Gemerlap cahaya lampu adalah salah satu highlight dari acara malam ini, IR Retro Night di mana highlight utama dari acara itu sendiri adalah mahasiswa HI Konoha yang hadir dengan mengenakan pakaian retro sesuai dengan dresscode yang di tentukan. Sebenarnya nggak cuma mahasiswa sih, jajaran dosen dan staff departemen HI juga turut hadir meramaikan acara pada malam itu.
Acara sudah dibuka sejak tadi dengan agenda potong kue oleh ketua himpunan karena kebetulan, IR Retro Night ini selain puncak acara dari IR Sport Week, adalah acara simbolis untuk merayakan hari jadi HIMAHI yang bertepatan di bulan yang sama.
“Pada cantik-cantik sama ganteng-ganteng banget dah!” sepasang netra Naruto menjelajahi sekitar, dan sejauh mata memandang, dia bisa melihat para hadirin dengan senyum yang terpatri di bibir.
“Gandengan lo malem ini siapa, Nar?” tanya seseorang di sebelah bocah oren itu.
Naruto menjawab dengan santai namun miris, “Sai hehe.” jelas miris karena sudah jelas gandengan resmi Sai adalah Hanabi. Tapi ya kalau kata Sai sih, gandengan kan gak harus satu, dua atau lebih juga nggak apa-apa.
“Pffft. Padahal lo orang yang paling ngeribetin soal masalah gandengan.”
“Apa itu gandengan?? Udah kaya truk aja gandeng-gandengan!!” katanya sewot, namun sedetik kemudian Naruto bertanya ke lawan bicara. “Mana si Incess??” seolah-olah secara otomatis tahu kalau gandengan lawan bicaranya ini nggak lain dan nggak bukan adalah Ino.
Ya siapa lagi kalau bukan Shikamaru yang sekarang jadi lawan bicara Naruto. “Tadi mah lagi ngobrol sama Deidara.” jawabnya singkat.
Tak berbeda dengan Naruto, Shikamaru juga melihat satu-persatu sisi dan sudut rooftop venue retro night dan merasakan suatu hal yang membuatnya merasa berbesar hati karena semua hadirin kelihatan menikmati acara tersebut.
Shikamaru bisa melihat beberapa mahasiswa baru yang berkumpul di satu titik yang dia bisa tebak karena merasa masih canggung untuk bergabung dengan kakak tingkat mereka, sangat kontras dengan bagaimana mahasiswa angkatan tua yang kelihatan nggak punya malu dan daritadi sudah nyomotin snack yang tersedia seperti manusia-manusia kekurangan gizi.
Dan satu hal yang paling membuat perasaan Shikamaru kian membuncah adalah ketika dia melihat rekan-rekan nya di himpunannya satu persatu.
Dari tempat Shikamaru berpijak, dia bisa melihat Ino yang ternyata kini sidah terlibat dalam perdebatan sengit dengan Kiba dan Sai sebagai PDD abadi, mendokumentasikannya. Biasanya sih kalau sudah begitu artinya cewek itu sedang jadi bahan roasting kedua cowok itu. Kemudian ada Chouji yang sepertinya mengikuti jejak mahasiswa tua sebagai snack hunter. Shino yang tengah menggendong Mirai dan Hinata yang mencoba buat bermain dengan putri kecil si dosen. Sakura dan Sasuke yang entah sedang berbicara apa. Ada juga Lee, Neji, dan Tenten yang masih berusaha kelihatan nggak lelah meladeni Pak Guy.
Entah kenapa, waktu melihat mereka, Shikamaru merasa seperti seorang ayah yang melihat anak-anaknya. Karena bagaimanapun, salah satu tugas Shikamaru sebagai ketua himpunan adalah bertanggung jawab atas anggota-anggotanya. Mereka yang selama ini sudah menjadi pilar yang menopangnya agar selalu kokoh. Meekipun nggak sebetapa, Shikamaru berharap keringat, air mata, dan keluh kesah mereka akan terbayarkan dengan layak.
