ini mereka bisa menang lawan tim dosen putra.

“Pak Kakashi! Jangan lupa hadiah kolor barunya!”

Anak-anak angkatan 2019 lain langsung bergabung di tengah lapangan dan membentuk sebuah lingkaran sambil rangkulan. Mereka menyanyikan chant atas kemenangan yang telah diraih, ada juga yang sengaja mengangkat selang air yang sudah dinyalakan supaya selebrasi lebih meriah. Akibatnya, malam itu mereka basah-basahan sambil diselimuti kemenangan.

“Shikamaru! Dor!”

Ino muncul dari belakang Shikamaru yang sedang duduk di stool Starbucks sambil nyedot kopinya dari sedotan. Namun nggak sesuai dengan ekspektasi Ino, Shikamaru sama sekali nggak kaget. “Aaa kaget banget.” kata cowok itu loyo, seperti biasa.

“Ah gak seru lo!”

“Gak pro banget kalo lo mau ngeprank gue.” Cowok itu bangkit dari duduknya dan langsung merangkul Ino di bahu, kemudian memberikan kecupan singkat di pelipisnya.

Ino manyun saja, tapi nggak apa-apa, kecupan yang diberikan Shikamaru tadi cukup sebagai kompensasi dari cowok itu yang nggak mau play along dengan siasat liciknya tadi. “Yaudah yuk langsung aja cari sepatu lo!”

“Bentar—lo ganti parfum??” Shikamaru mengendus-enduskan hidungnya di sekitar tubuh Ino.

“H-hah?”

“Wangi lo beda.”

“Perasaan lo doang kali! Ayok ah, nanti ga keburu waktunya.”

Shikamaru melihat punggung mungil itu bergerak menjauh darinya, yang nggak cowok itu lihat adalah kilat panik yang ada di sepasang mata Ino. Di sisi lain, Shikamaru dibuat mengernyit karena tadi dia jelas-jelas mencium aroma karbol—aroma yang biasa dia temukan di rumah sakit.

Sebelumnya Ino bilang kalo cewek itu sedang bertemu dengan teman papinya. Masa iya mereka ketemuan di rumah sakit? Tapi bisa jadi memang temen papinya Ino itu sedang di rawat di rumah sakit lalu Ino menjenguknya di sana, iya kan?

Hadeh. Dari pada overthinking, Shikamaru memutuskan buat tanya saja ke Ino nanti, sehinggadi dia bisa memastikan kalau cewek itu—yang menurut Shikamaru nggak punya kepentingan untuk mengunjungi rumah sakit, baik-baik saja.