Take Off
Ignition sequence starts in 5, 4, 3, 2, 1
Erwin dan Zeke bermanuver di atas instrumen kemudi pesawat kemudian mereka meluncur di atas landas pacu, menara memberi izin untuk terbang, mereka mengecek radar untuk terakhir kali, dan pesawat lepas landas dengan mulus pada pukul 6PM, 9 November 2021.
Para penumpang yang berada di dalam pesawat memiliki beragam aktivitas yang dilakukan setelahnya. Ada yang memilih untuk segera pergi tidur, memilih untuk melanjutkan beberapa pekerjaan mereka di laptop, ada yang sekedar ngobrol dengan teman di sampingnya, atau ada yang menghabiskan waktu penerbangan dengan menonton film dengan fasilitas yang sudah disediakan seperti yang sedang Ymir dan Historia lakukan.
“Coffee or tea, Sir?” seorang pramugari di kelas bisnis menghampiri tempat duduk Levi, di sebelahnya ada Hange yang sedang fokus ke arah layar laptopnya, “I prefer a cup of tea, lo mau apa Hans? Kopi? Oke—and a coffee for my friend.”
“Very well, Sir.”
Sedangkan di dalam kelas ekonomi, Eren, Armin, dan Mikasa tampak masih enggan untuk menyelesaikan agenda ngobrol mereka. Eren dan Mikasa menyimak dengan antusias ketika Armin bercerita mengenai profesinya sebagai seorang arkeolog, “Astaga keren banget Armin! Aku ga nyangka kalau ada yang kaya begituan buat diteliti di Paradis,” celetuk Mikasa dengan takjub.
“Eh bentar deh, gue kaya kenal sama suaranya,” di waktu yang bersamaan dengan Zeke berbicara dalam speech singkatnya ketika memberi pengumuman mengenai kondisi penerbangan mereka, Eren terkesiap ketika mendengar suara familiar tersebut.
“Kayanya itu abang gue deh, lah gue gatau kalau dia pilotnya,” ucapnya pada Armin dan Mikasa. Hubungan Eren dan Zeke, abang tirinya, memang cukup rumit. Dari awal mengetahui ayahnya akan membentuk sebuah keluarga baru pasca kepergian Dina, Zeke memilih untuk tidak melibatkan dirinya pada agenda baru ayahnya. Sehingga Eren hanya sebatas tahu kalau Abang tirinya merupakan seorang pilot, sebab Zeke sama sekali tidak sharing apapun tentang hidupnya kepada Eren maupun Grisha, ayah mereka, setelah beranjak dewasa.
Gadis pirang itu menoleh ketika merasa seseorang yang duduk di satu row dengannya mencoba untuk mengajaknya berbicara, “Annie Leonhart, bener kan?”
“Iya, and who are you?”
“You look so much prettier in real life! Aku Sasha Braus, salah satu atlet yang bakal ikut juga di pekan olahraga Marley-Paradis!” jawab gadis dengan surai auburn ramah sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Salam kenal Sasha, Muay Thai juga?” tanya Annie.
“Nope, I’m in archery! Kamu berangkat sendirian, Annie?”
Annie menggelengkan kepala kemudian menjelaskan kepada Sasha kalau dia berangkat bersama dua rekan sesama atletnya yang duduk tepat di baris belakang seat mereka berdua, Reiner dan Bertholdt, membuat keempatnya kemudian saling bertukar topik untuk berbincang selama penerbangan.
Menerbangkan pesawat adalah cita-cita Jean Kirstein sejak kecil, untuk saat ini, tentunya dia sudah pernah menerbangkan pesawat-pesawat yang ukurannya lebih kecil ketika dia menjalani training di sekolah penerbangannya di Marley. Sisa waktu penerbangan kemudian digunakannya untuk tidur, tidak sabar untuk segera mendarat dan menghambur ke pelukan maminya. Sama halnya seperti yang dilakukan Connie Springer di kursi penumpang yang berbeda, dia memilih untuk menyantap beberapa makanan dan kemudian pergi tidur.
Sudah sekitar lebih dari satu jam setelah pesawat lepas landas, Pieck masih berlalu lalang menjalankan tugasnya dan berhenti beberapa kali di samping kursi penumpang ketika harus berinteraksi dengan mereka. Tak lama kemudian ketika berencana untuk menuju ke toilet, Pieck dan seluruh penumpang di dalam pesawat merasakan adanya guncangan hebat, saking hebatnya, Pieck yakin guncangan tersebut bukan berasal dari turbulensi.