Pokoknya rasa itu nggak bisa dideskripsikan deh.
Naruto menyenggol lengan Shikamaru, untuk meminta atensi darinya. “Pak, udah sampai sejauh ini kita Pak.” kemudian dia merangkul lengan ketuanya.
Shikamaru tersenyum simpul, “Mau bilang nggak kerasa kalau waktu berjalan dengan cepat, tapi nyatanya nggak gitu juga. Karena nggak bisa cuma dihitung pake jari seberapa banyak kita sudah terseok-seok selama jadi pengurus inti HIMAHI.”
“Hmm. Tapi kaga kerasa yakan? Meskipun terseok-seok, kaga kerasa bentar lagi kita bakal mubes akhir masa jabatan. Padahal dulu gue masih inget banget pas calonin diri jadi kahim lawan lo sama Sasuke, Pak.” sang wakil ketua himpunan terkekeh, sekelibat ingatan masa lalu menghampirinya.
Shikamaru dan Naruto bernostalgia bersama.
“Ck. Bener juga, kenapa jadi gue yang kepilih jadi kahim ya??”
“Duh. Gue malah males banget pak bayangin kahim HIMAHI selain lo!”
Kesempatan nostalgia singkat keduanya terpaksa diinterupsi dengan suara Sasuke dari mikrofon, menandakan dirinya sebagai Master of Ceremony yang akan segera memulai sesi hiburan pentas seni. Sasuke meminta semua hadirin untuk merapat ke arah panggung, membuat para beberapa hadirin turut berdiri di samping gandengannya masing-masing (bagi yang punya).
Setelah beberapa penampilan seperti stand up comedy, dance, dan drama singkat. Sasuke naik lagi ke atas panggung untuk mengumumkan performance selanjutnya. “Wah, habis ini kita bakal masuk ke beberapa band performances nih. Kalian bakal kaget sih siapa yang mau tampil setelah ini.”
Tentunya perkataan Sasuke barusan langsung membuat para hadirin jadi penasaran.
“Bener banget Kak Sasuke! Kita spill sekarang kali ya?” timpal Hanabi yang kebetulan adalah rekan MC Sasuke pada malam itu.
“Yaudah, daripada keburu basi. Please welcome, SQUAD DOSEN!”
Suara gemuruh dan sorakan mengiringi para bapack-bapack dosen yang naik ke atas panggung. Nggak satupun dari mereka bakal expect kalau dosen-dosen sudah menyiapkan penampilan khusus merek.
“Anjirt?!?! Pak Kakashi vokalisnya?? Beliau kalo nyanyi masker nya dibuka ga ya??” Ino bertanya heboh waktu Kakashi berdiri di depan stand mic utama.
Sakura menimpali. “Tanya Naruto coba! Dia sama Sasuke pernah karaokean sama beliau!!”
“HAHAHA NGGAK DIBUKA ANJIR.”
Hmmm. Penonton kecewa.
“Mic test. Satu dua tiga.” suara Pak Kakashi terdengar, kali ini disambut antusias mengetahui beliau ini bakal menyanyi karena biasanya mahasiswa sih bakal ngantuk di kelas beliau ya karena mendengar suara Pak Kakashi waktu mengajar itu rasanya seperti dinyanyikan nina bobo. “Ndak apa-apa ya kalau dosen nyanyi? He he he.”
“NGGAK APA-APA PAAAAK.” seru para hadirin.
“Terserah aja bapak-bapak mau ngapain, asal jangan ghosting skripsi kami, Pak!” kata Naruto berteriak.
“Hee Naruto, kamu ngerjain skripsi saja belum tapi sudah bilang begitu!” balas Pak Iruka sang keyboardist. Seluruh hadirin ikut tertawa, karena lucu saja melihat Naruto di-ulti di depan banyak audiens.
Pak Kakashi bilang lagi sebelum benar-benar memulai penampilan. “Buat kalian. Bikin review penampilan band squad dosen sebanyak 1000 kata. Deadline nya hari senin besok ya he he he.”
Memang nih, dosen memang banyak mau, ya. Tapi tenang saja, yang barusan itu cuma bercanda.
“Selamat menikmati. How Deep is Your Love by Bee Gees, persembahan Squad Dosen.”
I know your eyes in the morning sun
I feel you touch me in the pouring rain
And the moment that you wander far from me
I wanna feel you in my arms again
Dan tak disangka-sangka, ternyata bukan Pak Kakashi saja yang unjuk kebolehan. Pak Asuma, Pak Iruka, dan Pak Guy beserta Mas Yamato menggabungkan vokal mereka dan berharmonisasi untuk menyanyikan lirik berikutnya. Bagaimana dengan respon para mahasiswa? jelas mleyot seketika.
And you come to me on a summer breeze
Keep me warm in your love, then you softly leave
And it's me you need to show
How deep is your love
How deep is your love, how deep is your love
I really mean to learn
'Cause we're living in a world of fools
Breaking us down when they all should let us be
We belong to you and me
Meskipun didominasi oleh Gen-Z, gini-gini mereka juga nggak kudet soal lagu-lagu lawas, nyatanya lantunan tembang lawas yang Squad Dosen bawakan berhasil membuat para hadirin bersenandung dan ikut menyanyikan liriknya.
Anak muda, ini lah saatnya meromantisasi kehidupan kalian dan imajinasikan kalau kalian adalah pemeran utamanya.
Tapi kalau buat Sasuke sih, pemeran utama dan pusat dunianya pada saat ini adalah Sakura. Hehe.
Berdiri di sebelah panggung yang membuatnya harus terpisah dengan Sakura karena dia harus stand by sebagai MC, Sasuke memandangi kekasihnya yang ikut larut dalam ambience dari penampilan band squad dosen.
Sama seperti judul lagu yang dilantunkan, Sasuke jadi ikut bertanya-tanya di dalam benak. “Sakura, how deep is your love?”
Selesai dengan lagu tersebut, Squad Dosen turun panggung disertai riuh tepuk tangan dari para hadirin. Selanjutnya, Karin yang digadang-gadang sebagai biduan HI 2019 naik ke panggung ditemani dengan Shino untuk Keyboard, C yang mengalungi Saxophone, Naruto siap membetot bass, Kiba dan gitarnya, serta Juugo dengan seperangkat drum nya yang siap digebuk.
Karin dan kawan-kawan akan membawa hadirin kembali ikut bersenandung dengan lagu yang berjudul C.H.R.I.S.Y.E—lagu anak jaman now banget karena banyak yang relate.
Para hadirin benar-benar seperti dibawa naik roller coaster, deh. Karena setelah itu, penampilan musikalisasi puisi Neji sukses membuat banyak dari para hadirin banjir air mata, ada juga yang hanya tergelak miris. Mereka nggak berhenti dibuat terkesima karena puisi Neji itu… sangat menyentuh. Di dalam nya ada pesan-pesan untuk mereka yang harus meninggalkan masa muda, ditampar irono dan realita karena harus menjadi dewasa terlalu cepat, kemudian ada bait-bait tentang ketakutan untuk bertambah dewasa—karena apa yang ada di depan mereka, masih semu, membuat mereka berdiri di ambang ketidakpastian.
Rasanya mereka nggak mau malam itu berakhir. Kalu bisa sih, mereka mau waktu supaya bisa dihentikan sebelum benar-benar back to reality.
Tapi tenang saja, untuk malam ini masih banyak penampilan yang menunggu mereka karena, kok. Karena malam masih panjang! Masih ada sesi DJ yang menanti mereka di penghujung acara, untuk mempersilahkan mereka menari sepuasnya seperti nggak ada hari esok.